CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday 5 January 2011

TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
Manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia ini ada. Hanya saja istilah manajemen baru muncul pada tahun 1886. Di Indonesia manajemen sudah dipraktekkan pada masa prasejarah. Adanya candi borobudur pada abad ke-8 ini membuktikan maajemen sudah dipraktekan di Indonesia.
Pertumbuhan manajemen meliputi 3 fase,yaitu (1) fase pra sejarah (2) fase sejarah (3) fase moern dari tahun 1886-sekarang).

Tokoh yang mengawali munculnya manajemen ialah
1. Mooney (1800-an) Ia telah memberikan utama bagi manajemen, yaitu diterapkannya prinsip staf dalam gereja katolik dengan menegaskan pentingnya mengmunikasikan sasaran dan rencana kepada pengikutnya.
2. Small (1800-an) berupa analisis cameralisme yaitu paham sekelompok administrator dan cendekiawnan kebangsaan Jerman dan Austria yang menekankan pentignya administrasi yang sistematis dan pendirian universitas manjemen.
Tokoh pendahulu manajeman ilmiah ialah
Watt dan Boulton (1800), Penerapan pendekatan ilmiah, mengembangkan penelitian pasar, prakiraan, tataarus kerja, standarisasi kompnen produk, dan sistempengadilan.
Owen ”Bapak Manajemen Personalia Modern” (1810), Menekankan pentingnya unsur manusiawi dalam produksi.
Babbage (1792-1871), Prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya.
Poor (1855), Menganggap manajemen sebagai sistem dengan struktur organisasi yang jelas, komunikasi yang memadai, kepemimpinan manajerial perkeretaapan
Taylor (1901), lahirnya gerakan Manajemen Ilmiah yang sekaligus dimulainya fase modern.

B.TEORI MANAJEMEN KLASIK
1. Manajemen Ilmiah 
Salah satu teori klasik adalah Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dipelopori oleh Frederk W. Tailor (1856-1915) , teori ini berpandangan bahwa yang menjadi sasaran manajemen adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawannya. Empat prinsup yang dikemukakan Taylor :
Perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas
Pemilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja
Perlunya pelatihan dan pemberian rangsangan
Perlunya dilakukan penelitian-penelitian da percbaan-perccoba
Gantt (1861-1919) mengembangkan empat prinsip Taylor di atas yang terkenal dengan sebutan prinsip Gantt, yaitu 1) kerja sama harus saling menguntungkan kedua belah pihak, antar manejemen dan pekerja. 2) Seleksi ilmiah pekerja, 3) Sistem bonus untuk merangsang pekerja ,4) intruksi-intruksi kerja yang rinci harus digunakan. Kontribusi Gantt yang terkenal dan masih dipakai sampai sekarang ialah teknik membuat jadwal (time schedulle).
Teori Prinsip Studi waktu, bahwa semua usaha yang produktif harus diukur dengan studi waktu secara teliti (Time and Motion Study), dipelopori oleh Gilbreth (1911).
Henry Fayol (1916), menerbitkan Administration Idustrielle et Generale yang berisi lima pedoman yaitu Perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkoordinasian, pengawasan.
Gulick dan Urwik (1930) populer dengan akronim POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting) sebagai kegiatan manajerial dan merupakan proses manajemen. Prinsip-prinsip pokoknya adalah : 1) kesatuan komando, 2) wewenang harus dapat didelegasikan, 3) inisiatif harus dimilki oleh setiap manajer, 4) adanya solidaritas kelompok.
Emerson (1853-1931) populer dengan sebutan Efficiency engineering sebagai tipe konsultasinya. Ia melihat penyakit sistem indistri adalah pemborosan. Akhirnya ia menemukan 12 prinsip yag terkenal dizamannya : 1) tujuan dirumuskan dengan jelas, 2) kegiatan yang dilakukanmasuk akal, 3) dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten,4) disipiln, 5) adil, 6) laporan yang relibel, mutakhir, dan valid, 7) pemberian perintah, 8) standar-standar dan penjadwalan, 9) kondisi yang memiliki standar, 10) operasi yang memiliki standar, 11) intruksi praktistertulis yang memliki standar, dan 12) ganjaran akibat efisiensi.
Aliran klasik lainnya dipelopori oleh Max Weber (1947), birokrasi merupakan siri dari pola organisasi yang strukturnya dibuat sedemikian rupa sehingga secara maksimal dapat memanfatkan tenaga ahli.
Teori klasik ini menurut beberapa para ahli mempunyai kelemahan-kelemahan dan banyak dikritik karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman yang semakin global. Filley, Kerr dan Hous (1976) kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar dikemukakan sebagai berikut:
Teori klasik adalah teori yang terikat oleh waktu
Teori kalsik mempunyai ciri-ciri deterministik
Teori ini merumuskan asumsinya secara sksplisift.
