CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, 11 January 2012

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA


A.  Dasar-dasar komunikasi dalam keluarga
Secara etimologis atau menurut asal katanya istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu comunication, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis adalah sama, dalamarti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal.[1]Secara terminologis komunikasi proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang pada orang lain. Dalam terminologi yang lain komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaiannya. Sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen yang menentukan.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperrilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi komunikasi adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman yang bervariasi yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling percaya di antara kedua belah pihak. Adapun proses komunikasi dapat di ilustrasikan seperti dibawah ini.
komunikan
pesan
komunikator








feedback
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara.[2]
Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”. Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana sedikit banyak bertsanggung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiridari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Ketika sebuah keluarga terbentuk, komunikasi baru karena hubungan darahpun terbentuk pula. Di dalamnya ada suami, istri dan anak sebagai penghuninya. Saling berhubungan, saling berinteraksi di antara mereka melahirkan dinamika kelompok karena berbagai kepentingan, yang terkadang bisa memicu konflik dalam keluarga.
Oleh karena itu, konflik dalam keluarga harus diminimalkan untuk mewujudkan keluarga seimbang dan bagaimana cara berkomunikasi dalam keluarga dengan baik. Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dan ibu antara ayah dan anak serta antara ibu dan anak. Setiap anggota keluarga tahu tugas dan tanggung jawab masing-masing dan dapat dipercaya.[3]
Tak dapat dipungkiri, hubunganyang menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah hubungan dalam keluarga, keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus.[4]
Dilingkungan keluarga, komunikasi juga sangat besar kedudukannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang bersangkutan. Tanpa dibarengi dengan pelaksanaan komunikasi yang terbuka antar anggota dalam suatu keluarga dipastikan tidak akan terjadi keharmonisan di dalamnya.
Dalam keluarga juga paling sering terjadinya proses komunikasi dan informasi pendidikan. Bukanlah pendidikan awalnya dari keluarga? Sebagian besar perilaku orangtua dan lingkungannya dalam keluarga, akanselalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak-anak masih diasuh di dalamnya.
Didalam lingkungan keluarga memang tidak hanya terjadi proses komunikasi pendidikanlain seperti komunikasi massa (setidaknya sebagai anggota audiens pemirsa dan pembaca media massa).
Infromasi dalam lingkungan keluarga pun menyertai kehadiran proses komunikasi, baik langsung ataupun tidak langsung. Seperti halnya proses komunikasi, proses perjalanan informasi dalam lingkungan keluarga selalu sejalan sebagai penyerta proses komunikasi.[5]

B.  Pola Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan sitri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan komunikasi antar anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi bagaimana yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasusistik perilaku orang tua dan anak yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga adalah berkisar di seputar model stimulus – Respons ( S-R ), model interaksional, hubungan antar peran, model ABX.
1.    Model stimulus – respons
Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model stimulus – respons ( S-R ). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek.
2.    Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.[6]
3.    Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga dilaksanakan melalui komunikasi.[7]
4.    Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwaseseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). yaitu (1) orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dari atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2) orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.

C.    Aneka Komunikasi dalam Keluarga
1.   Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.
2.   Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3.   Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara ibu dan anak, antar anak dan anak.
4.   Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Suadahwaktunya orang tua meluangkan waktu dan kesempatan untukduduk bersama dengan anak-anak, berbicara, berdialog dalam suasana santai.[8]

D.    Tahap – Tahap Perkembangan Komunikasi Keluarga[9]
a.       Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak – anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal. Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5 tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.
b.      Keluarga dengan anak – anak usia sekolah
Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan usia. Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak – pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ; penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.
c.       Keluarga dengan anak – anak remaja
Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan teman- teman sebaya . Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya, usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar. Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan saudara- saudara kandung  tetap penting. Misalnya, penelitian di Universitas Purdue menunjukkan bahwa wanita yang mempunyai hubungan akrab dengan seorang saudara perempuannya mengalami kurang depresi dalam kehidupan lanjutnya. Klagsbrun melaporkan, berdasarkan survey, bahwa wanita lebih cenderung merasa akrab dengan saudara- saudara perempuannya dibandingkan dengan pria terhadap saudara-sudara prianya dan bahwa saudara-saudara kandung lebih cenderung akrab sebagai orang – orang dewasa bila perbedaan usia mereka tidak lebih dari lima tahun antara yang satu dengan lainnya.

