BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang Masalah
Komunikasi adalah istilah yang begitu popular dwasa
ini. Media masa, buku, kelompok diskusi, pelatihan, lokarnya, seminar, dan
sebagainya membahas komunikasi. Manusia modern diberondong oleh pesan-pesan
komunikasi dari berbagai jurusan, baik secara terang-terangan, ataupun secara
halus, baik secara verbal ataupun non verbal.
Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan,
tapi juga seni bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut
tidak hanya memahami prosesnya, tapi juga mampu menerapkan pengetahuan kita
secara kreatif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang
distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator pendeknya.
Komunikasi efektif adalah makna bersama.
Manusia telah berkomunikasi selama puluhan ribu tahun.
Sebagaian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi. Meskipun
demikian, ketika manusia dilahirkan ia tidak dengan sendirinya dibekali dengan
kemampuan untuk berkomunikasi efektif. Kemampuan seperti itu bukan bawaan
melainkan dipelajari
B.
Rumusan Masalah
Makalah ini membahas beberapa permasalah antara lain ;
1.
Definisi
komunikasi antar pribadi ?
2.
Definisi komunikasi kelompok ?
B.
Tujuan Masalah
Makalah ini mempunyai beberapa tujuan antara lain ;
1.
Memahami komunikasi antar pribadi.
2.
Memahami komunikasi kelompok.
C.
Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas tentang komunikasi anatarpribadi dan
komunikasi antar kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication)
1. Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpesonal memiliki dimensi kualitatif
dan dimensi kuantitatif. Komunikasi antarpesonal adalah komunikasi yang
terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat
alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus menerus
(kualitatif). Komunikasi interpesonal mengacu pada pesan-peasan yang
dikirimkan oleh orang –orang secara intern (pemikiran), yang sering kali
berhubungan dengan diri merekasendiri (evaluasi diri). Studi komunikasi
antarpesona efektif berdasarkan teori yang logis meliputi keahlian yang dapat
diterapkan pada lingkungan bisnis.
Suatu studi nasional mengenai direktur personalia
menyatakan bahwa keahlian komunikasi antarpesonal dan keahlian hubungan manusia
menduduki urutan dalam keenam belas factor terpenting yang diperlukan dalam
keberhasilan prestasi kerja. [1]
Salah satu rumusan yang banyak digunakan, sebuah
adaptasi dari Hovland (1948: 371), menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi
sebagai suatu keadaan interaksi ketika seseorang (komunikator) mengirimkan
stimulasi (biasanya simbol-simbol verbal) untuk mengubah tingkah laku orang
lain (komunikan), dalam sebuah peristiwa tatap muka.[2]
Persoalan penilaian hubungan merupakan persoalan lain
yang penting dalam komunikasi antarpribadi. Dalam hubungan ini, dicakup
setidaknya enam tahap atau tingkatan hubungan (Ruben : 321-325)
a.
Initiation. Pada tahap ini, masing-masing
partisipan saling membuat kalkulasi atau menaksir-naksir satu dengan lain, dan
mencoba mengupayakan penyesuaian-penyesuaian.
b.
Ekplorasi. Pada tahap ini, partisipan saling
berusaha mengetahui karakter orang lain, misalnya minat, motif, dan nilai-nilai
yang dipegang.
c.
Intensifikasi. Pada tahap ini, partisipan saling
bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak.
d.
Formalisasi. Pada tahap ini partisispan saling
sepakat mengenai hal-hal tertentu, yang kemudian terformalisasikan kedalam
berbagai tingkah laku, misalnya, berjanji untuk saling bertemu lagi,
mendatangani kontrak bisnis atau saling bercumbu.
e.
Redifinisi. Pada tahap ini jalinan hubungan dan
komunikasi yang ada dihadapkan pada persoalan-persoalan baru dan silih berganti
seiring dengan perjalanan waktu.
f.
Hubungan yang memburuk. Gejala semakin memburuknya
hubungan kadangkala tidak disadari sepenuhnya oleh partisipan komunikasi.[3]
Josep A. Devito dalm bukunya “ The Interpersonal
Communication Book” mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai :
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara
dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika”.