2. Teori Organisasi Klasik
            Teori oraganisasi menurut Lunengurg & Ornstein dibedakan atas dua prespektif yaitu manajemen ilmih dan manajeman administratif .Teori ini juga disbut teori administrasi atau teori admnistaratif.
            Menurut Fayol atau bapak Teori ilmiah , ada lima fungsi manajemen yaitu Planning, Commanding, Coordinating, and Controlling.(PCCC). Menurut Gullick yng telah menyempurnakan teori fayol fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and Budgeting (POSDoRB). Menurut Mooney untuk merancang organisasi perlu empat prinsip, yitu Koordinasi, Skalar, Fungsional dan Prinsip Staf.
            Max Weber atau bapak Birokrasi, Menurut kamus besar bahasa indonesia birokraasi mempuyai dua arti, 1) sistem pemerintahan yang dijalankan leh pegawai pemerintah karena telah berpegag pada hierarki jenjang jabatan, 2) cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, dan menurut tata aturan (ada dan lainnya) yang berliku -liku.
C. TEORI NEO-KLASIK
            Teori ini timbul sebagian karena pada para manajer terdapat barbagai kelemahan dengan pendekatan klasik. Dengan adanya peralihan yang lebih berorintasi pada manusia teori ini berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya oleh karena itu pendekatan perilaku sebagai ciri utama toeri Neo-Klasik.
            Beberapa pelopor teori ini antar lain : Elton Mayo dengan studi Hubungan antar- Manusia atau tingkah laku mausia dalam situasi kerja terkenal dengan Studi Hawthorne. Pengikut aliran ini Chester I. Barnard (1976) yang menyatakan bhwa hakikat organisasi adalah kerjasama, yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama.
            Pelopor lainnya, Douglas McGregor, ia menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan.
            Vromm (filley, et.al.,1976) dengan teori Harapan (Ekspektasi) mendasarkan pada asumsi, berikut :
Manusia biasanya meletakkan nilai kepada suatu yang diharapkan darihasil karyanya. Oleh karena itu dia mempunyai urutan kesenangan diantara sekian banyak hasil yang ia harapkan.
Suatu usaha untuk menjelaskan tentang motivasi dari dari seseorang, juga mempertimbangkan keyakinan orang bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tujuan yang diharapkan.
            McClelland dengan teori prestasinya, mengemukakan pada dasarnya motivasi seseorang ditetukan oleh tiga kebutuhan : 1) kebutuhan akan kekuasaan, 2) kebutuhan akan afiliasi, 3) kebutuhan akan keberhasilan.
           
D. TEORI MODERN
            Pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situsionl. Artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkugan. Menurut Murdick dan Ross, sistem organisasi itu terdiri dari individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya kepemimpinan dan perangkat fisik yang satu sama lain berhubungan.
            Teori modern ini lebih menekankan ada sistem organisasi, dari beberapa pendapat para ahli dapat diidentifikasi bahwa sistem mempunyai makna  : 1) terdri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, 2) bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat berfungsi baik secara independen maupun secara bersama-sama, 3) berfungsinya bagian-bagian tersebut ditujukkan untuk mencapai tujuan umum secara keseluruhan dan 4) suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian itu berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.
            Menurut Shrode elemen-elemen dasar organisasi menckup : 1) tujuan, 2) tenik, 3) strukur, 4) orang, dan 5) organisasi.
            Secara lebih spesifik Ryans (1968) mengemukakan karakteristik sistem dibidang pendidikan :
Berbagai subsistem, baik fasiltas fisik maupun sumber lain yang berhubungan dengan subsistem
Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi anter elemen dari suatu sisem adalah jaringan informasi bersama
Berfungsinya sistem pendidikan
Pengelolaan informasi
            Dalam hal ini pendekatan sistem dikaitka dengan metode-metode ilmiah.Analisissistem ini mencangkup 1) menyadari adanya masalah, 2) mengidentifikasi variabel relevan, 4) menganaisis dan mensistensikan fakto-faktor,4) menentukan kesimupalan dalam bentuk program kegiatan.

MAJ. SDM
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Beberapa pengertian tentang manajemen sumber daya manusia, antara lain :
Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi, dan masyarakat. (Flipo, 1989).
Manajemen sumber daya manusia adalah sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi. (French,1991).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan proses pendayagunaan manusia atau pegawai yang mencakup; penerimaan, penggunaan, pengembangan dan pemeliharaan sumber daya manusia yang ada. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki oleh individu dapat digunakan secara maksimal sehingga tujuan (goal) menjadi maksimal.
Konsep yang mendasarinya bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin, dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian tentang Manajemen SDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.
