CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sunday, 3 October 2010

PEMBAHASAN

A. Arti Kata Isra’ dan Mi’raj
1. Isra’ 
Kata Isra’ berasal dari bahasa Arab yang artinya yang menurut lughah adalah “berjalan di waktu malam” atau “membawa berjalan di waktu malam hari”. Arti kata isra’ dalam Al Quran dinyatakan oleh Allah SWT.

"Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari…” (QS. Ad Dukhaan: 23)
Yang dimaksud dengan kata isra’ dalam kitab-kitab Islam yang lazim dipakai ialah perjalanan Nabi Muhammad SAW. dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) di waktu malam hari. Hal ini telah dinyatakan di dalam Al Qur’an.

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Israa’: 1)

2. Mi’raj 
Kata mi’raj berasal dari bahasa Arab yang artinya menurut lughah adalah “tangga” atau “alat untuk naik dari bawah ke atas”. Kata mi’raj dalam Al Quran dinyatakan oleh Allah SWT dengan firmannya yang berbunyi:

“(yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik.” (QS. Al Ma’aarij: 3)
Adapun arti kata mi’raj yang lazim dipakai dalam kitab agama Islam ialah perjalanan Nabi Muhammad SAW. bumi ke langit, sampai langit shaf tujuh dan terakhir sampai ke Sidratul Muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha naik kea lam atas melalui beberapa planet yang bertingkat-tingkat, lalu naik ke Baitul-Makmur, ke Sidratul Muntaha, dan terakhir ke Arsy dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah SWT yang mengandung perintah sholat lima waktu.

B. Masa Terjadinya Isra’ dan Mi’raj
Ada perbedaan pendapat mengenai kapan terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Perbedaan tersebut diantaranya: 
1) Isra’ terjadi pada tahun tatkala Allah SWT. memuliakan Rasulullah dengan nubuwah. Ini menurut pendapat Ath-Thabary.
2) Isra’ terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini menurut An Nawawy dan Al Qurthuby.
3) Isra’ terjadi pada malam tanggal 27 Rajab tahun ke-10 dari nubuwah. Ini merupakan pendapat dari Al-Allamah Al-Manshurfury.
4) Ada yang berpendapat, Isra’ terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari nubuwah.
5) Ada yang berpendapat, Isra’ terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke-13 dari nubuwah.
6) Ada yang berpendapat, Isra’ terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awal tahun ke-13 dari nubuwah.
Tiga pendapat yang pertama tertolak. Dengan alasan, Khadijah ra. meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari nubuwah. Sementara pada saat meninggalnya belum ada perintah sholat lima waktu. Juga tidak ada pendapat bahwa diwajibkannya sholat lima waktu pada malam Isra’. Sedangkan tiga pendapat llainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan surat Al Israa’ menunjukkan bahwa Isra’ terjadi pada masa-masa akhir. 