Pentingnya situasi komunikasi antar pribadi ialah
karena prosesnya memungkinkan berlagsung secara dialogis, dimana selalu lebih
baik daripada secara monologis. Monolog
menunjukkan suatu bentuk komunikasi di mana seorang berbicara, yang lain
mendengarkan, jadi tidak terdapat interaksi.
2. Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
a. Mengenal
Diri Sendiri dan Orang Lain
Mengenal diri sendiri adalah melalui komuinikasi antar pribadi.
Komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbioncangkan diri
kita sendiri.
b. Mengetahui Dunia Luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita
secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain .
c. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk social.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara
hubungan dekat dengan orang lain.
d. Mengubah Sikap dan Perilaku
Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Singkatnya kita banyak mempergunakan waktu untuk
mempersuasi orang lain melalui
komunikasi antar pribadi.
e. Bermain dan Mencari Hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Seringkali
tujuan ini dianggap penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu
dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas.
f. Membantu
Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang
mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar
dilakukan melalui komunikasi antar poribadi.[4]
3. Komunikasi antar pribadi dilihat dari
komponen-komponennya.
a. Pengiriman Penerima
Komuniukasi antar pribadi melibatkan paling tidak 2 orang. Setiap orang
yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi memformulasikan dan mengirim pesan
(fungsi pengirim) dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan (fungsi
penerioma).
b. Encoding-Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan. Decoding adalah tindakan
untuk menginterprestasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima.
c. Pesan-pesan
Dalam komunikasi antar pribadi,
pesan-pesan yang dipertukarkan b isa berbentuk verbal, atau non verbal,
atau gabungan antara bentuk verbal dan non verbal.
d. Saluran
Saluran berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengirim dan
penerima ionformasi dalam komunikasi antar pribadi lazimnya, para pelaku
komunikasi antar pribadi bertemu secara tatap muka.
e. Gangguan (Noise)
Sering kali terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-pesan
yang diterima, hal ini disebabkan adanya gangguan saat berlangsung komunikasi.
Dalam komunikasi antar pribadi, gangguan ini mencangkup 3 hal yaitu gangguan
fisik, gangguan psikologis, gangguan semantic.
f. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi
antar pribadi karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian
memberikan umpan balik dengan berebagai cara, baik secara verbal maupun non
verbal.
g. Konteks
Konteks dimana kita berkomunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi itu
sendiri.
4. Komunikasi antar pribadi dilihat dari proses pengembangannya
Menurut
perspektif pengembangan, komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu
dari yang bersifat impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.
Devinisi
ini membedakan komunikasi impersonal dan interpersonal antar pribadi
berdasarkan 3 faktor : prediksi pada data psikologis, interaksi berdasarkan
pada pengetahuan, dan interaksi berdasarkan aturan yang ditentukan sendiri.
a.
Prediksi-prediksi bertdasarkan data psikologis
Interaksi antar pribadi yang dilakukan oleh para
pelaku didasarkan pada prediksi mereka tentang data psikologis orang lain.
Artinya, dalam komunikasi antar pribadi seseorang memprediksikan orang lain
menurut cirri-ciri khas atau hal-hal spesifik dari orang tersebut.
b.
Interaksi-interaksi yang berdasarkan pada pengetahuan
Dalam situasi antar pribadi, kita
tidak hanya dapat memprediksikan bagaimana seseorang akan bertindak, tetapi juga
dapat menjelaskan perilaku orang tersebut.
c.
Interaksi berdasarkan pada aturan-aturan yang
ditentukan sendiri
Dalam situasi-situasi impersonal, aturan-aturan
perilaku interaksi ditentukan oleh norma-norma social. Misalnya dalam
masyarakat dan budaya jawa, perilaku hubungan dosen-mahasiswa harus sesuai
dengan norma-norma yang ada.[5]
5.Menilai kualitas hubungan antara dua-orang
Pertama,
dalam hubungan berkualitas tinggi, informasi tentang orang lain lebih bersifat
psikologis dari pada bersifat cultural dan sosiologis.
Kedua, karakteristik hubungan berkualitas tinggi
adalah bahwa aturan-aturan dalam hubungan ini lebih banyak dikembangkan oleh
kedua orang yang terlibat di dalamnya.