MSDM juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktek manajemen yang mempengaruhi secara langsung sumber daya manusianya. MSDM diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif.
Untuk mencapai tujuan ini, studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan ,mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara karyawan dalam jumlah (kuantitas) dan tipe (kualitas) yang tepat.
Tidak bisa dipungkiri, perubahan teknologi terjadi sangat cepat. Perubahan tersebut telah menggeser fungsi-fungsi MSDM yang selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan administrasi, yang berkaitan dengan perekrutan pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh bagian personalia saja.
Saat ini MSDM berubah dan fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi, untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki fungsi perencanaan yang sangat strategik dalam organisasi.
Fungsi operasional dalam Manajemen SDM merupakan dasar pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan/lembaga. Fungsi operasional tersebut terbagi  lima, secara singkat sebagai berikut:
Fungsi Pengadaan ,yaitu proses penarikan , seleksi , penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan/ lembaga.
Fungsi Pengembangan, yaitu proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Fungsi Kompensasi, yaitu pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa yang diberikannya kepada lembaga.
Fungsi Pengintegrasian, yaitu kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan/lembaga dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
Fungsi Pemeliharaan, yaitu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
MSDM mempunyai kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin kompleks yang selalu terjadi. Ia juga harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan memahami dimensi internasional, akibat informasi yang berkembang cepat.
Perubahan paradigma dari MSDM tersebut telah memberikan fokus yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya di dalam organisasi. Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi lembaga.

B.  Manajemen TenagaKependidikan Islam
Keberhasilan manajemen guru, tak terkecuali guru Pendidikan Agama Islam sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Manajemen Tenaga kependidikan atau menejemen personalia Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kePendidikan Agama Islam secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kePendidikan Agama Islam, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Pendayagunaan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien tersebut merupakan pemanfaatan tenaga sehingga bisa bekerja secara maksimal dan produktif sekaligus menekan pemborosan. Pendayagunaan ini tidak bersifat pemaksaan fisik tetapi lebih merupakan strategi kerja yang tetap mempertimbangkan unsur-unsur manusiawi. Apalagi tenaga kependidikan tersebut tetaplah manusia yang tidak bisa disamakan dengan mesin, sehingga membutuhkan sentuhan-sentuhan rohani yang menyenangkan. Bahkan situasi yang menyenangkan itu bisa meringankan beban kerja.
Perimbangan ini mengandung implikasi pada dua hal: Pertama, menempatkan pegawai supaya tetap dapat mengontrol cara kerja masing-masing sebagai bentuk kesadaran kerja dan moral kerja yang tidak pamrih untuk diperhatikan oleh pimpinannya. Kedua, memaknai kerja sebagai wasilah atau perantara untuk mendapatkan nafkah sebagai bekal kehidupan. Melalui pemaknaan seperti ini, subjek kerja adalah pegawai itu sendiri, yang mampu membendung pengambilalihan peran seperti yang menjadi kekhawatiran, bahwa justru pekerjaan yang menguasai pegawai, sehingga pegawai menjadi “diperbudak” oleh pekerjaan yang tentunya mendegradasi martabat mereka. Padahal Islam senantiasa menempatkan manusia pada posisi yang terhormat dalam serangkaian mekanisme kerja.
Manajemen tenaga kePendidikan Agama Islam (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kePendidikan Agama Islam yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
Perencanaan Pegawai
Merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis pekerjaan (job analisis) dan analisis jabatan untuk memperoleh detesis pekerjaan. Informasi ini sangat membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang diperlukan, dan juga untuk menghasilkan spesifikasi pekerjaan (job spesification). Spesifikasi jabatan ini memberi gambaran tentang kualitas minimum pegawai yang dapat diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Manajer harus membuat perencanaan pegawai untuk memenuhi kebutuhan lembaga ke depan dan mengontrol atau menghindari kesalahan penerimaan pegawai. Dalam perencanaannya, manajer harus mempertimbangkan jumlah pegawai yang direncanakan, keahlian apa yang dibutuhkan, tingkat pendidikan apa yang sedang dibutuhkan, jenis keterampilan macam apa yang menjadi kebutuhan, dan sebagainya.
Pengadaan pegawai Merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan rekruitmen, yaitu usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. Untuk kepentingan tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan, dan praktek. Namun adakalanya, pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan secara interrn atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi. Hal tersebut dilakukan apabila formasi yang kosong sedikit, sementara pada bagian lain ada kelebihan pegawai atau memang sudah dipersiapkan.
Pembinaan dan Pengembangan Pegawai
Organisasi senantiasa menginginkan agar personil– personilnya melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari ke hari. Disamping itu, pegawai sendiri,  sebagai manusia, juga membutuhkan peningkatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya. Sehubungan dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja pegawai.
