CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, 11 January 2012

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KELOMPOK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah
Komunikasi adalah istilah yang begitu popular dwasa ini. Media masa, buku, kelompok diskusi, pelatihan, lokarnya, seminar, dan sebagainya membahas komunikasi. Manusia modern diberondong oleh pesan-pesan komunikasi dari berbagai jurusan, baik secara terang-terangan, ataupun secara halus, baik secara verbal ataupun non verbal.
Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut tidak hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita secara kreatif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator pendeknya. Komunikasi efektif adalah makna bersama.
Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun. Sebagaian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi. Meskipun demikian, ketika manusia dilahirkan ia tidak dengan sendirinya dibekali dengan kemampuan untuk berkomunikasi efektif. Kemampuan seperti itu bukan bawaan melainkan dipelajari
B.     Rumusan Masalah
Makalah ini membahas beberapa permasalah antara lain ;
1.      Definisi  komunikasi antar pribadi ?
2.      Definisi komunikasi kelompok ?
B.     Tujuan Masalah
Makalah ini mempunyai beberapa tujuan antara lain ;
1.      Memahami komunikasi antar pribadi.
2.      Memahami komunikasi kelompok.
C.    Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas tentang komunikasi anatarpribadi dan komunikasi antar kelompok.

BAB II
PEMBAHASAN


A.                Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpesonal memiliki dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Komunikasi antarpesonal adalah komunikasi yang terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus menerus (kualitatif). Komunikasi interpesonal mengacu pada pesan-peasan yang dikirimkan oleh orang –orang secara intern (pemikiran), yang sering kali berhubungan dengan diri merekasendiri (evaluasi diri). Studi komunikasi antarpesona efektif berdasarkan teori yang logis meliputi keahlian yang dapat diterapkan pada lingkungan bisnis.
Suatu studi nasional mengenai direktur personalia menyatakan bahwa keahlian komunikasi antarpesonal dan keahlian hubungan manusia menduduki urutan dalam keenam belas factor terpenting yang diperlukan dalam keberhasilan prestasi kerja. [1]
Salah satu rumusan yang banyak digunakan, sebuah adaptasi dari Hovland (1948: 371), menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi sebagai suatu keadaan interaksi ketika seseorang (komunikator) mengirimkan stimulasi (biasanya simbol-simbol verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan), dalam sebuah peristiwa tatap muka.[2]
Persoalan penilaian hubungan merupakan persoalan lain yang penting dalam komunikasi antarpribadi. Dalam hubungan ini, dicakup setidaknya enam tahap atau tingkatan hubungan (Ruben : 321-325)
a.       Initiation. Pada tahap ini, masing-masing partisipan saling membuat kalkulasi atau menaksir-naksir satu dengan lain, dan mencoba mengupayakan penyesuaian-penyesuaian.
b.      Ekplorasi. Pada tahap ini, partisipan saling berusaha mengetahui karakter orang lain, misalnya minat, motif, dan nilai-nilai yang dipegang.
c.       Intensifikasi. Pada tahap ini, partisipan saling bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak.
d.      Formalisasi. Pada tahap ini partisispan saling sepakat mengenai hal-hal tertentu, yang kemudian terformalisasikan kedalam berbagai tingkah laku, misalnya, berjanji untuk saling bertemu lagi, mendatangani kontrak bisnis atau saling bercumbu.
e.       Redifinisi. Pada tahap ini jalinan hubungan dan komunikasi yang ada dihadapkan pada persoalan-persoalan baru dan silih berganti seiring dengan perjalanan waktu.
f.       Hubungan yang memburuk. Gejala semakin memburuknya hubungan kadangkala tidak disadari sepenuhnya oleh partisipan  komunikasi.[3]
Josep A. Devito dalm bukunya “ The Interpersonal Communication Book” mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai :
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.
Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlagsung secara dialogis, dimana selalu lebih baik  daripada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak terdapat interaksi.
2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
a.  Mengenal Diri  Sendiri dan Orang Lain
Mengenal diri sendiri adalah melalui komuinikasi antar pribadi. Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbioncangkan diri kita sendiri.
b. Mengetahui Dunia Luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain .
c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk social. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.
d. Mengubah Sikap dan Perilaku
Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui  komunikasi antar pribadi.
e. Bermain dan Mencari Hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Seringkali tujuan ini dianggap penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas.
f. Membantu
Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antar poribadi.[4]

