CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Monday, 14 June 2010

Cerpen: 

AISHA

Suatu hari di sebuah rumah sederhana tinggallah seorang janda bersama anak gadisnya yang bernama Aisha. Gadis itu cantik dan baik hati. Rumah tempat tinggal mereka itu memiliki taman bunga yang indah walaupun tidak begitu luas. Halaman rumah selalu bersih.
Aisha adalah seorang mahasiswi sebuah universitas negeri di daerahnya. Ia termasuk mahasiswi berprestasi, cerdas dan rajin. Di kampusnya, Aisha tergolong cewek yang ramah, mudah bergaul, baik dan rendah hati.
Hari ini adalah hari senin.. mahasiswa kembali menyibukkan diri dengan berbagai tugas yang telah diberikan dosen-dosen mereka. Aisha pun sibuk seperti teman-temannya. Dia kembali ke tempat kost nya dan kembali melaksanakan kegiatan kuliah seperti biasa. Semester baru ini seluruh mahasiswa disibukkan dengan tugas-tugas baru. Perpustakaan kampus tak pernah sepi. Koleksi buku di perpustakaan itu semakin habis karena banyak dipinjam oleh mahasiswa.
Hari demi hari dilalui Aisha. Tanpa sadar, satu minggu telah dilaluinya dengan sibuk mengerjakan tugas-tugasnya. Bulan ini di kampus ada sebuah acara yang diramaikan semua mahasiswa. Acara ulang tahun kampus. Acara itu diisi dengan pentas seni, bazaar, dan bebagai lomba yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Karena masih tergolong pendatang baru, Aisha belum mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membantu kakak tingkat menyiapkan segalanya untuk acara ultah kampus. Akhirnya Aisha tidak melakukan apa-apa selain ikut meramaikan acara itu.
Hari kedua bazar, Aisha memutuskan untuk ikut menjaga stand jurusannya. Ia menjaga stand bersama teman-teman dan kakak tingkatnya. Aisha lebih cantik diantara teman-temannya.
“Hm, mbak, ini nanti acaranya apa saja?” Tanya Aisha pada salah satu kakak tingkatnya.
“belum tahu nih, mungkin pentas seni,” jawab kakak tingkatnya.
Sambil menunggu acara dimulai, Aisha membaca buku yang dipinjamnya dari perpustakaan dua hari yang lalu.
Satu jam sudah Aisha dan mahasiswa lain menuggu, akhirnya sekarang acara dimulai. Host nya adalah Adhil, seorang mahasiswa semester akhir. Cewek-cewek di kampus hampir semuanya menjadi penggemar Adhil. Sorak sorai penonton terdengar keras. Namun Aisha bersikap biasa saja karena ia memang bukan penggemar kakak tingkatnya itu.
Setelah memperhatikan Adhil dengan lebih seksama, Aisha mengakui ketampanan dan kekerenan Adhil. Namun ia tidak mengungkapkan pada siapapun. Sesaat kemudian Adhil melantunkan lagu pembuka yang disambut meriah oleh para fans nya.
Pukul 20.00 WIB acara diakhiri dengan penampilan grup band dari kelas Aisha. Aisha mengabadikan penampilan teman-temannya itu dengan sebuah handy cam milik temannya.
Sesampai di rumah, Aisha tidak dapat tidur. Ia gelisah memikirkan sesuatu. Tetapi ia sendiri tak tahu apa yang sedang dipikirkannya.
……….
Semenjak melihat penampilan Adhil, Aisha sering melamun. Hari-hari dilaluinya dengan berharap ia akan bertemu dengan Adhil di kampus. Perasaannya tak menentu. Ia tidak berani untuk mengakui perasaannya pada Adhil. Hal ini karena Aisha bukan tipe cewek yang mudah mengungkapkan perasaan pada orang lain.
“ Ya Allah kenapa aku ini? Aku tidak mau memiliki rasa ini kalau ini akan membuat aku sakit hati. Bantulah aku untuk melupakannya. Aku tak mau membuat orang lain sakit hati karena ku.”