Ketiga, peranan dalam hubungan antar pesona pada
pokoknya lebih ditentukan oleh karakter pribadi dari pada oleh situasi.
Keempat, hubungan berkualitas tinggi lebih menekankan
pilihan perseorangan dari pada pilihan kelompok.[6]
B. Komunikasi
Antar Kelompok
- Karakteristik komunikasi kelompok
Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan dalam
komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap
individu yang yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan
kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga
menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.
Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi
guru dan murid di kelas tentang topic bahasan, dan sebagainnya.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut. Contoh :
tetangga, keluarga, kawan-kawan dekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite untuk mengambil suatu keputusan, komunikasi in
dengan sendirinya melibatkan komunikasi interpersonal (antar pribadi).
Adapun karakteristik komunikasi kelompok, antara lain
:
1.
Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen.
2.
Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam
melakukan tindakan pada saat itu juga.
3.
Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara
langsung, karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi
sedang berlangsung..
4.
Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional
(terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada
komunikasi kelompok besar).
5.
komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal
komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi
interpersonal.
6.
Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi
bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
Adapun pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi,
antara lain :
a.
Konformita
Konformita adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan atau melakukan hal yang sama. Jadi,
kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda
untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota,
usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan anggota
kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk
sutuju juga.
b. Fasilitasi
social
Fasilitasi (dari kata Prancis facile,
artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena
ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih
mudah. Robert Zajonz (1965)[7]
menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit
energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi ada berbagai situasi social,
bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita. Energy yang meningkat akan
mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan
adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang
benar, terjadi peningkatamn prestasi. Bila respo itu salah, terjadi penurunan
prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang
benar; karena itu, peneliti-peneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas
kerja individu.
c. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan kea
rah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai
sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat
lagi mendukung kegiatan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota
kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan
menentang lebih keras.
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Tujuan
pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut presentasi (performance)
tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).
Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh
anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam
kegiatan kelompok.[8]
Dalam komunikasi kelompok dan pengambilan keputusan kelompok,
istilah kepemimpinan (leader ship) sangat penting. Dalam hubungan ini,
kepemimpinan mempunyai dua dimensi fungsi sekaligus : (a) mempertahankan
kelangsungan kelompok (group maintenance function), dan (b) pencapaian
tujuan (group achievemen function) (Ruben, 1988:348-350). Fungsi maintenance
meliputi sederet fungsi penting, seperti : (a) mendorong partisipasi, (b)
pengaturan proses-proses interaksi, (c) membantu upaya-upaya mencapai tujuan,
(d) mendorong kerjasama, (e) menengahi atau mendamaikan konflik, (f) melindungi
hak-hak individual warga kelompok, (g) memberikan acuan perilaku-perilaku ideal
yang dapat di contoh, (h) menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelompok
terutama apabila terjadi kegagalan-kegagalan, dan (i) membantu mendorong tumbuh
berkembangnya kelompok.
Fungsi achievement dari leadership mencakup : (a)
penyampaian informasi baik dalam pengertian
internal maupun eksternal. (b) perencanaan, (c) penentuan orientasi, (d)
mengintegrasikan, (e) perwakilan, (f) mengkoordinasikan, (g) penyampaian
penjelasan apabila terjadi kesimpangsiuran tersemai benih-benih konflik, (h)
evaluasi, (i) pemberian stimulasi.
Setidaknya terdaat dua perspektif atau pendekatan penting
didalam mengkaji komunikasi kelompok, yaitu pendekatan input-proses-output,
dcan pendekatan strukturasi (Littlejohn, 2002 : 263-273). Pendekatan
input-proses-output sangat dipengaruhi aliran filsafat pragmatisme, terutama
pikiran-pikiran John Dewey, yang kemudian melahirkan dua tradisi kajian
komunikasi kelompok, yakni tradisi fungsional dan tradisi interaksional. Dewey,
dalam hubungan ini, mengamati bahwa ada enam tahap dalam proses komunikasi
kelompok untuk memecahkan persoalan : (a) pengutaran kesulitan-kesulitan atau permasalahan-permasalahan,
(b) mendefinisikan permasalahan, (c) menganalisis permasalahan, (d) pengutaraan
kemungkinan-kemungkinan jalan keluar, (e) menimbang atau membanding-bandingkan
saran atau jalan keluar tersebut dan mengujinya dengan tujuan-tujuan serta
criteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan jalan keluar yang baik, dan (f)
menerapkan atau melaksanakan jalan keluar terbaik yang dipilih.[9]
1.