C. Keadaan Terjadinya Isra’ dan Mi’raj
Tentang jumlah atau berapa kali terjadinya Isra’ dan Mi’raj yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW., para ulama ahli tarikh berbeda pendapat. Ada sebagian berpendapat terjadi dua kali, tiga kali, empat kali, dan ada pula yang berpendapat dan mengatakan teradi berulang-ulang. Bahkan, setengah dari ulama ahli tasawuf berpendapat bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi sampai 30 kali. Namun sebagian besar ulama berpendapat terjadi hanya sekali. Pendapat yang terakhir inilah yang diterima dan disepakati oleh jumhur ulama, baik ahli tafsir maupun ahli hadits dan ahli tarikh yang terkenal. 
Tentang bagaimana terjadinya Isra’ dan Mi’raj yang dijalani oleh Ralulullah SAW., yakni apakah dengan tubuh kasar (jasmani) serta tubuh halus (rohani) atau hanya dengan tubuh halus (rohani) saja., para ulama sejak dahulu hingga sekarang masih berselisih pendapat tentang terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Sebagian ulama berpendapat Isra’ dan Mi’raj dilakukan dengan jasmani dan ruhani, sebagian ulama berpendapat dengan rohani saja, sebagian ulama berpendapat dengan badan halus, yaitu tidak dengan jasmani dan tidak dengan rohani. Sebagian ulama berpendapat dengan jalan wahdatul wujud (kesatuan yang ada), sebagian ulama berpendapat Isra’ dilakukan dengan jasmani dan rohani dan mi’raj dilakukan dengan rohani saja. Pendapat yang terbanyak adalah Isra’ dan Mi’raj dilakukan dengan jasmani dan rohani.
Para ulama berselisih pendapat apakah Isra’ dan Mi’raj termasuk mukjizat Rasulullah SAW. atau bukan. Sebagian ulama berpendapat bahwa Isra’ dan Mi’raj termasuk mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah SAW., dan sebagian ulama berpendapat Isra’ dan Mi’raj bukan termasuk mukjizat beliau. Akan tetapi, sebagian besar para ulama Islam berpendapat bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah mukjizat Rasulullah SAW. 

D. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj
Segala pemandangan yang telah diperlihatkan oleh Allah kepada Rasulullah SAW pada saat Isra’ adalah sebagai ujian dan cobaan bagi manusia, baik yang telah beriman maupun yang belum atau tidak beriman. 

