CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sunday 3 October 2010

PEMBAHASAN

A. Keutamaan Silahturahmi
Sesungguhnya silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah yang paling baik dan ketaatan yang paling agung, kedudukan yang tertinggi dan berkah yang besar, serta yang paling umum manfaatnya di dunia dan akhirat. Maka silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial, yang dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh tabiat yang selamat. Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia adalah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan itulah banyak orang yang menyambung (tali silaturrahim) kepada orang yang memutuskan dan memberi kepada orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah nampak muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali, kebaikan yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.
 Di antara besarnya perkara silaturrahim, sesungguhnya Allah mengambil baginya satu nama dari nama-Nya yang Maha Agung, maka dari Abdurrahman bin 'Auf, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ وَأَنَا الرَّحْمنُ, خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
"Allah berfirman, 'Aku adalah Allah, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku mengambilkan baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Aku menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang memutuskannya niscaya Aku memutuskan (hubungan dengan)nya." 
Keutamaan Silahturrahmi diantaranya:
1. Silaturahmi merupakan sebagian dari konsekuensi iman dan tanda-tandanya
Allah memerintahkan untuk menyambung hubungan silaturrahim setelah memerintahkan bertaqwa kepada-Nya. Maka Allah mengingatkan para da'i-Nya yang berada di antara manusia, agar menyambung tali silaturrahim, karena mereka berasal dari satu jiwa, dan untuk menunjukkan bahwa silaturrahim karena mengharapkan ridha Alah merupakan salah satu pengaruh taqwa kepada Allah yang penuh berkah, menjadi tanda meresapnya taqwa di dalam hati, merupakan petunjuk kebenaran iman. Maka manusia yang paling menyambung silaturrahim merupakan manusia yang paling sempurna iman dan paling bertaqwa kepada Rabb-Nya. Kerena inilah, Nabi Muhammad merupakan orang yang paling menyambung hubungan silaturrahim dan yang paling bertaqwa kepada Allah. 
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلام مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ 
رَحِمَهُ فَلْيَصِلْ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِر
"Barang dan hari akhir maka hendaklah iasiapa yang beriman kepada Allah dan memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi" 

2. Silaturahmi adalah penyebab bertambah umur dan luas rizqi
Sesungguhnya silaturrahim memperkuat kasih sayang dan menambah rasa cinta, serta memperkokoh ikatan kekeluargaan. Nabi bersabda:

إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ: قال رسول الله ص.م

“Sesungguhnya silaturrahim adalah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan memperpanjang umur”
 Sesungguhnya silaturrahim menambah umur, memakmurkan negeri, menambah keberkahan rizqi, dan memelihara kesudahan yang buruk. 

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلام
"Barangsiapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim."  
3. Silaturahmi menyebabkan adanya hubungan Allah swt bagi orang yang menyambungnya
Dalam satu riwayat al-Bukhari:

فَقَالَ اللهُ تعالى: مَنْ وَصَلَكَ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكَ قَطَعْتُهُ
"Allah swt berfirman: "Barangsiapa yang menyambung engkau niscaya Aku menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan engkau niscaya Aku memutuskannya" 

إَنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ:هَذَا مَقَامُ الْعَائِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: َنعَمْ, أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ َقطَعَكَ؟ قَالَتْ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ لَكَ.

"Sesungguhnya Allah  menciptakan makhluk, hingga apabila Dia  selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.' Dia  berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau? Ia menjawab, 'Bahkan.' Dia  berfirman, 'Itulah untukmu.'

4. Silaturahmi merupakan salah satu penyebab utama masuk surga dan jauh dari neraka
Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka.

 تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ : قال رسول الله صلى الله عليه وسلام
Rasulullah bersabda: “Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi” (HR Bukhari dan Muslim)
5. Silaturahmi merupakan ketaatan kepada Allah swt dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada Rabb-Nya
Allah swt berfirman:

"dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk."(QS. Ar-Ra'd :21)

6. Sesungguhnya ganjaran silaturahmi lebih besar dari pada memerdekakan budak
Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. 

 أَمّا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ ِلأَجْرِكِ : قال رسول الله ص. م
Rasulullah SAW bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu." 