Pembinaan dan pengembangan pegawai yang telah dimiliki lembaga pendidikan baik yang berstatus pegawai negeri atau swasta harus diberi wahana untuk proses pembinaan dan pengembangan. Pembinaan lebih berorientasi pada pencapaian standar minimal yaitu diarahkan untuk dapat melakukan pekerjaan atau tugasnya sebaik mungkin dan menghindari pelanggaran. Sementara itu pengembangan lebih berorientasi pada pengembangan karir para pegawai, termasuk upaya manajer untuk memfasilitasi mereka supaya bisa mencapai jabatan atau status yang lebih tinggi lagi. Dalam kaitan ini seorang manager senantiasa memilih pegawai yang profesional, potensial, baik dari segi pendidikan, pengalaman keterampilan maupun kesadaran. Gabungan berbagai potensi ini akan membentuk kepribadian pegawai yang profesional. Pegawai yang professional tentu memiliki keahlian yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, mengetahui pekerjaannya, menyadari kewajibannya, dan mampu menyelesaikan kesulitan yang terkait dengan pekerjaan yang dihadapi.
Dalam suasana kerja sehari-hari, para pegawai juga perlu diberi kebebasan, tapi tetap terkendali. Sehingga mereka bisa fleksibel dalam bekerja dan yang terpenting merasa dihargai kreativitasnya, sehingga bisa`berkonsentrasi penuh pada pekerjaan, namun tetap dalam keadaan rileks.
Manajer juga harus berupaya untuk bersikap tegas kepada para pegawainya sehingga suasana kerja menjadi jelas dan penuh kepastian, termasuk dalam memberi perintah. Oleh karenanya para manager juga harus mengetahui  tata cara mengeluarkan perintah. Madhi menyatakan ada 2 cara:
1. Memberikan perintah dengan keyakinan tanpa keraguan, yang berdampak pada kecepatan merespon dan melaksanakan tugas.
2. Menggunakan ungkapan positif yang lebih efektif dari pada ungkapan negatif.
Manager juga harus berupaya menjaga diri dan menghindarkan diri dari ketersinggungan dari para pegawainya sehingga suasana kerja menjadi harmonis. Intinya, manager perlu menciptakan suasana kondusif dalam pekerjaan. Suasana ini memungkinkan tenaga kependidikan dapat melakukan pekerjaannya secara maksimal.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan yang selanjutnya adalah mengusahakan supaya calon pegawai tesebut menjadi anggota organisasi yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota organisasi atau lembaga. Di Indonesia, untuk pegawai negara sipil, promosi atau pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS dengan masa percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah lulus diangkat sebagai pegawai negeri sipil penuh. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan berikutnya adalah penempatan atau penugasan. Dalam penempatan atau penugasan ini diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi tanggung jawab pegawai dengan karakteristik pegawai. Untuk mencapai tingkat kongruensi yang tinggi dan membantu personil supaya benar – benar siap secara fisik dan mental untuk melaksanakan tugas – tugasnya, perlu dilakukan fungsi orientasi, baik sebelum atau sesudah penempatan.
d. Promosi dan mutasi
Promosi atau kenaikan pangkat merupakan perubahan kedudukan yang bersifat vertikal sehingga berimplikasi pada wewenang tanggung jawab, dan penghasilan. Sementara itu mutasi adalah pemindahan pegawai dari suatu jabatan dan jabatan lainnya Pemindahan ini lebih bersifat horizontal sehingga tidak berimplikasi pada penghasilan.
Dalam jajaran lembaga pendidikan Islam promosi dan mutasi merupakan  hal yang biasa terjadi. Hanya saja pada lembaga pendidikan Islam swasta prosedurnya lebih sederhana dan pendek.
Pemberhentian pegawai
Merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai untuk selanjutnya mungkin masing – masing pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas lembaga tempat kerja. Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah, khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis (1) pemberhantian atas permohonan  sendiri ; (2) pemberhentian oleh dinas atau pemerintah ; dan (3) pemberhentian sebab lain-lain.
Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya, karena pindah lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan sebagai berikut :
Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas -tugasnya dengan baik ;
Perampingan atau penyederhanaan organisasi;
Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun dan harus diberhentikan dengan jangka waktu satu tahun;
Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan;
Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil;
Sementara pemberhentian karena alasan penyebabnya adalah pegawai  yang bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun.
Kompensasi
Adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh para pekerja tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran. Dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan organisasi dan para pekerja perlu diperhitungkan. Manager harus ekstra hati – hati menghadapi masalah ini karena sangat sensitif. Para pegawai memiliki kecenderungan serba kurang dan suka membandingkan kelebihan kesejahteraan yang diberikan lembaga pendidikan lain. Sementara itu dalam hal tertentu minimnya kesejahteraan dalam lembaga lain tidak pernah dibandingkan dengan kelebihan di lembaga sendiri.
