A. Dasar-dasar komunikasi dalam keluarga
Secara etimologis atau menurut asal
katanya istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin, yaitu comunication,
yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis adalah
sama, dalamarti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal.[1]Secara terminologis komunikasi proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang pada orang lain. Dalam terminologi
yang lain komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi dalam
pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan
materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Sedangkan pengirim dan penerima
pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperrilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi komunikasi adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman yang bervariasi yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling percaya di antara kedua belah pihak. Adapun proses komunikasi dapat di ilustrasikan seperti dibawah ini.
komunikan
|
pesan
|
komunikator
|
feedback
Keluarga adalah sebagai sebuah
institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama
pasangan suami istri secara sah karena pernikahan.
Pengertian keluarga menurut Noor
(1983) adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau
merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi
keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh
Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar
pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung
kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari
beberapa propinsi berdiridatu negara.[2]
Pada dasaranya keluarga itu adalah
sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu
atap sebagai suami istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak
akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun
dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan
laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertsanggung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni
merupakan satu kesatuan sosial yang terdiridari suami, istri dan anak-anak yang
belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja
dalam satuan masyarakat manusia.
Ketika sebuah keluarga terbentuk,
komunikasi baru karena hubungan darahpun terbentuk pula. Di dalamnya ada suami,
istri dan anak sebagai penghuninya. Saling berhubungan, saling berinteraksi di
antara mereka melahirkan dinamika kelompok karena berbagai kepentingan, yang
terkadang bisa memicu konflik dalam keluarga.
Oleh karena itu, konflik dalam
keluarga harus diminimalkan untuk mewujudkan keluarga seimbang dan bagaimana
cara berkomunikasi dalam keluarga dengan baik. Keluarga seimbang adalah
keluarga yang ditandai keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dan ibu
antara ayah dan anak serta antara ibu dan anak. Setiap anggota keluarga tahu
tugas dan tanggung jawab masing-masing dan dapat dipercaya.[3]
Tak dapat dipungkiri, hubunganyang
menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah hubungan dalam keluarga, keluarga
mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus.[4]
Dilingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar
kedudukannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang
bersangkutan. Tanpa dibarengi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar
anggota dalam suatu keluarga dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di
dalamnya.
Dalam keluarga juga paling sering
terjadinya proses komunikasi dan informasi pendidikan. Bukanlah pendidikan
awalnya dari keluarga? Sebagian besar perilaku orangtua dan lingkungannya dalam
keluarga, akanselalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak-anak masih
diasuh di dalamnya.
Didalam lingkungan keluarga memang
tidak hanya terjadi proses komunikasi pendidikanlain seperti komunikasi massa
(setidaknya sebagai anggota audiens pemirsa dan pembaca media massa).
Infromasi dalam lingkungan keluarga
pun menyertai kehadiran proses komunikasi, baik langsung ataupun tidak
langsung. Seperti halnya proses komunikasi, proses perjalanan informasi dalam
lingkungan keluarga selalu sejalan sebagai penyerta proses komunikasi.[5]
B. Pola
Komunikasi dan Interaksi dalam
Keluarga
Komunikasi merupakan suatu kegiatan
yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah
kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan
sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga pun
sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan sitri,
komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak,
komunikasi antara ibu dan anak dan komunikasi antar anak dan anak, perlu
dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam
keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi bagaimana yang sering terjadi
dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasusistik perilaku orang tua dan anak
yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi
dalam keluarga adalah berkisar di seputar model stimulus – Respons ( S-R ),
model interaksional, hubungan antar peran, model ABX.
1.
Model stimulus – respons
Pola komunikasi yang biasanya
terjadi dalam keluarga adalah model stimulus – respons ( S-R ). Pola ini
menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat
nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang
lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini
dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini
bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.
2.
Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan
dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model
interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini
digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku
orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan
adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.[6]
3.
Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat
pula dipengaruhi oleh pola
hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam
keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.[7]
4.
Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga
sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang
dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb
menggambarkan bahwaseseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang
lainnya (B) mengenai sesuatu (X). yaitu (1) orientasi A terhadap X, yang
meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dari
atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.
C.
Aneka Komunikasi dalam Keluarga
1.
Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu
kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai
alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari
ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.
Kegiatan komunikasi verbal
menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin
berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara
orang tua dan anak.
2.
Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam
keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal.
Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai
penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika,
komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu
secara jelas.
3.
Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi
yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan
istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak.
4.
Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan
anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat
dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu
dan kesempatan. Suadahwaktunya
orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untukduduk bersama dengan anak-anak,
berbicara, berdialog dalam suasana santai.[8]
D. Tahap – Tahap Perkembangan Komunikasi
Keluarga[9]
a. Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap
ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk
mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga
khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak
memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara
usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3
tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun
mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b. Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak
semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka memperoleh
pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan kekuatan
dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua
dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan
kontrol otonomi.
c. Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini
cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahya
kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat
tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi
dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya . Karena
perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik
–topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan
tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat
mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat
disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara- saudara
kandung tetap penting. Misalnya,
penelitian di Universitas Purdue menunjukkan bahwa wanita yang mempunyai
hubungan akrab dengan seorang saudara perempuannya mengalami kurang depresi
dalam kehidupan lanjutnya. Klagsbrun melaporkan, berdasarkan survey, bahwa
wanita lebih cenderung merasa akrab dengan saudara- saudara perempuannya
dibandingkan dengan pria terhadap saudara-sudara prianya dan bahwa
saudara-saudara kandung lebih cenderung akrab sebagai orang – orang dewasa bila
perbedaan usia mereka tidak lebih dari lima tahun antara yang satu dengan
lainnya.
E. Etika
Komunikasi Keluarga dalam Islam
Dalam konteks komunikasi di
masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu dibicarakan di sini, yaitu etika dan
etiket. Etika adalah kata benda. Bahasa Inggrisnya adalah ethics yang berarti
etika atau tata susila.
Sementara itu etiket adalah suatu
kata yang berasal dari bahasa Prancis etiquette, yang secara harfiah berarti
peringatan. Secara maknawi berarti persyaratan konvensional mengenai prilaku
tata cara dalam masyarakat beradab memelihara hubungan baik antara sesama
manusianya.
Ketika di kaitkan dengan
komunikasi, maka etika ibu menjadi dasar pijakan dalam berkomunikasi antar individu
atau kelompok. Etika memberikan landasan moral dalam membangun tata susila
terhadap semua sikap dan perilaku individu atau kelompok komunikasi. Dengan
demikian, tanpa etika komunikasi itu dinilai tidak etis.
Secara garis besar, etika
komunikasi dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu etika komunikasi
transendental (hablum minallah) dan etika komunikasi insani (hablumminannas). Etika komunikasi dalam Islam dibangun
berdasarkan petunjuk yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Islam
mengajarkan berkomunikasi itu dengan penuh beradaban, penuh penghormatan,
penghargaan terhadap orang yang di ajak bicara, dan sebagainya.[10]
Ada 6 (enam) prinsip etika
komunikasi dalam Islam yaitu prinsip qawlan karima (perkataan yang benar/lurus),
prinsip qawlan ma’rufa (perkataan yang baik), prinsip qawlan layyina (perkataan
yang lemah lembut), dan prinsip qawlan maisura (perkataan yang pantas)
1.
Qawlan Karima ( Perkataan yang benar / lurus )
Komunikasi
yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat seseorang,
tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang cukup banyak orang yang gagal
berkomunikasi dengan baik kepda orang lain disebabkan mempergunakan perkataan
yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain.
Islam
mengajarkan agar memeprgunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada
siapapun seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi :
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا
أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”.(Al-Israa : 23)
2.
Qawlan Sadida ( Perkataan jujur )
Berkata
benar berarti berkata jujur, apa adanya, jauh dari kebohongan orang yang jujur
adalah orang yang dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari mulutnya
selalu mengandung kebenaran.
Dalam
kehidupan keluarga, masalah berkata benar ini penting apalagi dalam konteks
pendidikan anak. Islam mengajarkan agar orang tua selalu berkata benar kepada
anak. Berbicara kepada orang lain harus benar katakan yang benar itu benar dan
yang salah itu salah.
3.
Qawlan ma’rufa (berkata yang baik/pantas)
Qawlan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang
pantas / baik.
Dalam surat al-baqarah ayat 263 Allah berfirman :
قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ
يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
“Perkataan yang baik dan pemberian ma'af lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Al-Baqarah : 263).
Islam mengajarkan agar ketika memberi orang lain yang minta
sedekah disertai dengan perkataan yang baik, bukan diiringi dengan perkataan
kasar sebab perkataan yang kasar dapat menyakiti perasaan orang lain.
4.
Qawlan Baligha ( berkata yang bermanfaat /
mengena jiwa )
Qawlan baligha adalah komunikasi yang efektif dalam Al-Qur’an
Allah swt berfirman :
أُولَـئِكَ
الَّذِينَ يَعْلَمُ اللّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ
وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلاً بَلِيغاً
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang
di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada
jiwa pada jiwa seseorang. Dalam keluarga komunikasi mereka”. (An-Nisaa : 63)
Ayat diatas memberikan isyaratbahwa komunikasi itu efekif
bila perkataan yang disampaikan itu berbekas yang berbekas di jiwa adalah
penting. Komunikasi seperti ini hanya terjadi bila komunikasi yang berlangsung
itu efektif mengenai sasaran. Artinya apa yang dikomunikasikan itu secara terus
terang, tidak bertele-tele sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju.