E.  Etika Komunikasi Keluarga dalam Islam
Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu dibicarakan di sini, yaitu etika dan etiket. Etika adalah kata benda. Bahasa Inggrisnya adalah ethics yang berarti etika atau tata susila.
Sementara itu etiket adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Prancis etiquette, yang secara harfiah berarti peringatan. Secara maknawi berarti persyaratan konvensional mengenai prilaku tata cara dalam masyarakat beradab memelihara hubungan baik antara sesama manusianya.
Ketika di kaitkan dengan komunikasi, maka etika ibu menjadi dasar pijakan dalam berkomunikasi antar individu atau kelompok. Etika memberikan landasan moral dalam membangun tata susila terhadap semua sikap dan perilaku individu atau kelompok komunikasi. Dengan demikian, tanpa etika komunikasi itu dinilai tidak etis.
Secara garis besar, etika komunikasi dalam Islam dapat dibagi menjadi dua, yaitu etika komunikasi transendental (hablum minallah) dan etika komunikasi insani (hablumminannas). Etika komunikasi dalam Islam dibangun berdasarkan petunjuk yang diisyaratkan oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Islam mengajarkan berkomunikasi itu dengan penuh beradaban, penuh penghormatan, penghargaan terhadap orang yang di ajak bicara, dan sebagainya.[10]
Ada 6 (enam) prinsip etika komunikasi dalam Islam yaitu prinsip qawlan karima (perkataan yang benar/lurus), prinsip qawlan ma’rufa (perkataan yang baik), prinsip qawlan layyina (perkataan yang lemah lembut), dan prinsip qawlan maisura (perkataan yang pantas)
1.      Qawlan Karima ( Perkataan yang benar / lurus )
Komunikasi yang baik tidak dinilai dari tinggi rendahnya jabatan atau pangkat seseorang, tetapi ia dinilai dari perkataan seseorang cukup banyak orang yang gagal berkomunikasi dengan baik kepda orang lain disebabkan mempergunakan perkataan yang keliru dan berpotensi merendahkan orang lain.
Islam mengajarkan agar memeprgunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada siapapun seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.(Al-Israa : 23)
2.      Qawlan Sadida ( Perkataan jujur )
Berkata benar berarti berkata jujur, apa adanya, jauh dari kebohongan orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya setiap perkataan yang keluar dari mulutnya selalu mengandung kebenaran.
Dalam kehidupan keluarga, masalah berkata benar ini penting apalagi dalam konteks pendidikan anak. Islam mengajarkan agar orang tua selalu berkata benar kepada anak. Berbicara kepada orang lain harus benar katakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
3.      Qawlan ma’rufa (berkata yang baik/pantas)
Qawlan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas / baik.
Dalam surat al-baqarah ayat 263 Allah berfirman :
قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ
“Perkataan yang baik dan pemberian ma'af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Al-Baqarah : 263).
Islam mengajarkan agar ketika memberi orang lain yang minta sedekah disertai dengan perkataan yang baik, bukan diiringi dengan perkataan kasar sebab perkataan yang kasar dapat menyakiti perasaan orang lain.
4.      Qawlan Baligha ( berkata yang bermanfaat / mengena jiwa )
Qawlan baligha adalah komunikasi yang efektif dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :
أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلاً بَلِيغاً
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa pada jiwa seseorang. Dalam keluarga komunikasi mereka”. (An-Nisaa : 63)
Ayat diatas memberikan isyaratbahwa komunikasi itu efekif bila perkataan yang disampaikan itu berbekas yang berbekas di jiwa adalah penting. Komunikasi seperti ini hanya terjadi bila komunikasi yang berlangsung itu efektif mengenai sasaran. Artinya apa yang dikomunikasikan itu secara terus terang, tidak bertele-tele sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju.
5.      Qawlan Layyina ( berkata yang lemah lembut )
Islam mengajarkan agar menggunakan komunikasi yang lemah lembut kepada siapapun. Dalam keluarga orang tua sebaiknya berkomunikasi pada anak dengan cara lemah lembut, jauh dari kekerasan dan permusuhan. Dengan menggunakan komunikasi yang lemah lembut, selain ada perasaan bersahabat yang menyusup ke dalam telung hati anak. Ia juga berusahamenjadi pendengar yang baik, perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". ( Thaahaa : 44)