Dalam Islam kompensasi atau kesejahteraan mendapat perhatian yang besar. Kesejahteraan ini bersifat material dan nonmaterial. Kesejahteraan material misalnya berbentuk uang atau barang, sedangkan kesejahteraan nonmaterial berwujud seperti pujian, kecepatan dalam memberikan gaji, penghormatan dll.
Cara pemberian gaji kepada pegawai dalam islam telah digariskan sesuai sabda Nabi SAW: “ Berikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
Pesan hadis ini bila benar-benar diamalkan niscaya mampu membangkitkan semangat kerja para pegawai. Hanya amat disayangkan walau banyak pemimpin lembaga pendidikan Islam yang hafal hadis tersebut tapi masih tidak mengamalkannya.
Penilaian pegawai
Penilaian terhadap pegawai meerupakan hal yang sangat penting baik bagi lembaga pendidikan Islam maupun bagai pegawai itu sendiri. Penilaian itu tentunya harus dilakukan secara transparan, objektif dan akurat. Sebab, seharusnya penilaian didasarkan pada prestasi individu secara riil tanpa ditambahi atau dikurangi. Penilaian mencakup ruang lingkup kecakapan, kemampuan, keterampilan, kedisiplinan dsb. Bagi pegawai negeri penilaian dilakukan dengan sangat teratur melalui DP3 ( Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan ) yang meliputi : kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan.
Untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, ketelitian, kekurangan, dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan aspek lain dari keseluruhan proses efektif sumber daya manusia.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen guru bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah/ sekolah Islam, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu kelancaran manajemen kependidikan di sekolah/ sekolah Islam yang dipimpinnya.

MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen kesiswaan adalah kegiatan pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut lulus drai sekolah disebabkan karena tamat atau sebab lain. Tidak semua hal yang berhubunga dengan siswa termasuk dalam manajemen siswa. Pekerjaan mengenai siswa kadang-kadang termasuk dalam manajemen siswa , tetapi adakalanya termasuk dalam manajemen lain. Mengelompokkan siswa untuk membentuk kelompok-kelompok belajar, termasuk manajemen kurikulum, tetapi mencatat hasil belajar siswa dapat dikategorikan sebagai manajemen siswa.
Konsep Manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari kata Manajemen dan kesiswaan. Dalam pengertian manajemen terdapat dua kegiatan yaitu pikir(mind) dan kegiatan tingkah laku atau (action). Manajemen kesiswaan pendidikan merupakan suatu layanan yang memusatkan perhatian dan pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa dikelas dan di luar sekolah. Semua kegiatan tersebut pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa untuk mengembangkan dirinya. Tujuan tersebut meliputi dimensi waktu yang panjang sekali, sehingga manajemen kesiswaan tidak hanta terbatas pada pengaturan siswa ketika mereka mengikuti proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga ketika mereka akan keluar untuk studi lanjutan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ataupun jika mereka memilih masuk ke dunia kerja. Upaya itu akan optimal mana kala siswa sendiri secara aktif berupaya mengambangkan diri, sesuai dengan program-program yang dilakukan disekolah.

Prinsip-prinsip Manajemen Siswa
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran disekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut menurut Depdikbut adalah sebagai berikut:
Siswa harus diperlakukan sebagai subyek bukan obyek.
Kondisi siswa sangat beragam, ditinnjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Olehkarena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.
Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.
Disamping prinsip-prinsip tersebut diatas, suatu hal yang sangat perlu juga diperhayikan oleh seorang pendidik dalam membimbing mueridnya adalah”kebutuhan murid”.
Al-Qussy membagi pula kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu:
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, seks dan sebagainya.
Kebutuhan Sekunder yaitu kebutuha rohaniyah
Selanjutnya Law Head, membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas, pelindungan, seksual, kesehatan dan lain-lain.
Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan belajar, menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas(mengembangkan diri), mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain.
Kebutuhan yang menyangkut jasmani rohani, seperti istirahat, rekreasi,butuh supaya setiap potensi-potensi fisisk dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usah atau pekerjaan sukses dan lain-lain.
Kebutuhan sosial, seperti supaya dapat diterima oleh teman-temanya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang yang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya, dan pemimpin-pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya (biasanya dirasakan lebih akhir) merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu, kebutuhan untuk meningkat diri dari yaitu kebutuhan terhadap agama.