3. Komunikasi antar pribadi dilihat dari komponen-komponennya.
a. Pengiriman Penerima
Komuniukasi antar pribadi melibatkan paling tidak 2 orang. Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi memformulasikan dan mengirim pesan (fungsi pengirim) dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan (fungsi penerioma).
b. Encoding-Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan. Decoding adalah tindakan untuk menginterprestasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima.
c. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antar pribadi,  pesan-pesan yang dipertukarkan b isa berbentuk verbal, atau non verbal, atau gabungan antara bentuk verbal dan non verbal.
d. Saluran
Saluran berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengirim dan penerima ionformasi dalam komunikasi antar pribadi lazimnya, para pelaku komunikasi antar pribadi bertemu secara tatap muka.
e. Gangguan (Noise)
Sering kali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-pesan yang diterima, hal ini disebabkan adanya gangguan saat berlangsung komunikasi. Dalam komunikasi antar pribadi, gangguan ini mencangkup 3 hal yaitu gangguan fisik, gangguan psikologis, gangguan semantic.
f. Umpan Balik                      
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antar pribadi karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dengan berebagai cara, baik secara verbal maupun non verbal.
g. Konteks
Konteks dimana kita berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri.
4. Komunikasi antar pribadi dilihat dari proses pengembangannya
              Menurut perspektif pengembangan, komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.
              Devinisi ini membedakan komunikasi impersonal dan interpersonal antar pribadi berdasarkan 3 faktor : prediksi pada data psikologis, interaksi berdasarkan pada pengetahuan, dan interaksi berdasarkan aturan yang ditentukan sendiri.



a.    Prediksi-prediksi bertdasarkan data psikologis
Interaksi antar pribadi yang dilakukan oleh para pelaku didasarkan pada prediksi mereka tentang data psikologis orang lain. Artinya, dalam komunikasi antar pribadi seseorang memprediksikan orang lain menurut cirri-ciri khas atau hal-hal spesifik dari orang tersebut.
b.   Interaksi-interaksi yang berdasarkan pada pengetahuan
Dalam situasi antar pribadi, kita tidak hanya dapat memprediksikan bagaimana seseorang akan bertindak, tetapi juga dapat menjelaskan perilaku orang tersebut.
c.    Interaksi berdasarkan pada aturan-aturan yang ditentukan sendiri
Dalam situasi-situasi impersonal, aturan-aturan perilaku interaksi ditentukan oleh norma-norma social. Misalnya dalam masyarakat dan budaya jawa, perilaku hubungan dosen-mahasiswa harus sesuai dengan norma-norma yang ada.[5]
5.Menilai kualitas hubungan antara dua-orang
              Pertama, dalam hubungan berkualitas tinggi, informasi tentang orang lain lebih bersifat psikologis dari pada bersifat cultural dan sosiologis.
Kedua, karakteristik hubungan berkualitas tinggi adalah bahwa aturan-aturan dalam hubungan ini lebih banyak dikembangkan oleh kedua orang yang terlibat di dalamnya.
Ketiga, peranan dalam hubungan antar pesona pada pokoknya lebih ditentukan oleh karakter pribadi dari pada oleh situasi.
Keempat, hubungan berkualitas tinggi lebih menekankan pilihan perseorangan dari pada pilihan kelompok.[6]




B.  Komunikasi Antar Kelompok
  1. Karakteristik komunikasi kelompok
Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan dalam komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topic bahasan, dan sebagainnya.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut. Contoh : tetangga, keluarga, kawan-kawan dekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite untuk mengambil suatu keputusan, komunikasi in dengan sendirinya melibatkan komunikasi interpersonal (antar pribadi).

