BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Respektif
Langkah awal untuk membangun komunikasi respektif ini adalah upaya meningkatkan integritas diri atau kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri. Integritas artinya kualitas untuk dapat dipercaya (the quality of being trust). Respek terhadap keberadaan orang lain adalah nilai mutlak untuk menjalin hubungan timbal balik antar perorangan (interpersonal interaction) yang mutualistik atau saling menguntungkan. Perbaikan hubungan timbal balik antar perorangan juga akan memberi kemudahan komunikasi antar individu yang berbeda budaya dengan meningkatkan penghargaan/kepercayaan, toleransi, dan jawaban yang berbeda.
Implementasinya dalam dunia pendidikan adalah perlunya integritas, respektif, memberikan penghargaan, kepercayaan, toleransi dari setiap komunikasi yang dilakukan oleh peserta didik. Selama ini dalam pendidikan komunikasi yang harus diperhatikan adalah dari pendidik, tetapi kadang feedback dari peserta didik kurang diperhatikan, dipandang sebelah mata, atau bahkan dianggap sebagai noise (gangguan) dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya akan mematikan proses pengembangan peserta didik, oleh karena itu di samping penggunaan bahasa komunikatif perlu juga penggunaan komunikasi respektif dalam dunia pendidikan.
Dalam melakukan komunikasi yang respektif perlu memperhatikan prinsip- prinsip komunikasi respektif itu sendiri. Menurut Endang G. Lestari dan M. A. Maliki (2003) prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Positive Thinking (berprasangka positif). Lebih baik menguraikan atau mendeskripsikan keadaan yang apa adanya daripada mengevaluasi berita atau pesan untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain. Memberi informasi dan bertanya tentang informasi lebih baik daripada sekedar menghargai atau memuji, membenarkan pendapat, atau menyatakan, secara tidak langsung bahwa penerima seharusnya tidak merubah pesan.
2. Solution-oriented (berorientasi pada solusi). Berorientasi pada pemecahan masalah dengan cara berkolaborasi dalam menggali masalah bersama yang dihadapi jauh lebih baik daripada mencoba mengawasi atau mengontrol pendengar atau dengan membesar-besarkan sikap komunikator.
3. Being Honest. Gunakan spontanitas dan kejujuran, serta nyatakan maksud sesungguhnya daripada secara ambisius memakai strategi yang melibatkan orang lain untuk memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi.
4. Emphaty (Empati). Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam mendengarkan daripada sekedar memperlihatkan ketidakseriusan atau bersikap netral.
5. Feeling (perasaan). Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih baik daripada melebih-lebihkan apa yang disampaikan pendengar. Berikan isyarat bahwa kita masuk sebagai bagian dari hubungan, tidak hanya mendominasi hubungan timbal balik.
6. Communicate. Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba perilaku dan ide-idenya daripada sekedar mengikuti saja. Mereka tidak akan memberikan kesan kalau mereka tahu akan jawabannya, karena mereka tidak memerlukan bantuan orang lain.
B. Etika Komunikasi
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.
Secara sepintas, tidak terdapat perbedaan antara etika Barat dengan etika Islam karena keduanya menentukan batas-batas antara yang baik dan buruk, benar dan salah. Fungsi etika adalah memberikan kepada masyarakat beberapa prinsip atau ukuran dasar untuk menentukan bagaimana tingkah laku yang benar dan baik. Perbedaannya hanya terletak pada sumber atau referensinya. Tetapi, jika diteliti secara mendalam, diantara keduanya terdapat perbedaan yang mencolok. Perbedaannya ialah, etika Barat bertitik tolak dari akal pikiran manusia, yaitu akal pikiran para ahli filsafat. Yang menjadi dasar etika Barat tentang perbuatan baik dan buruk, yang berbeda dari seorang ke orang lain. Sedangkan yang menjadi dasar etika Islam iman dan taqwa kepada Allah swt.
Ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”.
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :
a) Jujur tidak berbohong
b) Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
c) Lapang dada dalam berkomunikasi
d) Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
e) Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
f) Tidak mudah emosi / emosional
g) Berinisiatif sebagai pembuka dialog
h) Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
i) Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
j) Bertingkah laku yang baik
2. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
a) Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
b) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
c) Menatap mata lawan bicara dengan lembut
d) Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
e) Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
f) Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
g) Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
h) Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
i) Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
j) Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.
k) Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
l) Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri).
C. Meneladani Komunikasi dalam Keluarga Rasulullah SAW
Meneladani komunikasi dalam keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW merupakan satu-satunya orang yang mendapatkan pendidikan langsung dari Allah SWT. Beliau bersabda: “Rabbku telah mendidik aku, maka sebaik-baik pendidikan adalah pendidikan yang diberikan kepadaku.”Oleh karena itu, dalam berkomunikasi dengan keluarga harus meneladani Rasulullah SAW. Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang.
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang tulus karena Allah, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi keluarga bahkan bagi seluruh alam.
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang tulus karena Allah, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi keluarga bahkan bagi seluruh alam.
Abu Sulaiman Bin Al Huwairi berkata, kami datang kepada Rasulullah SAW dan kami tinggal bersamanya selama dua puluh hari. Tenyata Rasulullah SAW orang yang dipenuhi oleh kasih sayang dan kelembutan kepada keluarganya sehingga kami menjadi rindu kepada keluarga kami. Kemudian beliau menanyakan keluarga yang kami tinggalkan, maka kami menceritakannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda: “pulanglah kepada keluargamu dan penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat baiklah kepada mereka……”.
Adapun komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarganya sebagai berikut:
1) Memanggil nama anggota keluarganya dengan panggilan yang menyenangkan
Seperti ketika Rasulullah memanggil Fatimah dengan sebutan “Wahai Ananda”, dan memanggil Aisyah dengan sebutan “Ya Humairo” atau “Ya Aaisy” (orang-orang yang hidup).