7. Di antara besarnya ganjaran silaturahmi, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain
Dari Salman bin 'Amir ra

" الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ ": قال رسول الله ص. م
“Rasulullah bersabda: "Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturahmi.” (HR Tirmidzi)
Demikian pula dengan hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu 'anha, istri Abdullah bin Mas'ud ra, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi saw: Apakah boleh dia bersedekah kepada suaminya dan anak-anak yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi saw bersabda:

لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ : قال رسول الله صلى الله عليه وسلام
Rasulullah SAW bersabda: "Untuknya dua pahala, pahala kekeluargaan dan pahala sedekah." (HR Bukhari dan Muslim)
 Imam Muslim dan Imam Ahmad rahimahumallah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang terus kusambung hubungan dengan mereka sedangkan mereka memutuskannya, aku berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, serta mereka bersikap bodoh kepadaku sedangkan aku selalu bersikap santun kepada mereka

 قال رسُل الله ص.م. :مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذلِكَ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ لَئِنْ كُنْتَ
Rasulullah SAW bersabda: "Jika engkau benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau menaburkan bara panas di wajah mereka, dan senantiasa kemenangan dari Allah swt menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu." (HR Muslim)
 Sebagian manusia tidak menyambung hubungan dengan kerabatnya kecuali apabila mereka menyambungnya, ini pada hakekatnya bukan menyambung tali silaturahmi, sesungguhnya hal tersebut hanyalah membalas jasa saja, karena sesungguhnya muru`ah dan fitrah yang sehat menuntut untuk membalas jasa kepada orang yang berbuat baik kepadamu, sama saja ia termasuk kerabatmu atau bukan. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash ra dari Nabi saw 

 لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا : قال رسُل الله ص.م.
Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang menyambung (tali silaturahmi) bukanlah orang yang membalas jasa, akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) adalah yang apabila diputuskan hubungan (silatarrahim)nya, ia menyambungnya" (HR Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)

B. Dosa Memutuskan Silahturrahmi
 
Sesungguhnya memutuskan tali silaturahmi merupakan dosa besar yang Allah memberikan ancaman kepada pelakunya dengan berbagai siksaan dan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, padahal Rasulullah telah bersabda: 

 اَلرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُوْلُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ.: قال رسُل الله ص.م.
"Rahim bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung hubunganku niscaya Allah swt menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskan aku niscaya Allah swt memutuskan hubungan dengannya" (HR Bukhari dan Muslim)
Memutuskan silahturrahmi menyebabkan terhapusnya hati, butanya mata hati, dan terhalang dari mendapatkan ilmu yang bermanfaat, bahkan terhalang dari mendapat semua kebaikan, kehidupan orang yang memutuskan silaturahmi akan menjadi susah, tidak ada yang menyukai dan menyebutnya, dan apabila ia disebut orang, maka dengan pembicaraan yang buruk dan sifat yang jelek. Dikarenakan memutus silaturahmi termasuk telah memutuskan kepada pelakunyakerusakan di muka bumi, maka Allah dengan mendapat kutukan dan hukuman yang segera (di dunia) dan tertunda (di akhirat), Firman Allah swr:

 فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ 
"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)

Maka orang yang memutuskan tali silaturahmi terputus dari Allah swt, dan siapa yang Allah swt putuskan hubungan dengannya, maka kebaikan apakah yang bisa diharapkannya, dan keburukan apakah yang ia bisa aman darinya, baik di dunia maupun di akhirat selama ia masih memutuskan tali silaturahmi? orang yang memutuskan silaturahmi membawa dirinya untuk tidak dikabulkan doanya. Dari Abu Bakrah radari Nabi saw beliau bersabda:

 مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ 
"Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR Tirmidzi)

Dan diriwayatkan bahwa orang yang memutuskan tali silaturahmi, amalannya tidak akan diterima, dari Abu Hurairah ra ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
"Sesungguhnya amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jum'at, maka tidak diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturahmi" (HR Ahmad)
Dari Abdullah bin Abi Aufa ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi" (HR Muslim)
Dan orang yang memutuskan tali silaturahmi terancam tidak bisa masuk surga, dari Abu Muhammad Jubair bin Muth'im ra
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ : قال رسُل الله ص.م.
Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)" (HR Bukhari dan Muslim)