Adapun karakteristik komunikasi kelompok, antara lain :
1.      Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen.
2.      Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga.
3.      Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung, karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung..
4.      Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar).
5.      komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.
6.      Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
Adapun pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, antara lain :
a.       Konformita
Konformita adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan atau melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk sutuju juga.
b.      Fasilitasi social
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965)[7] menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi ada berbagai situasi social, bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita. Energy yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatamn prestasi. Bila respo itu salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar; karena itu, peneliti-peneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

c.       Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan kea rah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung kegiatan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.
3        Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut presentasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).
 Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.[8]
Dalam komunikasi kelompok dan pengambilan keputusan kelompok, istilah kepemimpinan (leader ship) sangat penting. Dalam hubungan ini, kepemimpinan mempunyai dua dimensi fungsi sekaligus : (a) mempertahankan kelangsungan kelompok (group maintenance function), dan (b) pencapaian tujuan (group achievemen function) (Ruben, 1988:348-350). Fungsi maintenance meliputi sederet fungsi penting, seperti : (a) mendorong partisipasi, (b) pengaturan proses-proses interaksi, (c) membantu upaya-upaya mencapai tujuan, (d) mendorong kerjasama, (e) menengahi atau mendamaikan konflik, (f) melindungi hak-hak individual warga kelompok, (g) memberikan acuan perilaku-perilaku ideal yang dapat di contoh, (h) menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelompok terutama apabila terjadi kegagalan-kegagalan, dan (i) membantu mendorong tumbuh berkembangnya kelompok.
Fungsi achievement dari leadership mencakup : (a) penyampaian informasi baik dalam pengertian  internal maupun eksternal. (b) perencanaan, (c) penentuan orientasi, (d) mengintegrasikan, (e) perwakilan, (f) mengkoordinasikan, (g) penyampaian penjelasan apabila terjadi kesimpangsiuran tersemai benih-benih konflik, (h) evaluasi, (i) pemberian stimulasi.
Setidaknya terdaat dua perspektif atau pendekatan penting didalam mengkaji komunikasi kelompok, yaitu pendekatan input-proses-output, dcan pendekatan strukturasi (Littlejohn, 2002 : 263-273). Pendekatan input-proses-output sangat dipengaruhi aliran filsafat pragmatisme, terutama pikiran-pikiran John Dewey, yang kemudian melahirkan dua tradisi kajian komunikasi kelompok, yakni tradisi fungsional dan tradisi interaksional. Dewey, dalam hubungan ini, mengamati bahwa ada enam tahap dalam proses komunikasi kelompok untuk memecahkan persoalan : (a) pengutaran kesulitan-kesulitan atau permasalahan-permasalahan, (b) mendefinisikan permasalahan, (c) menganalisis permasalahan, (d) pengutaraan kemungkinan-kemungkinan jalan keluar, (e) menimbang atau membanding-bandingkan saran atau jalan keluar tersebut dan mengujinya dengan tujuan-tujuan serta criteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan jalan keluar yang baik, dan (f) menerapkan atau melaksanakan jalan keluar terbaik yang dipilih.[9]

