CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sunday, 6 September 2009

MAJALAH PROVISI PROBOLINGGO
Rubrik : Arsip
BENARKAH KOI BISA HASILKAN JUTAAN RUPIAH ? Oleh: Drs. SULTAN WAHYUDI, M.Si
Jumat, 12 Oktober 07 - by : owner

Bagi masyarakat Kota Probolinggo mungkin istilah "KOI" merupakan suatu hal yang masih asing, apalagi melihat wujudnya. Koi adalah jenis ikan hias kolam air tawar yang sejak setengah abad lalu sudah menjadi komoditi non migas khususnya bagi masyarakat Blitar (Jawa Timur).


Ikan hias yang satu ini memang sangat jarang dipelihara masyarakat Kota Bestari, mengingat banyaknya jenis ikan hias lainnya yang sempat populer di Indonesia seperti Lou Han dan Arwana. Namun bagi masyarakat Blitar (Jawa Timur) ikan hias Koi ini sudah menjadi salah satu mata pencaharian petani ikan di sana, karena wilayah kecamatan yang tersebar di Kabupaten dan Kota Blitar merupakan titik sentral penghasil Ikan Koi yang sudah terkenal di Indonesia, seperti daerah Garum, Wlingi, Gandusari, Sutojayan, Kanigoro, Kademangan dan Sanan Kulon.


Masyarakat Blitar lebih tertarik untuk memanfaatkan area persawahnya sebagai kolam pembibitan maupun perbesaran Ikan Koi, karena keuntungan yang diperoleh dari hasil panen ikan lebih besar jika dibandingkan hasil panen padi atau palawija yang mereka dapatkan setiap tahunnya, apalagi harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah per-ekor bila memiliki warna cerah, polanya bagus dan memiliki bentuk tubuh yang indah.


Bertutur tentang asal muasal lahirnya ikan koi, berarti berbicara soal Niigata,
sebuah provinsi di Utara Jepang yang memang sejak dulu tersohor sebagai tempat lahirnya Koi pada awal 1800-an. Di zaman kekaisaran Edo, koi sudah mulai dipelihara sebagai klangenan eksklusif Niigata, terutama di Desa Yamakoshi, Kawaguchi, dan Hirokami hingga kini tetap diakui sebagai tempat terbaik penghasil Koi berkualitas tinggi.


Orang Jepang menyebut ikan koi dengan sebutan Nishikigoi, berasal dari kata Nishiki yang artinya kain berwarna-warni dan Goi yang artinya ikan karper. Kata Koi sendiri berasal dari bahasa Cina, kerena orang Cinalah yang pertama kali menternakkan ikan ini sejak tahun 1300-an. Tetapi, orang Jepang yang mendapatkan karper yang berwarna warni pertama kali di Ojiya, Niigata, dengan seleksi yang ketat dari ikan karper bisa dihasilkan ikan karper berwarna biru dan merah hasil mutasi. Pada 1870 di dapatkan strain warna merah putih yang disebut Kohaku.


Selanjutnya strain baru didapatkan hingga sekarang sudah beratus-ratus banyaknya. Sejak perang dunia ke II, Jepang sudah mengekspor beribu-ribu Koi ke Amerika Utara dan Eropa Barat. Faktor alam seperti air dan agroklimat yang sesuai merupakan berkah bagi para - nishikogoi shokunin sebutan peternak koi untuk mencetak koi-koi unggul itu.


Ikan Koi memiliki corak yang bermacam-macam seperti Kohaku yang bercorak merah putih dengan pattern (pola) yang simetris antara kiri dan kanan, atau Shiro Utsuri yang warnanya hitam dan putih, Sushui yang berwarna biru sepanjang punggung, Shiro Ogon yang hanya memiliki warna putih salju (polos) dan masih banyak lagi yang merupakan warna asli dari Koi tersebut, ataupun hasil dari penyilangan antar koi (mutasi). Jadi, setiap ikan Koi diberinama berdasarkan corak warna yang terdapat pada punggung ikan tersebut.


Cara membudidayakan dan mengembangkan Koi bias di bilang gampang-gampang susah, karena ikan Koi merupakan salah satu jenis ikan hias kolam air tawar yang bisa berwarna menarik (cerah) tetapi hanya di daerah tertentu saja. Selama ini ikan Koi berkembang di Indonesia dan dibudidayakan secara pesat hanya di daerah Blitar yang memiliki nilai kualitas ekspor yang baik. Namun pada baru-baru ini penulis telah mencoba untuk mengembangkan pembudaidayaan ikan tersebut di daerah Probolinggo, yang ternyata hasilnya cukup bagus dan menghasilkan kecerahan warna serta bentuk tubuh yang bagus dan indah sesuai dengan kriteria ikan koi berkualitas yang tidak kalah bagusnya dengan hasil budidaya dari daerah Blitar.