Sifat komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok
kecil terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya dibawah
pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan
mempengaruhi satu sama lain. Inti dari definisi ini adalah bahwa masyarakat
berinteraksi, mereka saling bergantung, dan saling
mempengaruhi.
a. Kelompok
berkomunikasi melalui tatap muka
Komunikasi kelompok kecil yang
efektif menghendaki anda untuk berkomunikasi dengn orang lain melalui tatap
muka. Interaksi yang berarti dapat berlangsung jika komunikasi melibatkan hal
berbicara dan mendengar dalam lingkungan yang umum. Melalui pengenalan,
teknologi baru-komputer, mesin faxsimili, telekonferensi, dan bentuk komunikasi
cepat lainnya-masyarakat semakin terbiasa berkomunikasi dan menyokong hubungan
tanpa kehadiran fisik orang lain. Bagaimanapun, komunikasi kelompok yang
terbaik terjadi bila orang-orang dapat segera menanggapi komunikasi verbal dan
nonoverbal orang lain secara pribadi.
b. Kelompok
memiliki sedikit partisipan
Terdapat berbagai macam opini
mengenai berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membangun sebuah kelompok
kecil, tetapi umumnya berdasarkan parameter luar adalah 3 sampai 12 orang.
Sedangkan ukuran sebagian lainnya ditentukan oleh tujuan kelompok. Jika
tujuannnya untuk mendorong input individu, diperlukan jumlah anggota yang lebih
kecil. Jika anggota –anggota hendak ditampakkan ke dalam berbagai sudut
pandang, sebaiknya dibentuk kelompok
yang lebih besar. Keanggotaan suatu kelompok harus cukup besar sehingga
terdcapat semua fungsi yang berorientasi pada tugas dan manusia yang dibutuhkan
dalam penyelesaian pekerjaan.lima sampai tujuh orang partisipan biasanya merupakan ukuran yang cukup bagi
sebuah kelompok kerja. Kelompok ini tidak terlalu kecil untuk membagi sebuah
tugas dan juga tidak terlalu besar untuk mencegah interaksi bebas diantara para
anggota.
c. Kelompok
bekerja di bawah arahan seorang pemimpin
Kepemimpinan merupakan sebuah dimensi
penting dari suatu studi kelompok kecil. Kelompok-kelompok kerja dapar
berfungsi melalui kepemimpinan yang ditunjuk, kepemimpinan yang
berdasarkan jabatan atau pangkat, a tau
kepemimpinan darurat.hal yang pokok adalah tindakan kepemimpinan, atau tindakan
bersama yang membantu kelompok-kelompok yang mencapai tujuannya, sangat
diperlukan untuk kesehatan, efisiensi dan efektifitas kelompok. Biasanya, hal
yang lebih efisien dilakukan adalah memiliki orang yang telah ditunjuk
sebelumnya sebagai pemimpin rapat, penyelenggara rapat, moderator, pemimpin,
atau fasilitator kelompok. Apabila pihak berwenang yang lebih tinggi tidak
menunjuk seorang pemimpin, sebaiknya mereka memilih seseorang untuk jabatan
tersebut.
d. Kelompok
membagi tujuan atau sasaran bersama
Beberapa orang berada dalam lift di
sebuah gedung perkantoran. Salah seorang dari mereka berkata,”Hari ini hari
yang indah. Saya heran bagaimana merger
berlangsung?” Mendapati dirinya tidak dihiraukan justru mendapatkan tatapan
dingin, dengan perasaan malu pembicara itu terdiam dan berpikir betapa kakunya
orang-orang yang bersamanya di lift itu. Lalu, apakah kumpulan orang yang
berada dalam lift tadi merupakan sebuah kelompok? Menurut sebagian besar devinisi,
kumpulan orang tersebut bukan merupakan kelompok. Untuk menjadi sebuah
kelompok, para anggota harus membagi tujuan bersama. Meskipun orang-orang dalam
lift terikat dalam aktivitas yang sama semuanya menggunakan lift-mereka mungkin
tidak menuju lantai yang sama, ruang kantor yang sama, atau tempat tujuan yang
sama. Untuk menjadi sebuah tim yang efektif, sebuah kelompok harus memiliki
identitas bersama yang ditinjukan oleh cita-cita atau tujuan bersama.