1.      Sifat komunikasi kelompok kecil
 Komunikasi kelompok kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya dibawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Inti dari definisi ini adalah bahwa masyarakat berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling mempengaruhi.
a.       Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
Komunikasi kelompok kecil yang efektif menghendaki anda untuk berkomunikasi dengn orang lain melalui tatap muka. Interaksi yang berarti dapat berlangsung jika komunikasi melibatkan hal berbicara dan mendengar dalam lingkungan yang umum. Melalui pengenalan, teknologi baru-komputer, mesin faxsimili, telekonferensi, dan bentuk komunikasi cepat lainnya-masyarakat semakin terbiasa berkomunikasi dan menyokong hubungan tanpa kehadiran fisik orang lain. Bagaimanapun, komunikasi kelompok yang terbaik terjadi bila orang-orang dapat segera menanggapi komunikasi verbal dan nonoverbal orang lain secara pribadi.
b.      Kelompok memiliki sedikit partisipan
Terdapat berbagai macam opini mengenai berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kelompok kecil, tetapi umumnya berdasarkan parameter luar adalah 3 sampai 12 orang. Sedangkan ukuran sebagian lainnya ditentukan oleh tujuan kelompok. Jika tujuannnya untuk mendorong input individu, diperlukan jumlah anggota yang lebih kecil. Jika anggota –anggota hendak ditampakkan ke dalam berbagai sudut pandang,  sebaiknya dibentuk kelompok yang lebih besar. Keanggotaan suatu kelompok harus cukup besar sehingga terdcapat semua fungsi yang berorientasi pada tugas dan manusia yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.lima sampai tujuh orang partisipan  biasanya merupakan ukuran yang cukup bagi sebuah kelompok kerja. Kelompok ini tidak terlalu kecil untuk membagi sebuah tugas dan juga tidak terlalu besar untuk mencegah interaksi bebas diantara para anggota.
c.       Kelompok bekerja di bawah arahan seorang pemimpin
Kepemimpinan merupakan sebuah dimensi penting dari suatu studi kelompok kecil. Kelompok-kelompok kerja dapar berfungsi melalui kepemimpinan yang ditunjuk, kepemimpinan yang berdasarkan  jabatan atau pangkat, a tau kepemimpinan darurat.hal yang pokok adalah tindakan kepemimpinan, atau tindakan bersama yang membantu kelompok-kelompok yang mencapai tujuannya, sangat diperlukan untuk kesehatan, efisiensi dan efektifitas kelompok. Biasanya, hal yang lebih efisien dilakukan adalah memiliki orang yang telah ditunjuk sebelumnya sebagai pemimpin rapat, penyelenggara rapat, moderator, pemimpin, atau fasilitator kelompok. Apabila pihak berwenang yang lebih tinggi tidak menunjuk seorang pemimpin, sebaiknya mereka memilih seseorang untuk jabatan tersebut.
d.      Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
Beberapa orang berada dalam lift di sebuah gedung perkantoran. Salah seorang dari mereka berkata,”Hari ini hari yang indah. Saya heran bagaimana  merger berlangsung?” Mendapati dirinya tidak dihiraukan justru mendapatkan tatapan dingin, dengan perasaan malu pembicara itu terdiam dan berpikir betapa kakunya orang-orang yang bersamanya di lift itu. Lalu, apakah kumpulan orang yang berada dalam lift tadi merupakan sebuah kelompok? Menurut sebagian besar devinisi, kumpulan orang tersebut bukan merupakan kelompok. Untuk menjadi sebuah kelompok, para anggota harus membagi tujuan bersama. Meskipun orang-orang dalam lift terikat dalam aktivitas yang sama semuanya menggunakan lift-mereka mungkin tidak menuju lantai yang sama, ruang kantor yang sama, atau tempat tujuan yang sama. Untuk menjadi sebuah tim yang efektif, sebuah kelompok harus memiliki identitas bersama yang ditinjukan oleh cita-cita atau tujuan bersama.
e.       Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain
Untuk menjadikan anggota yang bersama-sama itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terdapat pengaruh bersama-setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbale balik ini marupakan hal penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut. Beberapa orang memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; beberapa orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas.
2.      Kelebihan bekerja dalam kelompok
a.       Kerja sama kelompok
Kekuatan gabungan orang-orang yang berpikir bersama menghasilkan produk yang lebih baik dari pada yang dipikirkan oleh individu pemikir terbaik dalam kelompok tersebut.
b.      Kelompok lebih kreatif daripada individu
Muhammad Ali pernah berkata,”orang yang tidak memiliki imajinasi tidak memiliki sayap.” “sayap” imajinasi lebih dinamis dalam lingkungan kelompok. Di samping memiliki lebih banyak pengalaman bersama yang dapat digunakan.
c.       Kelompok lebih banyak belajar dari pada individu
Pepatah “Belajar sambil bekerja” diterapkan dalam kelompok kerja. Anda akan belajar banyak bila mengajarkan mata pelajaran tertentu dari pada anda mempelajari topic tersebut sendirian.
d.      Kelompok melaksanakan tindakan-tindakan yang perencanaannya dibantu anggota
Orang-orang melaksanakan berbagai keputusan yang perumusannya dibantu anggota.
3.      Kekurangan bekerja dalam kelompok
a.       Kelompok membutuhkan waktu lebih lama dari pada individu
Banyak orang tidak menyukai pembuatan keputusan kelompok kecil karena kerja kelompok menghabiskan banyak waktu. Kelebihan bekerja dalam kelompok kecil hanya diperoleh orang-orang yang memiliki kesabaran menginvestasikan waktu lebih untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
b.      Kelompok mungkin didominasi individu
Dalam konteks kelompok, sering kali terdapat orang-orang yang ingin mendominasi suatu diskusi. Keinginan memimpin yang besar untuk memimpin, membuat mereka mengecilkan hati anggota lain dalam hal pemberian kontribusi yang mungkin berguna.
c.       Kelompok mungkin mengandalkan satu atau dua individu untuk melakukan pekerjaan
Bekerja dalam kelompok dengan mudah menyebarkan rasa tanggung jawab. Bergabung dengan kelompok dan memberikan sedikit kontribusi atau tidak sama sekali merupakan hal yang mudah.
d.      Kelompok mungkin mennekan para individu untuk menyesuaikan diri
Dalam lingkungan kelompok sering terdapat tekanan untuk menyesuaikan diri.
4.      Pemecahan masalah dalam kelompok
a.    Langkah 1: mendefinisikan dan membatasi masalah
Tahap pertama dalam berpikir bijaksana adalah mengenali masalah secara jelas melalui pendefinisian. Jadi, seluruh anggota kelompok memiliki pengertian bersama tentang tujuan rapat. Angota-anggota kelompok akan lebih produktif dan puas bila pemahaman bersama tentang suatu masalah dicapai lebih awal.
b.    Langkah 2: menganalisis masalah
Analisis merupakan langkah kedua dalam tahap pendeskripsian masalah. Pada saat anda menganalisis suatu masalah, anda mengamati setiap bidang masalah tersebut. Sebagaimana seorang dokter memeriksa penyebab masalah tersebut. Analisis melibatkan penelitian dan penyelidikan berbagai sebab, akibat, gejala, dan riwayat penyakit; penetapan criteria mengenai pemecahan yang harus dipenuhi; dan pemberian latar belakang informasi lainnya mengenai masalah yang akan membantu kelompok mencapai penyelesaian.
c.    Langkah 3 : menghasilkan pemecahan yang memungkinkan
Setelah masalah didefinisikan, dibatasi dan dianalisis, sekarang kelompok harus mengenali pemecahan yang memungkinkan. Karena hal ini merupakan langkah yang paling efektif, kelompok harus memiliki bermacam-macam pemecahan yang memungkinkan untuk dipertimbangkan. Brainstorming (urun rembuk) merupakan salah satu alat kreatif yang membantu menaruh gagasan-gagasan pada pemecahan yang memungkinkan untuk suatu masalah.
 Merinci sejumlah panduan yang dapat digunakan untuk mendapatkan hasil terbaik dari sesi brainstorming.
a.    Menunda penilaian
Peraturan ini melindungi gagasan para partisipan dari kritik. Kritik dan penemuan kesalahan melumpuhkan kreaktivitas. Seharusnya, tidak seorang pun diizinkan mengkritik saran atau mengabsahkan pemecahan sampai sesi brainstorming berakhir.
b.    Berpikir liar
Setiap gagasan, betapa pun ekstrimnya, berhak untuk di dengar. Mendengarkan gagasan seseorang mungkin mencetuskan pemikiran anggota lain. Acapkali, kombinasi kerja sama antara saran seseorang dengan adaptasi orang lain menghasilkan pemecahan.
c.    Mempraktekkan saling mendukung
Berharaplah muncul gagasan gila dan liar dari seseorang untuk mencetuskan gagasan lain dari anggota lain.”saling mendukung” (atau “membonceng”) pada dasarnya merupakan proses penghubungan dengan saran orang lain atau penggabungan dua gagasan.
d.      Menekankan kuantitas gagasan, bukan kualitas
Meskipun aturan ini dicantumkan dalam panduan pertama, hal ini tidak dapat ditekankan secara berlebihan.
e.       Membuat daftar
Mintalah seorang anggota kelompok membaca semua gagasan yang disarankan. Para partisipan harus melihat bahwa gagasan-gagasan mereka masih dipertimbangkan sampai penyeleksian akhir dibuat. Jika memungkinkan, tempelkan daftar tersebut pada papan tulis atau flip chart sehingga seluruh gagasan dapat dilihat.