6.      Qawlan Maiusura ( perkataan yang pantas )
Dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dianjurkan untuk mempergunakan bahasa yang mudah ringkas, dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qawlan manusia yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan perasaan.[11]

F.   Faktor –faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan dirinya yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi ibu adalah antara suami dan istri antara ayah dan anak antara ibu dan anak, dan antara anak dan anak, hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, sama-sama mengalami, sama pendapat, dan sama pandangan.[12]
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi kimunikasi da,am keluarga, seperti yang akan duraikan berikut ini :
a.       Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tang khas bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter. Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.
b.      Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c.       Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.
d.      Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.
e.       Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f.       Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.[13]




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian didalam pembahasan dari kelompok kami dapat menarik kesimpulan :
1.   Komunikasi adalah dimana ada masyarakat yang melakukan hubungan sosial disitu ada kegiatan komunikasi.
Keluarga merupakan sebuah lembaga yang didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan.
Komunikasi dalam keluarga adalah sebuah penyampaian pesan atau informasi yang berlangsung dalam keluarga. Disitu diperlukan keterbukaan di dalam berkomunikasi antar anggota dalam suatu keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam keluarga akan selalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak – anak masih di asah di dalamnya.
2.   Berdasarkan kasuistik yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga, maka pola komunikasi berkisar seputar model sebagai berikut :
a.       Stimulus – Respons ( S-R )
b.      Model interaksional
c.       Hubungan antar peran
Aneka komunikasi dalam keluarga meliputi :
a.       Komunikasi verbal
b.      Komuniksai nonverbal
c.       Komunikasi individual
d.      Komunikasi kelompok
3.   Etika komunikasi keluarga dalam Islam ada 6 prinsip yaitu :
a.       Qawlan Karima (perkataan yang mulia)
b.      Qawlan Sadida (perkataan yang benar/lurus)
c.       Qawlan ma’rufa (perkataan yang baik/pantas)
d.      Qawlan Baligha (perkataan yang efektif)
e.       Qawlan Layyina perkataan yang lemah lembut)
f.       Qawlan Maisura (perkataan yang pantas)
4.   Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah
a.       Citra diri dan citra orang lain
b.      Suasana psikologis
c.       Lingkungan fisik
d.      Kepemimpinan
e.       Bahasa
f.       Perbedaan usia

B.     Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kritik terutamannya saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah kami ke depan yang lebih baik. Atas saran yang diberikan disampaikan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta.
M. Yusuf, Pawit, 2009. Ilmu Informasi Komunikasi dan Kepustakaan, jakarta : bumi Aksara.
Mulyona, Deddy, 2005. Nuansa-nuansa Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya
Tubss L.Stewart dan Sylvia Moss,Human Communication, Bandung : Remaja rosda Karya
http://aliyahnuraini.wordpress.com/2009/04/04/komunikasi-keluarga.
http://pondokhikmat.tripod.com/komunikasikelurga_efektif.htm

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............