CINTA SALAH
ALAMAT
“Ma, Mama…” panggil Cinta.
“Ada apa sih, Cin. Jam segini kamu kok udah pulang?”
“Mama gimana sih? Kemarin aku disuruh pulang cepet…”
“Oia. Ya udah, sekarang kamu ganti baju. Lalu kita berangkat ke bandara,
jemput Tante Tati yang datang dari Paris.”
“Oke, Ma.
Sesaat kemudian.
“Ma, aku gak bisa ikut Mama nih. Soalnya sekarang aku harus latihan
basket buat tim kampus. Minggu depan ada pertandingan basket. Sorry ya, Ma…”
“Ya udah gak apa-apa. Cepat berangkat sana. Nanti telat lho.”
Cinta latihan basket dengan teman-teman satu timnya. Ia memang dikenal
sebagai cewek yang jago basket sehingga ia terpilih menjadi kapten timnya.
Latihan yang dijalaninya sangat maksimal untuk mencapai kemenangan ketika
melawan tim yang terkenal hebat di Indonesia.
Setelah latihan basket, Cinta langsung pulang ke rumah.
“Bukannya anaknya tante Tati adalah cinta monyet gue… gawat donk kalo dia
masih ingat masa lalu saat masih kecil. Bisa malu gue,” katanya dalam hati.
“Ma, Tante Tati udah sampe, kan?” tanya Cinta.
“Udah, emangnya kenapa?”
“Gak ada apa-apa sih. Cuma tanya kok. Aku mandi dulu ya?”
Malam hari ketika Cinta mau keluar rumah, ia melihat dua cowok di taman
depan rumah. Karena penasaran, akhirnya dia menghampiri kedua cowok itu.
Langkahnya sedikit ragu karena ia takut kalo-kalo salah satu dari mereka adalah
Hafiz, cinta monyetnya.
“Malam…” sapa Cinta. Ia tidak melihat kemiripan di wajah kedua cowok di
hadapannya itu dengan Hafiz. Hatinya sedikit tenang karena ia yakin bahwa salah
satu dari mereka bukanlah Hafiz. Yang ia ketahui setelah berkenalan dengan
keeduanya, mereka bernama Ahmad dan Andi.
…………..
“Hai, Andi sedang apa kamu berdiri di sini sendirian? Ngelamun ya?” goda
Cinta.
“Gak kok. Kamu sendiri lagi apa di sini?”
“Kalo aku sih Cuma cari udara segar aja. Oya, anaknya Tante Tati apa gak
ikut ke sini?” tanya Cinta.
“Ikut kok. Tapi sekarang dia lagi ke toko buku.”
Beberapa hari kemudian Cinta sudah akrab dengan Ahmad dan Andi. Ahmad,
Andi dan hafiz adalah sahabat karib yang selalu bersama. Cinta sering bercerita,
sharing sama Ahmad dan Andi tentang masa lalunya termasuk cinta monyetnya
dengan Hafiz. Yang ia tau, Hafiz yang sekarang inilah yang sama dengan Hafiz
yang dulu. Tanpa disadari oleh Cinta ternyata Ahmad-lah cinta monyetnya yang
dulu bernama Hafiz.
Ahmad dan Andi tetap merahasiakan siapa Ahmad sebenarnya agar Cinta tidak
kecewa. Mereka juga ingin mengetahui seberapa jauh Cinta mengingat masa lalunya
dengan Ahmad.
“Ngomong-ngomong si Hafiz itu sombong banget sih?” ungkap Cinta pada
Ahmad dan Andi.
“Gak juga kok,” jawab Ahmad.
“Padahal dulu tuh hafiz baik, pinter, gak sombong. Tapi sekarang kok
berubah banget ya?”
“Perasaan kamu aja kali,” jawab Ahmad lagi. Ia tak kuasa lagi menahan
tawa. “menurut kamu, Hafiz mirip gak sama Hafiz kecil dulu?” tanya Ahmad pada
Cinta.
“Sama sekali gak mirip. Justru kamu yang sedikit mirip dengan Hafiz yang
dulu. Kok bisa ya?”
Hari ini Cinta mengundang Ahmad dan Andi untuk menyaksikan pertandingan
basket antar kampus. Ia sengaja tidak megundang Hafiz karena ia malu jika nanti
Hafiz melihatnya menggiring bola. Alasan itulah yang diungkapkan Cinta pada
Ahmad dan Andi. Anggapan Cinta bahwa Hafiz yang sekarang adalah cinta
monyetnyya yang dulu membuat Ahmad dan Andi tertawa geli. Mereka masih tetap
melanjutkan sandiwara ini. Biarlah Cinta menganggap ahmad bukanlah Hafiz yang
dulu. Karena dengan begitu ia dapat melihat ekspresi Cinta saat curhat
dengannya.