d.   Langkah 4 : menilai pemecahan yang dirasakan  
Pemimpin harus memulai penilaian pemecahan dengan mengulas criteria yang harus dipenuhi oleh setiap pemecahan yang dapat dipercaya. Melalui penggunaan criteria yang dimufakati, kelompok dapat memutuskan apakah setiap pemecahan yang diusulkan dapat memecahkan masalah. Pada tahap ini, kelompok mungkin menemukan kabutuhan untuk memodifikasikan criteria.
e.    Langkah 5 : memilih pemecahan terbaik
Setelah pemecahan dievaluasi, kelompok harus memilih pemecahan yang oleh para anggotannya dianggap sebagai pemecahan yang terbaik. Jika anggota kelompok telah menyetujui criteria yang berguna, memelihara semangat secara objektif, dan menjawab pertannyaan penilaian yang pantas secara jujur, maka pasti akan terdapat consensus atau persetujuan bersama. Konsensus memiliki bermacam-macam arti; biasannya menyiratkan kesepakatan yang tersirat tanpa pemungutan suara formal. Kadang-kadang sebuah kelompok tidak dapat mencapai kesepakatan umum mengenai pemecahan yang terbaik. Dalam keadaan seperti itu, mungkin diperlukan pengambilan suara, dengan suara mayoritas.
f.     Langkah 6 : melaksanakan pemecahan
Kerja kelompok tidak diselesaikan pada saat pemecahan dimufakati. Langkah terakhir dalam tahap pemecahan masalah dari pendekatan yang bijaksana adalah pelaksanaan (implementasi). Tes untuk setiap pemecahan adalah denngan cara mencobanya. Pertanyaan yang pantas dalam hal ini meliputi “Bagaimana kita dapat mempraktekkan pemecahan ini?” dan “Apa yang dapat kita lakukan untuk mengevaluasi keberhasilan pemecahan ini?” pemecahan harus diuji dan hasilnya diamati. Penilaian kembali dan pemodifikasian pemecahan mungkin merupakan hal yang perlu. Rencana-rencana dan prosedur harus diletakkan pada tempatnya untuk ulasan pemecahan yang dilakukan terus-menerus, terutama jika pemecahan masalah yang serius dan merugikan dipecahkan.[10]