e. Anggota
kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain
Untuk menjadikan anggota yang
bersama-sama itu sebuah kelompok, setiap anggota harus terbuka terdapat
pengaruh bersama-setiap orang dalam kelompok itu harus ikut serta dalam
kegiatan mempengaruhi dan dipengaruhi. Semangat timbale balik ini marupakan hal
penting bagi integritas suatu kelompok kecil. Perilaku setiap anggota
ditentukan dan menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah
kelompok dapat menentukan perilaku orang lain. Kehadiran seseorang dalam sebuah
kelompok dapat berpengaruh sangat penting terhadap perilaku dan pemikiran
anggota lain dan keseluruhan proses dalam kelompok tersebut. Beberapa orang
memberikan kontribusi gagasan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan; beberapa
orang lainnya menjaga kelompok tetap terpusat pada tugas.
2.
Kelebihan bekerja dalam kelompok
a. Kerja
sama kelompok
Kekuatan gabungan orang-orang yang
berpikir bersama menghasilkan produk yang lebih baik dari pada yang dipikirkan
oleh individu pemikir terbaik dalam kelompok tersebut.
b. Kelompok
lebih kreatif daripada individu
Muhammad Ali pernah berkata,”orang
yang tidak memiliki imajinasi tidak memiliki sayap.” “sayap” imajinasi
lebih dinamis dalam lingkungan kelompok. Di samping memiliki lebih banyak
pengalaman bersama yang dapat digunakan.
c. Kelompok
lebih banyak belajar dari pada individu
Pepatah “Belajar sambil bekerja” diterapkan
dalam kelompok kerja. Anda akan belajar banyak bila mengajarkan mata pelajaran
tertentu dari pada anda mempelajari topic tersebut sendirian.
d. Kelompok
melaksanakan tindakan-tindakan yang perencanaannya dibantu anggota
Orang-orang melaksanakan berbagai
keputusan yang perumusannya dibantu anggota.
3.
Kekurangan bekerja dalam kelompok
a. Kelompok
membutuhkan waktu lebih lama dari pada individu
Banyak orang tidak menyukai pembuatan
keputusan kelompok kecil karena kerja kelompok menghabiskan banyak waktu.
Kelebihan bekerja dalam kelompok kecil hanya diperoleh orang-orang yang
memiliki kesabaran menginvestasikan waktu lebih untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
b. Kelompok
mungkin didominasi individu
Dalam konteks kelompok, sering kali
terdapat orang-orang yang ingin mendominasi suatu diskusi. Keinginan memimpin
yang besar untuk memimpin, membuat mereka mengecilkan hati anggota lain dalam
hal pemberian kontribusi yang mungkin berguna.
c. Kelompok
mungkin mengandalkan satu atau dua individu untuk melakukan pekerjaan
Bekerja dalam kelompok dengan mudah
menyebarkan rasa tanggung jawab. Bergabung dengan kelompok dan memberikan
sedikit kontribusi atau tidak sama sekali merupakan hal yang mudah.
d. Kelompok
mungkin mennekan para individu untuk menyesuaikan diri
Dalam lingkungan kelompok sering
terdapat tekanan untuk menyesuaikan diri.
4.
Pemecahan masalah dalam kelompok
a. Langkah
1: mendefinisikan dan membatasi masalah
Tahap pertama dalam berpikir
bijaksana adalah mengenali masalah secara jelas melalui pendefinisian. Jadi,
seluruh anggota kelompok memiliki pengertian bersama tentang tujuan rapat.