 “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya Yang Maha Besar.” (QS. An Najm: 1-18) 
Penjelasan dari ayat di atas adalah bahwa Nabi Muhammad SAW tidak tersesat dan tidak pula keliru. Apa-apa yang dikatakan oleh Muhammad SAW bukanlah kemauan dan keinginan hawwa nafsunya sendiri, tetapi wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. Muhammad telah mendapat pengajaran dari malaikat yang sangat kuat, yaitu malaikat Jibril yang mempunyai kekuatan serta gagah perkasa. Setelah memberi pelajaran kepadanya, malaikat Jibril kembali menetap di tempatnya yang tinggi, yaitu di atas ufuk yang paling tinggi. Kemudian Jibril mendekat kepada Muhammad hingga sejauh dua busur panah atau bahkan lebih dekat lagi. Allah kemudian memberi wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Hati Rasulullah SAW tidak pernah mendustakan segala sesuatu yang telah dilihatnya ketika Mi’raj. Sesungguhnya Rasulullah pernah melihat rupa Jibril sekali lagi, yaitu ketika di dekat Sidratul Muntaha, di mana di dekatnya ada surga untuk tempat tinggal orang-orang yang berbakti kepada Allah. Tatkala Sidratul Muntaha diliputi oleh apa-apa yang menutupnya (meliputinya), penglihatan Nabi Muhammad tidak miring dan tidak pula melampaui batas dari segala sesuatu yang dilihatnya. Sesungguhnya Nabi Muhammad telah melihat sebagian tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah Yang Maha Besar, yang belum pernah dilihat sebelumnya. 
Dari riwayat yang shahih, Imam Bukhari.
Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Abu Dzar bercerita bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Terbukalah atap sedang aku di Mekah. Turuunlah Jibril dan kemudian ia membuka (membelah dadaku) dengan air zamzam. Kemudian ia datang membawa sebuah bejana dari emas yang penuh hikmah dan iman, lalu diselesaikannya dadaku, lalu ia menutupkanya.” Kemudian ia memegang tanganku lalu naik Buraq dari Masjidil Haram turun di Baitul Maqdis dan sholat mengimami para nabi yang lain. Sementara Buraq diikat pada tali masjid. 
Pada malam itu pula, dari Baitul Maqdis beliau naik ke langit dunia bersama Jibril . Jibril meminta izin agar dibukakan. Maka pintu langit dibukakan baginya, di sana ada Nabi Adam as., bapak sekalian manusia. Nabi Muhammad mengucapkan salam dan Adam as. menyambut kedatangan beliau menjawab salam dan menetapkan nubuwah beliau. Di sebelah kanan Adam as. ada hitam-hitam dan sebelah kirinya hitam-hitam. Apabila ia melihat ke sebelah kirinya, menangislah ia. Hitam-hitam yang ada di kanan dan kirinya ini adalah anak cucu Adam. Golongan kanan adalah ahli surga dan hitam-hitam yang ada di sebelah kiri adalah ahli neraka. Apabila ia melihat yang ada di sebelah kanannya, ia tertawa, dan apabila ia melihat ke sebelah kirinya, ia menangis. 
Kemudian naik ke langit kedua. Jibril meminta izin bagi beliau. Setelah dibukakan beliau melihat Yahya bin Zakaria bin Isa bin Maryam. Setelah bertemu beliau mengucapkan salam, dan mereka menjawabnya, menyambut kedatangan beliau dan menetapkan nubuwah beliau.
Kemudian naik ke langit ketiga. Di sana beliau melihat Yusuf. Beliau mengucapkan salam dan Yusuf menjawabnya, menyambut beliau dan menetapkan nubuwah beliau. Kemudian naik ke langit keempat. Di sana beliau melihat Idris. Beliau mengucapkan salam dan Yusuf menjawabnya, menyambut beliau dan menetapkan nubuwah beliau. Di langit kelima beliau bertemu dengan Harun bin Imran. Beliau mengucapkan salam dan Harun menjawabnya, menyambut beliau dan menetapkan nubuwah beliau. Di langit keenam beliau bertemu dengan Musa bin Imran. Beliau mengucapkan salam dan Musa menjawabnya, menyambut beliau dan menetapkan nubuwah beliau.  
Di langit ketujuh beliau bertemu dengan Ibrahim. Beliau mengucapkan salam dan Ibrahim menjawabnya, menyambut beliau dan menetapkan nubuwah beliau. Kemudian beliau dinaikkan ke Mustawa, beliau mendengar suara qalam. Kemudian Allah memfardhukan (memberi kewajiban) atas umatku lima puluh sholat. Lalu beliau kembali hingga sampailah beliau berjalan melalui Musa. Musa berkata: ”Allah telah memberikan kewajiban apa bagimu dan umatmu?” 
Nabi Muhammad menjawab: “ Dia telah memberi kewajiban lima puluh sholat.”
Kemudian Musa menyuruh Nabi Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan karena umatnya tidak akan sanggup menganggung kewajiban itu. Lalu Nabi Muhammad kembali menghadap Allah, dan Allah telah mengurangi separuhnya. Lalu Nabi Muahammad kembali menemui Musa. Musa menyuruh Nabi Muhammad kembali menghadap Allah untuk meminta keringanan lagi karena umat Muhammad tidak akan sanggup menanggung kewajiban itu. Lalu Nabi Muhammad kembali menghadap Allah, lalu Allah telah mengurangi separuhnya. Kemudian Nabi Muhammad menemui Musa lagi. Musa kembali menyuruh Nabi Muhammad meminta keringanan lagi. Akhirnya Nabi Muhammad kembali menghadap Allah, Allah telah mengurangi separuhnya lagi. Nabi Muhammad menemui Musa lagi, Musa menyuruh Nabi Muhammad meminta keringanan lagi. Nabi Muhammad menghadap Allah, lalu Allah berfirman,”Itu lima dan sama dengan lima puluh. Tidak akan diubah firman Ku itu.” Maksudnya adalah sholat lima waktu itu pahalanya sama dengan lima puluh waktu dan perintah Allah yang sedemikian itu tidak akan diubah atau ditukar lagi. Jadi, kewajiban sholat lima waktu itu tidak akan ada perubahan.