Salah satu hasil budidaya dan pembesaran Koi tersebut yang penulis lakukan selama ini di daerah Probolinggo adalah di Kelurahan Kademangan dan Kelurahan Pilang. Kedua tempat tersebut dipilih karena penulis menganggap tempat-tempat tadi memiliki tingkat kualitas air tanah yang sesuai, suhu udara yang memadai dan sinar matahari yang cukup bagi perkembangan ikan Koi.


Dimata para penghobi Koi, memelihara Koi menjadi suatu kenikmatan tersendiri, hal ini disebabkan karena selain memiliki corak berwarna-warni yang menawan juga ada anggapan bahwa memelihara Koi mendatangkan juga bisa hoki bagi pemiliknya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ikan Koi, seperti halnya masalah air karena hampir dipastikan bahwa dalam pemeliharaan ikan Koi 80% nya dipengaruhi oleh faktor air mengingat ikan hias ini berdarah dingin, suhu tubuhnya hampir mendekati suhu air, jadi perubahan suhu yang ekstrim akan berpengaruh langsung terhadapnya. Koi akan mampu bertahan pada temperatur antara 0-35 derajat celcius. Jika suhu itu tidak terpenuhi, maka akibatnya ikan koi akan sakit atau bahkan tak mau makan sampai mati.


Salah satu contoh jika temperatur dibawah 12 c derajat, maka daya kekebalannya tidak aktif dan dibawah 6 derajat biasanya mereka tidak akan mau makan. Temperatur yang ideal bagi ikan jenis ini adalah berkisar antara 15-25 derajat. Untungnya kondisi alam di Indonesia tidak terlalu ekstrim suhunya, sehingga batas–batas tersebut bisa terpenuhi. Faktor kedua yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman (pH). PH air biasanya diukur dengan derajat keasaman atau alkalinitas air berkisar antara pH 1-asam, pH 7-netral, dan pH 14-basa. Ikan koi akan lebih baik perkembangannya pada batas pH antara 6,5-8,5.


Selama proses budidaya Ikan koi ini penulis telah menghasilkan beberapa ikan koi yang mempunyai kriteria cukup bagus bagi seorang pemula, baik dari segi bentuk tubuh, pola warna dan kecerahan warna sehingga harga ikan Koi tersebut bisa mencapai ratusan ribu rupiah per-ekor. Sayangnya penulis dalam mengembangkan Koi ini tidak dikelola secara profesional karena penulis adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga waktu dan tenaga yang tersedia sangat terbatas.


Apabila peluang ini dikelola secara serius dan profesional tidak menutup kemungkinan ikan hias koi yang dibudidayakan di kota Bestari ini akan memiliki kualitas ekspor sesuai dengan harapan dan akan mencapai harga puluhan bahkan ratusan juta rupiah per ekor sebagaimana yang selama ini sudah dinikmati oleh petani Koi di daerah Blitar.


Bagi para petani ikan hias Koi lokal Blitar, pemasarannya tersebar di beberapa daerah di Indonesia diantaranya, adalah Semarang, Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Bali. Sedangkan untuk pemasaran berskala ekspor, Blitar merupakan satu-satunya daerah Koi terbaik di Indonesia yang telah mengekspor ke beberapa negara diantaranya adalah Amerika, Jerman, Prancis, Singapura, Jepang, dan beberapa negara tetangga di Asia dengan harga bervariasi menurut tingkat kualitas dan size (ukuran). Akan tetapi harga tersebut juga tergantung pada selera pembeli misalnya untuk harga seekor Koi jenis Kohaku yang berukuran ± 10 cm dengan kualitas super harganya bisa mencapai Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-. Jadi, memelihara ikan Koi bukan hanya sekedar hobi semata akan tetapi bisa sebagai hiburan untuk menghindari stres dan apabila ditekuni secara serius bisa menjadi peluang bisnis yang sangat menguntungkan dan mendatangkan hasil ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.


Dari hasil pengamatan yang selama ini penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak lahan tanah berpotensi yang
dimiliki masyarakat Probolinggo yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.
MAJALAH PROVISI PROBOLINGGO : http://provisi.awardspace.com/
Versi Online : http://provisi.awardspace.com//?pilih=lihat&id=12

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............