Ketika akan meminjam buku di perpustakaan, secara tidak sengaja Aisha bertemu dengan Adhil yang sedang menuju gedung HMPS yang berada di sebelah gedung perpustakaan. Adhil yang melihat Aisha yang terpana melihatnya, hanya melempar senyum manis, semanis madu asli. Aisha membalas senyum Adhil. Kemudian ia masuk ke dalam perpustakaan dengan jantung yang berdebar kencang.
Hari demi hari, Aisha telah mengenal Adhil lebih dekat. Hal ini tidak disadarinya. Suatu hari Aisha ingin mengungkapkan perasaan yang dipendamnya. Ia mencari Adhil kemana-mana tetapi tidak menemukannya. Akhirnya tanpa disengaja ia melihat Adhil duduk berdua dengan seorang cewek yang juga merupakan mahasiswi seangkatan Aisha. Aisha tidak berani mendekat. Ia sedikit bergetar melihat Adhil bersama cewek itu.
Dengan bermodal sedikit keberanian, Aisha mendekati dua orang itu. Ia ingin berbicara dengan Adhil sebentar saja. Adhil pun menuruti keinginan Aisha. Mereka berdua agak menjauh dari tempat cewek yang tadinya bersama dengan Adhil.
Dengan terbata-bata, Aisha mengungkapkan perasaannya pada Adhil. Adhil hanya tersenyum mendengar pengakuan dari Aisha. Wajah Aisha terlihat merah karena malu telah mengungkapkan perasaannya pada cowok sekeren Adhil.
“Aisha, saya memang jomblo. Tetapi itu bukan berarti kamu dapat mengungkapkan perasaan kamu itu seenaknya. Maaf.”
Mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Adhil, tanpa disadari, airmata Aisha meleleh. Karena tidak sanggup berhadapan dengan Adhil untuk lebih lama, akhirnya Aisha pergi meninggalkan Adhil yang berdiri melihat kepergian Aisha.
Waktu demi waktu sangat dirasakan Aisha. Ia tidak dapat melupakan kejadian yang memalukan itu. Akhir-akhir ini Aisha sering merenung dan melamun.
Tak terasa waktu berjalan cepat. Adhil telah lulus dan Aisha kini sudah menginjak semester empat. Meskipun kejadian yang memalukan seumur hidupnya belum lepas dari ingatannya.
Suatu hari Aisha hendak membelikan obat Ibunya di rumah sakit. Ketika sampai di apotik rumah sakit, kemudian mengantri, Aisha sedikit teringat kejadian satu tahun yang lalu, yang membuat dirinya rendah di hadapan orang yang disukainya. Setelah mendapat giliran dan menebus obat, Aisha keluar dari apotik rumah sakit lalu menuju pintu keluar rumah sakit. Ketika sampai di dekat pintu keluar, Aisha terjatuh karena tertabrak seorang perawat yang sedang membawa pasien. Aisha bangun kemudian ia membersihkan roknya. Tanpa disengaja, tiba-tiba Aisha melihat sesosok pria yang dikenalnya. Akan tetapi ia ragu untuk memastikan bahwa ia memang mengenalnya.
Orang itu terluka parah. Mungkin ia adalah korban kecelakaan. Untuk memastikan bahwa ia memang mengenal orang itu, Aisha mengikuti rombongan perawat yang sedang mendorong bed dorong itu. Setelah si pasien masuk ruang pemeriksaan, Aisha menanyakan asal usul pasien itu pada perawat. Betapa terkejutnya Aisha setelah tahu bahwa pasien itu adalah Adhil. Mantan kakak tingkatnya.
“Kak Adhil…”
Aisha menunggu dokter selesai memeriksa Adhil. Akhirnya yang ditunggu pun keluar ruangan, tetapi dokter itu malah mengatakan kalau Adhil membutuhkan transfusi darah golongan B+. stok darah golongan B+ di rumah sakit habis. Begitu pula di PMI manapun. Aisha ingat bahwa golongan darahnya juga B+. akhirnya Aisha mendonorkan darahnya untuk Adhil. Setelah mendapatkan darah yang cocok, dokter kembali menangani luka Adhil.