Kemudian Nabi SAW dikembalikan lagi kepada Musa, Musa menyuruh Nabi Muhammad kembali untuk meminta keringanan kepada Allah. Lalu Nabi Muhammad SAW berkata,” Aku telah merasa malu kepada Tuhanku.”
Kemudian Jibril membawa Rasulullah ke Sidratul Muntaha. Menutupilah akan Sidratul Muntaha itu beberapa warna, yang Rasulullah tidak mengetahui apa itu. Kemudian Rasulullah diajak masuk ke surga, tiba-tiba di sana ada mahligai-mahligai dari mutiara dan tanahnya dari kesturi. Beliau ditawari susu dan khamr, lalu beliau memilih susu. Lalu dikatakan kepada beliau,” Engkau telah dianugerahi fitrah atau engkau telah mendapat fitrah. Jika engkau mengambil khmr, maka engkau telah menyesatkan umatmu.” 
Beliau juga melihat empat sungai di surga. Dua sungai yang tampak dan dua sungai yang tidak tampak. Dua sungai yang tampak itu adalah Nil dan Eufrat. Dengan kata lain, risalah beliau akan menempati daerah yang subur antara Nil dan Eufrat, yang penduduknya akan menjadi pengemban Islam, dari satu generasi ke generasi. Bukan berrarti keedua sungai itu bersumber dari mata air surga. 
Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka yang tidak pernah tersenyum dan di wajahnya tidak ada kegembiraan dan keceriaan. Beliau juga melihat surga dan neraka. Beliau melihat orang yang mengambil harta anak yatim secara sewenang-wenang, yang mempunyai bibir seperti bibir unta. Mereka mengambil sepotong api neraka langsuung dengan bibirnya itu, lalu api itu keluar lagi dari duburnya. Beliau melihat orang-orang yang suka mengambil riba’. Mereka mempunyai perut yang besar, sehingga tidak beranjak dari tempatnya karena perutnya yang membesar itu. Para pengikut Fir’aun melewati mereka, lalu mereka melemparkan orang-orang yang mengambil riba’ ini ke neraka.
E. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Menggemparkan Kaum Kafir Quraisy
Pada keesokan harinya, setelah terjadinya Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah SAW. datang ke Masjidil Haram. Beliau duduk seorang diri. Beliau berniat untuk menyampaikan peristiwa yang baru dialaminya kepada khalayak ramai. Percaya atau tidak, bukan urusan beliau. Sebagaimana biasa, pada pagi hari, sekeliling Ka’bah memnjadi tempat para pengajar kaum Quraisy berkumpul. Abu Jahal pun tidak ketinggalan sudah ada di tempat itu dengan congkak dan sombongnya. Ia bertanya kepada Nabi Muhammad perihal kejadian aneh apa yang baru terjadi.  
Nabi Muhammad bercerita bahwa kemarin malam beliau pergi ke Baitul Maqdis, dibaawa Jibril, dari sana beliau naik ke atas langit dan di malam itu juga beliau kembali ke Mekkah.  
Beliau melakukan perjalanan itu dengan menunggang Buraq. Seekor binatang berwarna putih, setengah keledai setengah gibas dengan sayap pada kedua sisinya untuk menggerakkan kakinya, yang menderap dengan menempatkan setiap kaki depannya pada batas pandangan. Rasulullah pernah bercerita kepada Qatadah bahwa ketika Rasulullah hendak menungganginya, hewan itu menolak. Jibril lalu memegang surainya dan berkata:”Apakah kau tak malu, Oh Buraq, bertingkah begini? Demi Tuhan, tiada yang telah mengendarai engkau sebelumnya yang lebih terhormat di hadapan Tuhan melebihi Muhammad.” Hewan itu begitu malunya sampai keringatnya bercucuran dan tegak diam sehingga Rasulullah dapat menungganginya. 
Kaum kafir Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi ini, karena hal ini, menurut mereka, dapat dijadikan bukti yang jelas tentang kedustaan dan kepalsuan seruan Muhammad. Cerita yang menurut mereka amat berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat menjauhkan orang dari Muhammad, dan orang yang masih ragu –ragu akan segera meninggalkan Muhammad, dan tiada akan memikirkan lagi untuk mengikuti dan menerima agamanya. Perkiraan kaum Quraisy meleset. Hal ini terbukti dengan cepat. Abu Bakar membenarkan cerita Rasulullah bahwa Rasulullah telah pergi ke Baitul Maqdis dan sebelum menjelang pagi ia telah kembali ke Baitullah di Mekkah.  
Kaum kafir Quraisy meminta Nabi Muhammad menyebutkan cirri-ciri Baitul Maqdis. Maka Allah menampakkannya, sehingga beliau bisa melihatnya secara langsung. Seketika itu beliau mengabarkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Nya, dan mereka tidak bisa memberi bantahan sedikitpun. Beliau juga mengabarkan tentang kafilah dagang mereka tatkala kepergian dan kepulangannya, tentang seekor unta milik mereka yang terlepas dari rombongan. Setelah kafilah itu tiba, maka apa yang disampaikan beliau cocok dengan keadaan sebenarnya. Semua rentetan kejadian ini justru membuat mereka semakin lari menjauhkan diri, dan orang-orang yang zhalim tidak menghendaki kecuali kekufuran.  
Ada yang berkata bahwa Abu Bakar r.a. dijuluki “Shiddiq”, karena langsung membenarkan kejadian ini, selagi semua orang mendustakannya. Alas an paling nyata dan paling besar dari perjalanan ini, telah difirmankan Allah:

“Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Al Israa’: 1)
Inilah sunatullah yang berlaku pada diri Nabi. Firmannya: 

“Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.” (QS. Al An’am: 75)
Allah berfirman kepada Musa, 
“Untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar,” (QS. Thahaa: 23)” 

F. Intisari Isra’ dan Mi’raj
Allah SWT Yang Maha Bijaksana senantiasa mengetahui bagaimana kesedihan dan kepedihan yang dirasakan Nabi SAW., kesusahan yang bertubi-tubi, kedukaan, semuanya diketahui dan didengar oleh Allah. Dia tetap memberikan perlindungan dan pertolongan dengan cara dan jalan yang tidak diketahui oleh seorangpun.
Rasulullah di-isra’ dan mi’raj-kan berarti beliau diperintah Allah supaya merantau dan mengembara, pergi dari kota kediamannya semenjak kecil dengan berkendaraan sejenis kilat. Nabi SAW. berjalan terbang menuju ke arah utara melalui gunung-gunung dan pasir-pasir. Selanjutnya beliau diperlihatkan keadaan alam semesta yang ada di atas, alam bintang-bintang yang keadaannya dan segalanya lebih luas, lebar, elok dan lebih indah daripada alam dunia. Dengan melihat alam semesta ciptaan Allah, Nabi SAW. dapat melihat dan mengetahui sungguh-sungguh bahwa kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya melebihi segenap kekuasaan dan kebesaran serta kekuatan yang ada pada makhluk.. beliau dapat mengambil kesimpulan bahwa seberapapun besar kekuasaan dan kebesaran serta kekuatan yang ada pada manusia belum ada nilainya sedikitpun jika dibandingkan dengan kekuatan dan kebesaran serta kekuatan Allah Yang Maha Suci.
Rasulullah kemudian melihat berbagai pemandangan yang luas, pengalaman yang luar biasa, dan penglihatan yang serba indah. Betapa dan seberapa besar kekuatan dan kemenangan manusia, tidaklah akan mungkin akan mengalahkan kekuatan dan kemenangan Allah. Jiwa beliau bertambah kokoh dan kuat kepercayaannya pada kekuasaan dan kekuatan Allah, darah dan semangat beliau makin penuh keyakinannya kepada kemuliaan dan ketinggian-Nya.
Sesudah Nabi SAW. menjalani Isra’ dan Mi’raj, lebih kuat dan kokohlah imandalam hati sanubari beliau dan bertambah teguhlah keyakinannya bahwa dakwah yang beliau kerjakan selama kurang lebih 9 tahun akan tiba saatnya mendapat kemenangan yang gilang genilang. Oleh sebab itu, Nabi SAW. terus berdakwah dengan semangat yang tak kunjung padam, terus-menerus menyampaikan wahyu kebenaran yang telah diterimanya, baik kepada kawan maupun lawan. Kepada pihak lawan yang menentang dan memusuhi dakwah beliau, beliau tetap melayani dengan penuh kesabaran.
Inilah intisari Isra’ Mi’raj yang seharusnya diperhatikan benar-benar dan sepatutnya direnungkan dengan penuh kesadaran dan keinsyafan olah kaum muslimin dan para pemimpimnya.
Intisari yang terkandung dalam peristiwa Isra’ Mi’raj dan kesan-kesan yang diperoleh Nabi SAW. selama Isra’ Mi’raj telah jelas dinyatakan oleh Allah di dalam Al Qur’an surah Al-Isaraa’ ayat 2-111. oleh sebab itu, kaum muslimin yang ingin mengetahui lebih dalam serta lebih luas tentang intisari dan kesan-kesan Isra’ Mi’raj Nabi SAW., cukuplah memperhatikan ayat-ayat dalam surah Al-Israa’. 