Kedua penjelasan di atas menunjukkan bahwa kebutuhan yang paling essensial adalah kebutuhan terhadap agama. Agama dibutuhkan karena manusia memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu tidak ada seorangpun yang tidak membutuhkan agama
Kebutuhan-kebutuhan murid di atas harus diperhatikan oleh setiap pendidik, sehingga anak didik tumbuh dan berkembang serta mencapai kematangan psikis dan fisik. Pendidik disamping ia memperhatikan kebutuhan-kebutuhan biologis dan psikologis ataupun kebutuhan primer dan sekunder seperti dijelaskan diatas, maka penekanannya adalah memenuhi kebutuhan anak didik terhadap agama karena ajaran agama yang sudah dihayati, diyakini dan diamalkan oleh anak didik, akan dapat mewarnai seluruh aspek kehidupannya. Setiap pendidik yang mengabaikan terhadap agama ini hanya akan mampu meraih sebagian kecil dari kepribadiannya, atau bahkan usahanya akan sia-sia sama sekali sebab pendidikan yang tidak meperhatikan kebutuhan tersebut tidak akan dapat menjamah psikologis manusia yang terdalam.

Ruang lingkup Manajemen kesiswaan
Secara umum bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas utama tersebut ruang lingkup manajemen kesiswaan berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:
Perencanaan kesiswaan
Dalam perencanaan kesiswaan ini mencakup sensus sekolah dan penentuan jumlah siswa yang diterma. Sesus sekolah mencatat anak-anak usia sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah atau calon siswa. Sesus sekolah akan lebih lengkap apabila pencatatan itu tidak saja menghasilkan jumlah calon siswa, tetapi juga dilengkapi dengan catatan kemana mereka itu ingin melanjutkan sekolah.
Pendataan anak usia sekolah atau calon siswa merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan pendidikan. Dengan data yang diperoleh dari sensus sekolah akan dapat di tetapkan:(1) jumlah dan lokasi sekolah, (2) Batas daerah penerimaan siswa di suatu sekolah, (3) jumlah fasilitas transportasi, (4) layanan program pendidikan, (5) fasilitas pendidikan bagi anak-anak penderita cacat, (6) laju pertumbuhan penduduk, khususnya anak-anak usia sekolah didaerah sekitar sekolah.
Perencanaan peserta didik ini merupakan aktifitas yang sangat penting karena berkaitan erat dengan strategi penerimaan peserta didik baru baik berkaitan dengan kualifikasio yang diharapkan, alat tes yang digunakan, dan jumlah siswa yang diterima atau daya tampung sekolah.
Penerimaan Siswa Baru
Penerimaan siswa baru perlu di kelola sedemikian rupa mulai dari perencanaan penentuan daya tampung sekolah atau jumlah siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Pengelolaan penerimaan murid baru ini harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga kegiatan mengajar belajar sudah dapat dimulai pada hari pertama setiap tahun ajaran baru.
Langkah-langkah penerimaan murid baru pada garis besarnya adalah sebagai berikut (1) membentuk panitia penerimaam murid, (2) menentukan syarat pendaftaran calon, (3) menyediakan formulir pendaftaran, (4) pengumuman pendaftaran calon, (5) menyediakan buku pendaftaran, (6) waktu pendaftaran, (7) penentuan calon yang diterima.
Pengelompokan siswa
Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar dan mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah di programkan. Ada beberapa jenis pengelompokan siswa, di antaranya adalah:
Pengelompokan dalam kelas-kelas
Pengelompokan berdasarkan bidang studi
Pengelompokan berdasarkan spesialisasi
Pengelompokan dalan sistem kredit
Pengelompokan berdasarkan kemampuan
Pengelompokan berdasarkan minat
Pembinaan disiplin Siswa
Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan, dan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah dan kelas  dimana mereka berada. Untuk itu diperlukan tehnik pembinaan disiplin kelas, yaitu teknik pengendalian dari luar, teknik pengendalian dari dalam, dan teknik pengendalian kooperatif. Dalam peningkatan disiplin siswa, maka siswa harus berusaha:(a) Hadir di sekolah 10 menit sebelum belajar dimulai (b) Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran dengan baik dan aktif (c) Mengerjakan semua tugas dengan baik, (d) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya, (e) Memiliki perlengkapan belajar (f) Mengikuti upacara-upacara, dan sebagainya sejalan dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Sehingga dalam pembinaan disiplin ini perlu adanya pedoman yang dikenal dengan istilah tata tertib sekolah.
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, namun dalam pelaksanaanya berada diluar jam pelajaran resmi di kelas. Ada dua macam kegiatan ekstra kelas: kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan kokurikuler.