Pertandingan telah usai. Tim yang dipimpin Cinta dapat mengalahkan tim
lawan yang terkenal hebat di Indonesia. Cinta pulang bersama ahmad dan Andi.
“Cin, Lo masih suka ya sama Hafiz?” tanya Ahmad.
“Kok Lo tanya gitu? Emangnya ada apa?”
“Gak ada apa-apa sih. Cuma tanya kok. Ya siapa tau gue bisa bantu Lo biar
bisa deket lagi ama Hafiz. Dia kan orangnya pendiam.”
“Gue juga gak tau gimana perasaan gue sekarang. Kalo dibilang suka sih
gak juga. Dibilang gak suka, juga gak. Hafiz yang sekarang tuh beda banget.”
“Mungkin aja dia lupa masa lalunya sama Lo,” terang Ahmad.
Ahmad alias Hafiz I berhasil membuat cinta dekat dengan Hafiz II. Bahkan
keduanya sering keluar bareng untuk sekedar cari makan, cari buku, kuliah
ataupun sekedar jalan-jalan. Hal ini membuat Cinta kembali memiliki perasaan
suka pada Hafiz. Ia belum menyadari bahwa yang sedang dekat dengannya bukanlah
Hafiz, cinta monyetnya, tetapi orang lain yang kebetulan namanya sama dengan
Muhammad Hafiz Faturrahman (Hafiz, cinta monyet Cinta).
………
“Kok aneh ya, Hafiz kok gak ingat sama sekali sih tentang aku. Aku sama
dia dulu kan selalu bersama….” Ungkap Cinta di depan Ahmad dan Andi.
“Ya gak apa-apa kali. Yang penting sekarang kamu dekat lagi sama cinta
monyetmu itu,” kata Andi. “Udah, gak usah dipikirin.”
Semakin hari Cinta semakin dekat dengan Hafiz. Akhirnya mereka jadian.
Hal ini membuat Ahmad dan Andi serasa disambar petir karena gak bisa percaya
sama apa yang udah terjadi.
“Kok bisa sih Cinta jadian sama Hafiz?” tanya Ahmad yang lagi heran.
“Ya bisa lah. Cinta itu kan tau nya Hafiz tuh ya Hafiz, bukan Lo. Kalo
kaya gini, cintanya cinta tuh salah alamat. Gue juga gak tau akhirnya kok bisa
kaya gini,” kata Andi.
“Terus apa yang harus kita lakuin buat nyadarin Cinta kalo Hafiz tuh
bukan gue.”
“Lo cemburu ya?” goda Andi pada Ahmad.
“Gak. Gue Cuma kasihan sama Cinta.”
“Satu-satunya cara buat nyadarin dia adalah…. Apa ya? Lo ngaku aja kalo
sebenarnya Hafiz cinta monyetnya Cinta tuh elo.”
“Gitu ya? Gue coba deh…”
…………….
Ahmad berusaha menyadarkan Cinta bahwa Hafiz yang ia kenal bukanlah Hafiz
yang dulu. Ia juga sudah mengaku bahwa hafiz yang pernah dicintai Cinta adalah
dirinya.
“Lo gak usah ngaku-ngaku deh… lo itu Ahmad, bukan Hafiz. Hafiz ya Hafiz,
bukan Ahmad. Lo gak bisa bohongin gue.” Cinta mulai terpancing emosi karena ia
tidak percaya atas pengakuan Ahmad.
“Gue mesti gimana lagi supaya Lo percaya kalo gue adalah Hafiz yang dulu
jadi cimon Lo.”
“Ya itu urusan Lo, bukan urusan gue. Lo tau seluk beluk hubungan gue sama
Hafiz dulu itu karena gue yang cerita sama Lo. Jadi Lo gak usah ngaku-ngaku
deh…”
Ahmad bingung mencari cara untuk meyakinkan Cinta bahwa orang yang selama
ini Cinta sukai adalah dirinya. Berbagai cara telah dilakukan tetapi belum juga
membuahkan hasil yang diinginkan. Rasa bersalah pun menghinggapi Ahmad. Kini ia
memutuskan untuk kembali ke Paris guna melanjutkan kuliah S2-nya.
“Andi, lo liat hafiz gak?” tanya Cinta yangsedari tadi mencari Hafiz.