G. Nabi Muhammad SAW Mulai Mengerjakan Sholat
Pada saat Isra’ dan Mi’raj, Nabi SAW telah menerima wahyu dari Allah SWT. Yang mengandung perintah wajib mengerjakan sholat lima waktu sehari semalam. Barangsiapa menunaikannya dengan penuh keimanan dan keikhlasan, niscaya memperoleh pahala 50 kali sholat. 
Setelah beliau menyampaikan berita Isra’ Mi’raj kepada kaum musyrikin dan terutama kepada segenap sahabatnya dan pengikutnya, datanglah malaikat Jibril kepada beliau untuk menjelaskan dan mengajarkan cara sholat yang wajib dikerjakan. Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata,” Marilah sholat!” Nabi kemudian mengerjakan sholat dzuhur pada waktu matahari telah condong (tergelincir).
Malaikat Jibril datang lagi kepada Nabi SAW pada waktu ashar dan berkata, “ Marilah sholat!” Lalu Nabi mengerjakan sholat ashar pada waktu bayangan menjadi sama panjangnya dengan aslinya. Malaikat Jibril datang kembali kepada Nabi SAW pada waktu maghrib dan berkata, “Marilah sholat!” lalu Nabi sholat mghrib pada waktu matahari telah masuk (terbenam).
Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu isya dan berkata, “Marilah sholat!”. Lalu Nabi sholat isya pada waktu telah hilang tanda merah tempat matahari terbenam.
Kemudian Jibril datang lagi kepada Nabi SAW pada waktu fajar dan berkata, “Marilah sholat!” lalu Nabi sholat fajar (subuh) pada waktu fajar telah terbit.
Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu zhuhur esok harinya lagi dan berkata, “Marilah sholat!” Lalu Nabi shalat zhuhur.
Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu ashar dan berkata, “Marilah sholat!” Nabi SAW kemudian sholat ashar.
Kemudian Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu maghrib yang sama waktunya dengan kemarin. Nabi selanjutnya sholat maghrib.
Malaikat Jibril datang lagi kepada Nabi SAW pada waktu isya, sehabis tengah malam dan berkata, “Marilah sholat!” Lalu Nabi sholat isya.
Kemudian Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu telah terang cuaca (sebelum terbit matahari) dan berkata, “Marilah sholat!” Lalu Nabi sholat fajar.
Malaikat Jibril selanjutnya berkata, :Antara dua waktu itulah waktu bagi tiap-tiap sholat.
Sholat lima waktu yang dikerjakan oleh Nabi SAW pertama kali menurut beberapa riwayat hanya dua rakaat. Jadi tiap kali shalat hanya dua rakaat. 

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............