Kegitan ekstra kurikuler adalah kegiatan pelajaran yang di selenggarakan diluar jam pelajaran biasa sedangkan kokurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan PR, bahkan dapat juga berbentuk kegiatan beberapa hari diluar sekolah atau diluar kampus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaam ekstra kurikuler adalah:
Peningkatan aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa
Penetapan waktu, obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi siswa, karena kegiatan-kegiatan itu secara tidak langsung akan memberikan dukungan terhadap kegiatan pembelajran yang ada di kelas dan memberikan pembelajaranyang ada di kelas dan mem,berikan tambahan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan siswa.
Organisasi Siswa Intra Sekolah
OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah dan harus ada di setiap sekolah. OSIS bersifat otonom, yang berati bahwa organisasi itu tidak berafiliasi dengan organisasi apapun diluar sekolah. OSIS berfungsi sebagai wadah untuk:
Pembinaan pemuda dan budaya
Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional
Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah
Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
Pembinaan aktivitas intra sekolah yang berorentasi pada kegiatan yang bersifat edukatif
Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan potensi siswa
Tujuan OSIS adalah untuk:
Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi, berkecapan, serta memiliki pengetahuan siap untuk diamalkan.
Mempersiapkan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa, tanah air dan bangsanya
Menggalang persatuan dan kesatuan yang kokoh dan akrab di sekolah dalam satu wadah OSIS
Menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat dan mencegah siswa dijadikan sasaran perbuatan pengaruh serta kepentingan suatu golongan, dan usaha peningkatan ketahanan sekolah
OSIS dibina oleh kepala sekolah dan guru sehingga semua kegiatan struktur organisasi, tugas dan kewajibannya dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan ekstrakurikuler.
Evaluasi Kegiatan Siswa
Dalam melaksanakan evaluasi kegiatan siswa terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:
Penentuan standar. Yang dimaksud dengan standar adalah patokan-patokan mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Standar itu harus dibuat dan dikomunikasikan kepada siapa saja yang terlibat, agar mereka mengetahui targt-target yang akan dicapai.
Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu kegiatan telah atau belum dilaksanakan. Pengukkuran dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan dalam pengertian yang sebenarnya. Pengetahuan mengenai kegiatan dan kondisi nyata sangat penting, agar langkah-langkah dapat diambil secara konkrit sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, kepala sekolah boleh begitu saja percaya kepada laporan bawahannya.
Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang telah ditentukan. Dengan langkah ini akan diketahui selisih antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditetukan.
Mengadakan perbaikan. Perbaikan itu perlu dilakukan untuk mengetahui ketercapaian standar yang telah ditentukan, terutama perbaikan terhadap penyebab tidak terpenuhnya target atau standar.
Perpindahan Siswa
Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian (1) Perpindahan siswa dari suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis. (2) Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke program yang lain. Perpindahan siswa dari suatu sekolah hakekatnya adalah perpindahan wilayah atau tempat. Untuk mengantisipasi perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain maka pada saat penjurusan usahakan mementukan jurusan-jurusan bagi siswa yang setepat-tepatnya dengan memafaatkan berbagai data yang selengkapnya.
Kenaikan Kelas dan Penjurusan
Kenaikan kelas dan penjirusan dapat diatur dalam peraturan sekolah yang didasarkanpada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam pelaksanaan kenaikan kelas dan penjurusan sering kali muncul berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah-masalah tersebut bisa saja timbul yang berkaitan dengan sisswa, guru, serta peraturan kenaikan kelas dan penjurusan. Masalah ini dapar diperkecil, jika data-data tentang hasil evaluasi pembelajaran siswa lengkap dan obyektif, mendayagunakan fungsi dan peranan bimbingan dan penyuluhan, dan para guru bersikap hati-hati dan obyektif dalam memberikan penilaian hasil belajar siswa.
Kelulusan dan Alumnni
Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah sebagai suatu lembaga tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh siswa. Setelah seorang siswa selesai mengikuti seliruh program pendidikan di suatu sekolah, dan berhasil lulus dalam UAN, maka kepadanya diberikan surat keterangan atau sertifikat, yang umumnya disebbut ijazah atau surat tanda tamat Belajar.
Proses kelulusan biasanya ditandai dalam suatu upacara pelepasan siswa. Dalam acara ini, disamping mewisuda siswa-siswa yang lulus, sekaligus sekolah ”melepas” siswa dan “menyerahkan kembali” kepada para orang tua. Dengan demikian “habislah” (dalam arti telah selesai) hubungan ikatan antara sekolah dan orang tua siswa. Sedangkan hubungan para lulusan (alumni) dan sekolah fiharapkan masih akan tetap terjalin. Sekolah mengharapakan agar alumninya tetap menjalin hubungan dengan sekolah garba ibunya (almamaternta). Sebaliknya para alumnus, biasanya juga yetap membanggakan sekolahnya, dan selalu mengadakan hubungan di mana perlu.