Beberapa saat kemudian dokter keluar ruangan dan mengatakan bahwa Adhil masih membutuhkan satu kali transfusi darah yang cocok dengan darahnya. Keadaan yang telah terjadi tadi terulang lagi. Tak ada stok darah yang sama. Akhirnya Aisha memutuskan untuk mendonorkan darahnya lagi. Namun dokter dan teman-teman Adhil melarangnya. Hal ini terlalu berbahaya. Aisha tak mendengarkan ucapan mereka. Ia tetap ngotot mendonorkan darahnya untuk Adhil.
“Dokter, tolong izinkan saya mendonorkan darah saya untuk yang kedua kalinya. Tolong, Dok. Kak Adhil sangat membutuhkan darah saya. Kemungkinan besar kak Adhil gak bisa tertolong kan kalau tidak segera mendapat darah yang cocok. Saya tidak akan mati hanya karena mendonorkan darah saaya. Tapi kak Adhil.... ia bisa saja meninggal, Dok.”
Setelah mendengar ucapan Aisha, dokter pun mengizinkan Aisha untuk mendonorkan darahnya demi keselamatan Adhil.
Setelah proses transfuse selesai, Aisha langsung tak sadarkan diri. Wajahnya pucat sekali. Ia dibawa ke ruang perawatan dan diberikan infuse untuk memulihkan tenaganya supaya ia segera sadar. Lima jam lebih Aisha tak sadarkan diri. Kondisinya semakin menurun. Hingga Aisha harus dirawat di IGD.
Kodisi Aisha yang memprihatinkan ini sangat disesalkan oleh teman-temannya. Kini Aisha dalam keadaan koma, segala usaha telah diupayakan tim dokter untuk menolong Aisha, tranfusi darah, memberikan ventilisator, pemeriksaan yang amat seksama dan hati-hati pun telah diupayakan. Keluarga Aisha sangat cemas akan keadaan Aisha yang tak sadarkan diri hingga dua hari lamanya.
Dua hari setelah mendapat tranfusi darah dari Aisha, akhirnya Adhil sadarkan diri. Temannya memberitahukan bahwa Aisha, adik tingkatnya yang dulu suka padanya telah memberikan darahnya pada Adhil hingga dua kali dan sekarang Aisha belum sadarkan diri. Bahkan dokter mengatakan bahwa kondisi Aisha saat ini kritis karena telah mendonorkan darahnya dua kali padahal sebelum transfuse itu dilakukan, kodisinya tidak begitu baik. Adhil shock mendengarnya. Ia ingin melihat Aisha dan berterimakasih pada Aisha, juga meminta maaf padanya.
Di dalam ruang rawat Aisha, Adhil dan satu orang temannya menunggu Aisha sadar. Dua jam sudah Adhil dan temannya menunggu, Aisha belum juga sadarkan diri. Kondisinya malah semakin menurun.
Adhil menunggu Aisha hingga tengah malam. Secara tidak sengaja tiba-tiba ia melihat mata Aisha terbuka sedikit dan mulutnya mengucapkan sesuatu. Entah apa yang diucapkannya, Adhil tak dapat mendengarnya. Beberapa saat kemudian Aisha menghembuskan nafas terakhirnya. Adhil tak bisa mempercayai ini semua. Ia tak percaya bahwa Aisha mengorbankan hidupnya untuk menolong dirinya. Ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri. Mana mungkin ia bisa hidup dengan darah Aisha, gadis yang telah tiada, mengalir dalam tubuhnya. Gadis yang pernah mencintainya, yang ia tolak dan ia perolok, kini telah menolongnya, telah memberikan hidup dan telah berkorban untuk dirinya. Penyesalan yang amat mendalam menghinggapi hati Adhil.
Keesokannya acara pemakaman Aisha berlangsung dengan suasana haru dan sedih. Adhil tak henti-hentinya menangis dan menyatakan penyesalannya di atas makam Aisha.


TAMAT