Angota-anggota kelompok akan lebih produktif dan puas bila pemahaman bersama tentang
suatu masalah dicapai lebih awal.
b. Langkah
2: menganalisis masalah
Analisis merupakan langkah kedua
dalam tahap pendeskripsian masalah. Pada saat anda menganalisis suatu masalah,
anda mengamati setiap bidang masalah tersebut. Sebagaimana seorang dokter memeriksa
penyebab masalah tersebut. Analisis melibatkan penelitian dan penyelidikan
berbagai sebab, akibat, gejala, dan riwayat penyakit; penetapan criteria
mengenai pemecahan yang harus dipenuhi; dan pemberian latar belakang informasi
lainnya mengenai masalah yang akan membantu kelompok mencapai penyelesaian.
c. Langkah
3 : menghasilkan pemecahan yang memungkinkan
Setelah masalah didefinisikan,
dibatasi dan dianalisis, sekarang kelompok harus mengenali pemecahan yang
memungkinkan. Karena hal ini merupakan langkah yang paling efektif, kelompok
harus memiliki bermacam-macam pemecahan yang memungkinkan untuk
dipertimbangkan. Brainstorming (urun rembuk) merupakan salah satu alat
kreatif yang membantu menaruh gagasan-gagasan pada pemecahan yang memungkinkan
untuk suatu masalah.
Merinci sejumlah panduan yang dapat digunakan
untuk mendapatkan hasil terbaik dari sesi brainstorming.
a.
Menunda penilaian
Peraturan ini
melindungi gagasan para partisipan dari kritik. Kritik dan penemuan kesalahan
melumpuhkan kreaktivitas. Seharusnya, tidak seorang pun diizinkan mengkritik
saran atau mengabsahkan pemecahan sampai sesi brainstorming berakhir.
b.
Berpikir liar
Setiap gagasan,
betapa pun ekstrimnya, berhak untuk di dengar. Mendengarkan gagasan seseorang
mungkin mencetuskan pemikiran anggota lain. Acapkali, kombinasi kerja sama
antara saran seseorang dengan adaptasi orang lain menghasilkan pemecahan.
c.
Mempraktekkan saling mendukung
Berharaplah
muncul gagasan gila dan liar dari seseorang untuk mencetuskan gagasan lain dari
anggota lain.”saling mendukung” (atau “membonceng”) pada dasarnya merupakan
proses penghubungan dengan saran orang lain atau penggabungan dua gagasan.
d.
Menekankan kuantitas gagasan, bukan kualitas
Meskipun aturan
ini dicantumkan dalam panduan pertama, hal ini tidak dapat ditekankan secara
berlebihan.
e.
Membuat daftar
Mintalah seorang
anggota kelompok membaca semua gagasan yang disarankan. Para partisipan harus
melihat bahwa gagasan-gagasan mereka masih dipertimbangkan sampai penyeleksian
akhir dibuat. Jika memungkinkan, tempelkan daftar tersebut pada papan tulis
atau flip chart sehingga seluruh gagasan dapat dilihat.
d. Langkah
4 : menilai pemecahan yang dirasakan
Pemimpin harus
memulai penilaian pemecahan dengan mengulas criteria yang harus dipenuhi oleh
setiap pemecahan yang dapat dipercaya. Melalui penggunaan criteria yang
dimufakati, kelompok dapat memutuskan apakah setiap pemecahan yang diusulkan dapat
memecahkan masalah. Pada tahap ini, kelompok mungkin menemukan kabutuhan untuk
memodifikasikan criteria.
e.
Langkah 5 : memilih pemecahan terbaik
Setelah pemecahan
dievaluasi, kelompok harus memilih pemecahan yang oleh para anggotannya
dianggap sebagai pemecahan yang terbaik. Jika anggota kelompok telah menyetujui
criteria yang berguna, memelihara semangat secara objektif, dan menjawab
pertannyaan penilaian yang pantas secara jujur, maka pasti akan terdapat
consensus atau persetujuan bersama. Konsensus memiliki bermacam-macam arti;
biasannya menyiratkan kesepakatan yang tersirat tanpa pemungutan suara formal.