Akibat memutuskan silaturahmi :
1. Jika memutuskan enam hari seperti menumpahkan darahnya.
Rasulullah SAW bersabda : 
"Barangsiapa yang memutuskan hubungan dengan saudaranya selama enam hari, maka sama seperti menumpahkan darahnya" (HR Abu Daud)
Dibolehkan apabila dilakukan karena Allah ta’ala atau motivasinya untuk kepentingan agama. Seperti kisah tiga orang sahabat nabi yang tidak mau ikut perang Tabuk dan diasingkan selama 50 hari sebagai hukuman ketidak ikutsertaannya dalam perang.
2. Akan mendapat laknat, ditulikan dan dibutakan Allah Ta'ala. 
Allah berfirman:

"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (Q.S. Muhammad: 22-23)
3. Dosa yang dipercepat siksanya di dunia dan akhirat
Rasulullah SAW bersabda :
"Tidaklah ada dosa yang lebih pantas untuk Allah Ta'ala percepat siksaannya di dunia disamping ada yang diakhirkan bagi pelakunya di akhirat daripada kezhaliman dan memutuskan persaudaraan" (diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
4. Siapa yang memutuskan silaturrahmi maka Allah akan memutuskan dan menolaknya. Dalam hadist Qudsy, Allah Ta'ala berfirman: " Saya Ar-Rahman, Saya telah menciptakan rahmi dan Saya memberikannya nama dari 
pecahan nama-Ku. Siapa saja yang menyambungnya maka Saya akan menyambung hubungan dengan dia, sedangkan siapa yang memutuskannya maka Saya akan memutuskan hubungan dengan dia dan menolaknya". (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
5. Rahmat Allah tidak turun kepada orang yang memutuskan silaturahmi.
Rasulullah SAW bersabda :" Sesungguhnya rahmat tidak akan turun kepada segolongan orang yang ditengah mereka ada seseorang yang memutuskan hubungan keluarga" (HR. Al-Ashbahany dan At thabrani)
6. Malaikat Rahmat tidak turun kepada orang yang memutuskan silaturahmi.
Rasulullah SAW bersabda :" Sesungguhnya para malaikat tidak akan turun kepada segolongan orang yang di tengah mereka ada seseorang yang memutuskan hubungan kekeluargaan"(HR At-Thabrani)
7. Tidak akan masuk surga. Rasulullah SAW bersabda: “Tiga orang yang tidak akan masuk surga yaitu pembuat khamar, orang yang memutus-
kan hubungan kekeluargaan dan orang yang membenarkan sihir” (HR Ahmad, al-Hakim dan Ibnu Hibban)
" Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan" (Muttafaq alaih)
" Tidak akan masuk surga orang yang melakukan lima perkara: orang yang suka minum khamar, percaya kepada sihir, memutuskan sanak saudara, tidak akan masuk surga pula dukun (tukang ramal) dan orang yang suka mengungkit pemberiannya" (HR Ahmad)


C. Memuliakan Tetangga
Salah satu sisi akhlak terpenting yang diajarkan Rasulullah adalah memuliakan tetangga. Istri Nabi, 'Aisyah r.a. menyatakan bahwa “Rasulullah pernah bercerita, Malaikat Jibril selalu berwasiat agar Rasulullah senantiasa berbuat baik kepada para tetangga. Dalam hadis lain, Beliau menjelaskan, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya." (HR Muslim).
At-Thabrani meriwayatkan dengan sanad dhaif/lemah dari Ka’ab bin Malik ra, 
ألا إن أَربَعينَ دَار جار : قال رسُل الله ص.م.
“Ingatlah bahwa empat puluh rumah itu adalah tetangga 40 rumah” (dari sisi setiap penjuru (kanan, kiri, muka, dan belakang)).”
Jika ada seorang muslim berada ditengah-tengah komunitas yang beraneka ragam dan dia bersabar di sana, ikut berbaur di sana, mempunyai peran di masyarakat, dan dia tetap bersabra dengan ke islamannya. Hal tersebut lebih baik daripada seorang yang sholih, hafal quran, hafal hadist, rajin shalat, namun tidak mengenal atau perduli dengan tetangga dan masyarakat di sekitarnya.
Ada seorang perempuan dijaman Rasul, yang mengabiskan hidupnya dengan beribadah: shalat malam, puasa, baca quran. Namun kata Jibril wanita tersebut adalah penghuni neraka, karena dia tidak perduli dengan tetangganya. Kesempurnaan iman seseorang adalah sebanding dengan keperduliannya terhadap tetangganya. 
An Nisa ayat 36:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu Sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An Nisaa’: 36)
Tetangga di sini tidak hanya tetangga yang muslim, tapi juga yang non-muslim 