5.
Qawlan Layyina ( berkata yang lemah lembut )
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah
lembut kepada siapapun. Dalam keluarga orang tua sebaiknya berkomunikasi pada
anak dengan cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan permusuhan. Dengan
menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang
menyusup ke dalam telung hati anak. Ia juga berusahamenjadi pendengar yang
baik, perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam
Al-Qur’an yang berbunyi:
فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ
يَخْشَى
“Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut". ( Thaahaa : 44)
6.
Qawlan Maiusura ( perkataan
yang pantas )
Dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dianjurkan untuk
mempergunakan bahasa yang mudah ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan
dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qawlan manusia yang merupakan
salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang
mudah dimengerti dan melegakan perasaan.[11]
F.
Faktor –faktor yang mempengaruhi
Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah.
Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain
waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang
lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang
berkomunikasi, sebetulnya mereka berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan
pengertian dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan
dirinya yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi ibu
adalah antara suami dan istri antara ayah dan anak antara ibu dan anak, dan
antara anak dan anak, hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, sama-sama
mengalami, sama pendapat, dan sama pandangan.[12]
Ada sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhi kimunikasi da,am keluarga, seperti yang akan duraikan berikut ini
:
a.
Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri,
maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana.
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya,
kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana
ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya,
bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan
kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang
lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain
mempunyai gambaran tang khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan
anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur,
maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain
harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu
menentukan gaya dancara komunikasi.
b.
Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui
mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam
keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi
prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c.
Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana
saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang
berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena
memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal,
sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang
berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang
harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.
d.
Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin
mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi
bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan
tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara
positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok.
Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi
kelompok.
e.
Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh
orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan
secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu
mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam
berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara
komunikator dan komunikasi.
f.
Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia.
Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa
memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda
ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus
dipahami.[13]
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
didalam pembahasan dari kelompok kami dapat menarik kesimpulan :
1.
Komunikasi adalah dimana ada masyarakat yang
melakukan hubungan sosial disitu ada kegiatan komunikasi.
Keluarga merupakan
sebuah lembaga yang didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah
karena pernikahan.
Komunikasi
dalam keluarga adalah sebuah penyampaian pesan atau informasi yang berlangsung
dalam keluarga. Disitu diperlukan keterbukaan di dalam berkomunikasi antar
anggota dalam suatu keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam
keluarga akan selalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak – anak masih
di asah di dalamnya.
2.
Berdasarkan kasuistik yang sering terjadi dalam
kehidupan keluarga, maka pola komunikasi berkisar seputar model sebagai berikut
:
a.
Stimulus – Respons ( S-R )
b.
Model interaksional
c.
Hubungan antar peran
Aneka komunikasi dalam keluarga meliputi :
a.
Komunikasi verbal
b.
Komuniksai nonverbal
c.
Komunikasi individual
d.
Komunikasi kelompok
3.
Etika komunikasi keluarga dalam Islam ada 6
prinsip yaitu :
a.
Qawlan Karima (perkataan yang mulia)
b.
Qawlan Sadida (perkataan yang benar/lurus)
c.
Qawlan ma’rufa (perkataan yang baik/pantas)
d.
Qawlan Baligha (perkataan yang efektif)
e.
Qawlan Layyina perkataan yang lemah lembut)
f.
Qawlan Maisura (perkataan yang pantas)
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam
keluarga adalah
a.
Citra diri dan citra orang lain
b.
Suasana psikologis
c.
Lingkungan fisik
d.
Kepemimpinan
e.
Bahasa
f.
Perbedaan usia
B.
Saran
Penulis
menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kritik
terutamannya saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyusunan makalah kami ke depan yang lebih baik. Atas saran yang diberikan
disampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri, 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
Jakarta : Rineka Cipta.
M. Yusuf,
Pawit, 2009. Ilmu Informasi Komunikasi dan Kepustakaan, jakarta : bumi
Aksara.
Mulyona,
Deddy, 2005. Nuansa-nuansa Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya
Tubss L.Stewart dan Sylvia Moss,Human Communication,
Bandung : Remaja rosda Karya
http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/04/04/komunikasi-keluarga.
http://pondokhikmat.tripod.com/komunikasikelurga_efektif.htm
0 komentar:
Post a Comment
COMMENT PLEASE.............