BAB III
PENUTUP



A.    KESIMPULAN
1.                  Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpesonal memiliki dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Komunikasi antarpesonal adalah komunikasi yang terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus menerus (kualitatif). Komunikasi interpesonal mengacu pada pesan-peasan yang dikirimkan oleh orang –orang secara intern (pemikiran), yang sering kali berhubungan dengan diri merekasendiri (evaluasi diri). Studi komunikasi antarpesonal efektif berdasarkan teori yang logis meliputi keahlian yang dapat diterapkan pada lingkungan bisnis. Suatu studi nasional mengenai direktur personalia menyatakan bahwa keahlian komunikasi antarpesonal dan keahlian hubungan manusia menduduki urutan dalam keenam belas factor terpenting yang diperlukan dalam keberhasilan prestasi kerja.
2.                  Karakteristik komunikasi kelompok
Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan dalam komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi. Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topic bahasan, dan sebagainnya.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.

B.     SARAN
     Semoga dengan terselesaikannya makalah ini kita bisa memetik inti dari pelajaran Komunikasi Antar Individu dan Kelompok.
C.    HARAPAN

    Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.khususnya bagi yang membaca makalah ini.






DAFTAR PUSTAKA
B. Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, 1996, Komunikasi Bisnis dan
Profesional, Bandung : Remanja Rosdakarya

Ph. D, Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKIS

Fajar. Marhaeni,2009,  Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik, Yogyakarta : Graha Ilmu

Senndjaya Sasa Djuarsa, 2010, Materi Pokok PengantarIlmu Komunikasi, Jakarta : Universitas Terbuka

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, 2001, Human Communication,  Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Reed H. Blake, Edwin O. Haroldsen,2005,  Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya : Payprus


[1] B. Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional,(Bandung : Remanja Rosdakarya,1996) hal : 30-38
[2] Reed H. Blake, Edwin O. Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi, (Surabaya : Payprus, 2005) hal 30
[3] Pawito, Ph. D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta : LKIS, 2007) hal : 4-6
[4] Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009) hal : 77-80
[5] Sasa Djuarsa Senndjaya, Materi Pokok Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2010) hal 64-69
[6] Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) hal 11-12
[7] Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009) hal : 65

[8] Ibid hal : 65-71
[9] Pawito, Ph. D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta : LKIS, 2007) hal : 7-9
[10] B. Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional,(Bandung : Remanja Rosdakarya,1996) hal :149-162

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............