2) Berkomunikasi tanpa emosi
Berkomunikasi tanpa emosi membuat beliau dapat menyampaikan pesan sesuai dengan misinya. Sehingga beliau bisa berbicara dengan kata-kata yang berbobot, penuh makna, mengandung nilai-nilai kebaikan dengan penuh kelembutan. Sekalipun ketika beliau menegur Aisyah di saat Aisyah membuang makanan yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau bersabda: “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang engkau terima harus engkau antar satu nampan juga”. Begitu juga ketika Aisyah tidur setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya: “Hai Aisyah, jemputlah rizkimu dan janganlah engkau menolaknya”.
3) Beliau sering mengiringi bahasa lisannya dengan bahasa tubuhnya
Disaat beliau ingin mengekspresikan rasa cintanya seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah beberapa hadits berikut ini: Aisyah berkata: “saya biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil gelas tersebut, dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya lalu beliau minum kemudian saya mengambil cangkir lalu saya menghirup isinya. Kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat meletakkan mulut saya. Lalu beliau pun menghirupnya”. (HR.Abu Rozaq dan Sa’id Bin Mansur).
Dari Aisyah, bahwa Rasulullah, biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau sholat dan tidak mengulangi wudhunya. Beliau menyampaikan pesan dengan kalimat yang sederhana (tidak bertele-tele). Ketika Aisyah marah, Rasulullah bersabda kepadanya: “Hai Aisyah, berlaku lembutlah, sesungguhnya apabila Allah menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga maka Allah akan memberikan kelembutan kepada mereka”.
4) Berlapang dada
Berlapang dada dengan kelemahan yang ada dalam anggota keluarga, sehingga komunikasi dimulai dengan memaafkan kesalahan mereka terlebih dahulu. Anas berkata: “Saya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW berkata, mengapa kamu tidak melaksanakan ini, mengapa kamu tidak melaksanakan itu, mengapa kamu tidak begini dan mengapa kamu tidak begitu. Padahal dia tinggal bersama Rasulullah selama sepuluh tahun”. Suatu hari Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat: "Ya Rasulullah, berapa kali engkau memaafkan pelayanmu dalam satu hari ?”. Beliau tidak menjawab. Tetapi setelah pertanyaan yang ketiga baru beliau menjawab: “Aku maafkan kesalahan pelayanku 70 x dalam sehari”. Maka semua pesan dalam komunikasi beliau selalu menyenangkan untuk didengar, mudah untuk dipahami, dan bersemangat untuk direspon.
D. Perbandingan Etika Komunikasi Barat dan Islam
1. Etika Komunikasi Barat
Beberapa nilai etika yang dijunjung tinggi oleh wartawan-wartawan Barat diantaranya adalah kebebasan (freedom), kebenaran (truthfulness) dan bertanggung jawab (responsibility). Di samping itu ada dua etika yang biasanya terdapat dalam kode etik Barat yaitu keadilan (fair play) dan keobjektifan (objectivity). Hubungan komunikator dengan komunikan adalah hubungan “Aku-Anda” (I - You relationship), bukan hubungan “Aku-Objek” (I - it relationships). Pada hubungan yang pertama, terdapat pengakuan terhadap jati diri orang lain, saling menghargai. Adapun pada hubungan yang kedua yang ada hanyalah ketimpangan di mana komunikator tidak memperdulikan orang lain.
Komunikasi dalam umum (Barat), pada umumnya mengabaikan peranan struktur sosial dan budaya serta juga jelas-jelas menitikberatkan pada individu. Ini merupakan bukti pendekatan 5 W-nya Harold Lasswell, salah seorang bapak pendiri teori komunikasi di Amerika Serikat, yang menggambarkan tindakan komunikasi dalam pengertian tanggapan (respons) pada lima pertanyaan berikut: siapa (who) mengatakan apa (says what) kepada siapa (to whom) melalui saluran apa (what channel) dan dengan efek bagaimana (what effect).
2. Etika Komunikasi Islam
2. Etika Komunikasi Islam
Dalam perspektif Islam, etika bersumber dari al-Qur’an dan hadis Rasulullah saw, yang didasari dengan iman dan takwa kepada Allah swt. Sebuah perbedaan yang mencolok antara etika komunikasi islam dan barat adalah perbedaan yang lebih pada pesan (content) komunikasi yang harus terikat pada perintah agama. Dengan sendirinya pula unsur content mengikat unsur komunikator.
Di antara prinsip dalam etika komunikasi juga sudah dilukiskan dalam al-Qur’an dan hadis hal ini juga disinggung oleh Syukur Kholil dalam buku Antologi Kajian Islam diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memulai pembicaraan dengan salam.
2. Berbicara dengan Lemah Lembut
3. Menggunakan perkataan yang baik.
4. Menyebut hal-hal yang baik tentang komunikan.
5. Nasehat yang baik
6. Adil
7. Menggunakan bahasa dan isi pembicaraan dengan keadaan komunikan.
8. Berdiskusi dengan cara yang baik.
9. Lebih dahulu melakukan apa yang dikomunikasikan
10. Mempertimbangkan pandangan dan fikiran orang lain
11. Berdoa ketika melakukan komunikasi yang berat
12. Kritik Membangun.
Seorang komunikator dalam komunikasi Islam haruslah mengindahkan etika berkomunikasi yang digariskan dalam Islam, yaitu :
1. Bersikap jujur
2. Menjaga akurasi pesan-pesan (pesan akurat)
3. Bebas dan tanggung jawab.
0 komentar:
Post a Comment
COMMENT PLEASE.............