Kadang-kadang sebuah kelompok tidak dapat mencapai kesepakatan umum mengenai
pemecahan yang terbaik. Dalam keadaan seperti itu, mungkin diperlukan pengambilan
suara, dengan suara mayoritas.
f. Langkah
6 : melaksanakan pemecahan
Kerja kelompok
tidak diselesaikan pada saat pemecahan dimufakati. Langkah terakhir dalam tahap
pemecahan masalah dari pendekatan yang bijaksana adalah pelaksanaan
(implementasi). Tes untuk setiap pemecahan adalah denngan cara mencobanya.
Pertanyaan yang pantas dalam hal ini meliputi “Bagaimana kita dapat
mempraktekkan pemecahan ini?” dan “Apa yang dapat kita lakukan untuk
mengevaluasi keberhasilan pemecahan ini?” pemecahan harus diuji dan hasilnya
diamati. Penilaian kembali dan pemodifikasian pemecahan mungkin merupakan hal
yang perlu. Rencana-rencana dan prosedur harus diletakkan pada tempatnya untuk
ulasan pemecahan yang dilakukan terus-menerus, terutama jika pemecahan masalah
yang serius dan merugikan dipecahkan.[10]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Definisi Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpesonal memiliki dimensi kualitatif dan
dimensi kuantitatif. Komunikasi antarpesonal adalah komunikasi yang
terjadi terutama di antara dua atau beberapa orang (kuantitatif) yang bersifat
alamiah dan dapat menghasilkan suatu hubungan produktif secara terus menerus
(kualitatif). Komunikasi interpesonal mengacu pada pesan-peasan yang
dikirimkan oleh orang –orang secara intern (pemikiran), yang sering kali
berhubungan dengan diri merekasendiri (evaluasi diri). Studi komunikasi
antarpesonal efektif berdasarkan teori yang logis meliputi keahlian yang dapat
diterapkan pada lingkungan bisnis. Suatu studi nasional mengenai direktur
personalia menyatakan bahwa keahlian komunikasi antarpesonal dan keahlian
hubungan manusia menduduki urutan dalam keenam belas factor terpenting yang
diperlukan dalam keberhasilan prestasi kerja.
2.
Karakteristik komunikasi kelompok
Komunikasi dalam kelompok yakni kegiatan dalam
komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap
individu yang yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan
kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga
menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.
Misalnya, ngobrol-ngobrol antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi
guru dan murid di kelas tentang topic bahasan, dan sebagainnya.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.
B.
SARAN
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini
kita bisa memetik inti dari pelajaran Komunikasi Antar Individu dan Kelompok.
C.
HARAPAN
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua.khususnya bagi yang membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
B.
Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, 1996, Komunikasi Bisnis dan
Profesional,
Bandung : Remanja Rosdakarya
Ph.
D, Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKIS
Fajar.
Marhaeni,2009, Ilmu Komunikasi :
Teori dan Praktik, Yogyakarta : Graha Ilmu
Senndjaya
Sasa Djuarsa, 2010, Materi Pokok PengantarIlmu Komunikasi, Jakarta :
Universitas Terbuka
Stewart L.
Tubbs dan Sylvia Moss, 2001, Human Communication, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Reed
H. Blake, Edwin O. Haroldsen,2005, Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya :
Payprus
[1] B.
Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan
Profesional,(Bandung : Remanja Rosdakarya,1996) hal : 30-38
[2] Reed H.
Blake, Edwin O. Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi, (Surabaya : Payprus, 2005)
hal 30
[3] Pawito,
Ph. D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta
: LKIS, 2007) hal : 4-6
[4] Marhaeni
Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik, ( Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2009) hal : 77-80
[5] Sasa
Djuarsa Senndjaya, Materi Pokok Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2010) hal 64-69
[6] Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) hal
11-12
[7] Marhaeni
Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik, ( Yogyakarta : Graha Ilmu,
2009) hal : 65
[8] Ibid hal
: 65-71
[9] Pawito,
Ph. D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta : LKIS, 2007) hal :
7-9
[10] B.
Curtis, James, J. Floye, dan Jerry L.Winsor, Komunikasi Bisnis dan
Profesional,(Bandung : Remanja Rosdakarya,1996) hal :149-162
0 komentar:
Post a Comment
COMMENT PLEASE.............