“Gak, emang ada apa? Hubungi aja.”
“Udah, tapi HP-nya gak aktif.”
“Mungkin dia ke Tangerang.”
“Ke Tangerang? Ngapain?” tanya Cinta.
“Jenguk keluarganya lah. Ngapain lagi kalo gak jenguk keluarganya.
Keluarganya kan di Tangerang.”
“Lo jangan bercanda deh. Hafiz tuh gak punya saudara di tangerang. Kalo
Lo pengen bohongin gue, jangan kelewatan gitu donk. Gak lucu tau. Gue serius
nih.”
“Gue juga serius. Kalo Lo gak percaya, gue bisa anteer Lo ke sana. Gue
tau kok alamatnya.”
“Lo gak bercanda, kan?” tanya Cinta yang masih belum percaya dengan apa
yang dikatakan oleh Andi.
Cinta dan Andi akhirnya sampai di depan sebuah rumah mewah di kawasan
Tangerang.
“Ini keluarganya Hafiz, cin.”
“Loh, kok bukan Tante Tati?”
“Ya emang bukan. Mamanya Hafiz bukan Tante Tati karena anaknya Tante Tati
bukan Hafiz yang ini.”
“Maksud Lo apaan sih?” tanya Cinta dengan nada tak percaya.
“Hafiz yang Lo cari bukan gue, Cin,” terang Hafiz yang muncul secara
tiba-tiba dari ruang tengah. “nama gue emang Hafiz. Tapi Hafiz yang Lo cintai
gak ada di sini.”
“Tunggu, maksudnya apa?”
“Langsung aja deh, gue kasih tau Lo, Hafiz yang Lo cari, yang Lo cintai
itu bukan Hafiz yang ada di hadapan Lo, tapi Hafiz yang Lo cari sekarang sedang
menuju bandara, yaitu Ahmad.”
“Gak mungkin.”
Cinta tetap gak percaya kalo Ahmad itu adalah Hafiz yang ia cari.
“Dia itu Hafiz, Cinta. Nama lengkapnya Muhammad Hafiz Faturrahman. Karena
namanya sama dengan Hafiz yang ada di depan Lo, sekarang nama panggilannya
adalah Ahmad. Jadi, Lo salah orang, Cinta.”
“Kok jadi gini sih?” tanya Cinta.
“Oke, kalo Lo tetep gak percaya, gue kasih liat ijazah gue ddari SD sampe
SMA,” kata Hafiz. Hafiz kembali ke kamarnya untuk mengambil ijazah.
“Ini ijazah gue waktu SD. Gue gak pernah satu sekolah sama Lo, apalagi
satu kelas.” Hafiz memperlihatkan iijazah SD-nya pada Cinta. “Lo masih gak
percaya? Oke, sekarang gue ambilin surat dari Ahmad yang ditulis dua tahun yang
lalu.”
Setelah diberi bukti-bukti yang kuat bahwa Ahmad adalah Hafiz, maka Cinta
secepat mungkin harus sampai bandara sebelum pesawat yang akan ditumpangi Ahmad
tinggal landas.
Di bandara, Cinta mencari Ahmad di segala sudut bandara tetapi belum
membuahkan asil. Cinta tak berputus asa, dengan sedikit berlari, ia menyusuri
segala sisi yang mungkin bisa menemukan Ahmad di sana.
“Ahmad!” panggil Cinta setelah ia tahu bahwa Ahmad berada di tempat
tunggu bagi para penumpang yang sebentar lagi akan berangkat. Cinta berlari
secepat mungkin supaya ia tidak kehilangan Ahmad kemudian memeluknya erat-erat.
“Sekarang aku percaya bahwa kamu benar-benar Hafiz. Ternyata selama ini
aku salah alamat, memberikan cintaku pada orang yang namanya sama dengan kamu.”
“Setelah aku berusaha untuk meyakinkan kamu bahwa akulah Hafiz yang kamu
cari, aku memutuskan untuk kembali ke Paris dan merelakanmu untuk Hafiz.
Sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan cinta padamu. Ketika aku kembali ke
Indonesia, aku senang sekali tetapi aku juga kecewa. Aku senang karena aku bisa
bertemu denganmu lagi. Aku kecewa karena kau hanya mengingat namaku, yang kini
telah dipakai Hafiz.”
“Maafkan aku.”
Andi dan Hafiz hanya dapat menyaksikan pertemuan keeduanya dari kejauhan.
Mereka tidak ingin kehadiran mereka akan mengganggu suasana pertemuan antara
Ahmad dan Cinta.
TAMAT