D. Persaudaraan Sesama Muslim
Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang mu’min, niscaya Allah menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan urusan orang lain niscaya Allah mudahkan urusannya di dunia dan akhirat, dan siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.(HR. Muslim)
Orang yang membantu kesulitan orang lain, maka Allah akan membalasnya dengan menghilagkan kesusahannya di hari kiamat. Jika kita memudahkan urusan orang lain, maka Allah juga akan memudahkan urusan kita. Ini adalah keberuntungan yang luar biasa. Kemudian lihat lagi hadis itu. Jika kita menutup aib orang lain, maka Allah juga akan menutup aib kita. Yaitu menghapus dosa dan kesalahan kita. Membicarakan kejelekan orang lain sangat dilarang dalam islam. Ingatlah amalan kebaikan kita akan habis dimakan oleh dosa ghibah.
Selain itu seorang muslim dengan muslim lainnya sangat dilarang saling membenci, saling menzalimi yang akan menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.(HR. Muslim)
Allah berfirman:

"orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."(Q.S. Al Hujurat: 10)

"dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain…"(Q.S. At Taubah: 71)

E. Menggunjing
Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak bicara akal, hati, perasaan dan jiwa, akhlak dan pendidikan. Agama yang mulia ini menggariskan adanya peraturan-peraturan agar seorang muslim dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih, menjaga kehormatan lisan, dan menjaga rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap Rabb-nya, dirinya dan seluruh manusia. Allah SWT. berfirman:" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujurat: 12)

G. MENGADU DOMBA (NAMIMAH) 
Namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan dan yang menyulut api kebencian serta permusuhan antar sesama manusia. Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, 

 “dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah” (Q.S. Al-Qalam: 10-11) 
Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah, disebutkan, 

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ.
“Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/472. Dalam An-Nihayah karya Ibnu Atsir, 4/11 disebutkan:” …Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada yang lain dengan tujuan mengadu domba.) 
Ibnu Abbas meriwayatkan, 

مَرَّ النَّبِيُّ بِحَائِطٍ مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِيْنَةِ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِيْ قُبُوْرِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ -ثُمَّ قَالَ- بَلَى [وَفِيْ رِوَايَةٍ: وَإِنَّهُ لَكَبِيْرٌ] كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ اْلآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ. 
“(Suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah kebun di antara kebun-kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar dua orang sedang disiksa di dalam kuburnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Keduanya disiksa, padahal tidak karena masalah yang besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam sebuah riwayat disebutkan, “Padahal sesungguhnya ia adalah persoalan besar.”). Salah seorang di antaranya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan seorang lagi (karena) suka mengadu domba.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 1/317.) 
Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Al-Bukhari
Pelaku namimah diancam dengan adzab di alam kubur. Ibnu Abbas meriwayatkan, “ (suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan lalu berkata, lalu bersabda, “Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diadzab. Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedang yang kedua, berjalan kesana kemari menyebarkan namimah.” (HR. Al-Bukhari)

Sikap Terhadap Pelaku Namimah
Imam An-Nawawi berkata, “Dan setiap orang yang disampaikan kepadanya perkataan namimah, dikatakan kepadanya: “Fulan telah berkata tentangmu begini begini. Atau melakukan ini dan ini terhadapmu,” maka hendaklah ia melakukan enam perkara berikut:
1. Tidak membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adalah orang fasik.
2. Mencegahnya dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela perbuatannya.
3. Membencinya karena Allah, karena ia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Maka wajib membenci orang yang dibenci oleh Allah.
4. Tidak berprasangka buruk kepada saudaranya yang dikomentari negatif oleh pelaku namimah.
5. Tidak memata-matai atau mencari-cari aib saudaranya dikarenakan namimah yang didengarnya.
6. Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah tersebut, sedangkan dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan namimah itu dengan mengatakan, “Fulan telah menyampaikan padaku begini dan begini.” Dengan begitu ia telah menjadi tukang namimah karena ia telah melakukan perkara yang dilarang tersebut.”


0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............