MANAJEMEN KURIKULUM
Pengertian Kurikilum
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu “currere” yang berarti jarak tenpuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari muali dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan manhaj, yakni jalan yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. Al-Khauly (1981) menjelaskakn al-manhaj sebagai seperangkat rencana dan media untuk mengantarkakn lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.

Makna semantik kurikulum dikelompokkan menjadi tiga:
Pengertian kurikulum secara tradisional, Kurikulum adalah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah atau bidang studi. Juga bisa berarti semua bidang studi yang diberikan dalam lembaga pendidikan
Pengertian kurikulum secara modern, Kurikulum adalah semua pengalaman actual yang dimiliki siswa di bawah pengaruh sekolah sementara bidang studi adalah bagian kecil dari program kurikulum secara keseluruhan.
Pengertian kurukulum masa kini, Kurikulum adalah strategi yang dugunaka untuk mengadaptasikan pewarisan cultural dalam mencapai tujuan sekolah.

Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas, interaksi belajar mengajar. Untuk menjelaskan arti ruang lingkup, tujuan, jenis kegiatan manajemen kurikulum lebih jauh, maka tentu saja harus diberi batasan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kurikulum itu. Kurikulum sendiri dapat dipahami dengan arti sempit sekali, sempit dan luas.
Kurikulum dalam arti sempit sekali adalah jadwal pelajaran
Kurikulum dalam arti sempit adalah semua pelajaran baik teori maupun praktik yang diberikan kepada siswa-siswa selama mengikuti suatu proses pendidikan tertentu. Kurikulum dalam pengertian ini terbatas pada pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk kepentingan mereka untuk melanjutkan pelajaran maupun terjun ke dunia kerja. Dengan melihat pada kurikulum sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat dilihat apakah apakah lulusannya mempunyai keahlian dalam level apa.
Kurikulum dalam arti luas adalah semua pengalaman yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada anak didik selama mengikuti pendidikan. Dengan pengertian ini maka pengaturan halaman sekolah, penempatan keranjang sampah atau  ketatnya disiplin sekolah dijalankan ikut termasuk dalam cakupan kurikulum karena semuanya itu akan menghasilkan suatu yang tercermin pada lulusan.

Dengan membedakakn pengertian-pengertian kurikulum seperti ini akan berakibat pula ruang lingkup manajemennya.  Jika yang diikuti pengertian kurikulum dalam arti yang sangat sempit sekali, maka manajemen kurikulum hanya menyangkut usaha dalam rangka melancarkan pelaksanaan jadual pelajaran. Tetapi jika yang dianut pengertian kurikulum dalam arti luas, maka manajemen kurikulum bukan hanya dibatasai dalam ruang kelas, tetapi menyangkut pula kegiatan pengelolaan di luar kelas. Bahkan di luar sekolah (asalkan masih diprogramkan oleh sekolah) yang terarah pada efektifitas pelaksanaan kurikulum.

Pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum
Dalam mengajarkan materi bidang studi, guru harus melihat pada tujuan pengajaran yang disebut tujuan instruksional, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Tujuan instruksional umum adalah tujuan tang akan dicapai melalui satu unit tujuan pelajaran. Tujuan instruksional umum ini sudah terjaadi pada GBPP (garis-garis besar pengajaran) buku II kurikilum setiap sekolah.
Tujuan instruksional khusus adalah penjabaran dari tujuan instruksional umum dengan memperhatikan bagian dari satuan bahan atau sub pokok bahasan, rumusan tujuan instruksional khusus harus memenuhi persyaratan: 1). Berpusat pada siswa, 2). Khusus terperinci, 3). Menunjukkan tingkah laku dan 4). Dapat diukur.
Dengan membedakan dari tujuan instruksional umum dengan tujuan instruksional khusus ini, maka diketahui bahwa tujuan instruksional umum masih bersifat sentralisasi sedangkan tujuan instruksional khusus dijabarkan disekolah.
Pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum. Disamping perencanaan yang merupakan tujuan pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat mengeluarkan pedoman-pedoman umum yang harus diikuti oleh sekolah untuk menyusun perencanaan yang sifatnya operasional disekolah, pedoman-pedoman tersebut antara lain berupa: struktur program, program penyusunan akademik, pedoman penyusunan program pelajaran, pedoman penyusunan progran (rencana) mengajar, pedoman penyusunan satuan pelajaran, pembagian tugas guru, pengaturan siswa ke dalam kelas-kelas. Pedoman lain adalah pedoman pelaksanaan kurikulum antara lain: pedoman pengelolaan kelas, pedoman pemberian ekstra kurikuler, dan juga pedoman tentang evaluasi hasil belajar.
Struktur Program
Yang diaksud dengan struktur program adalah susunan bilangan pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan kurikulum disuatu jenis dan jenjang sekolah.
Jenis-jenis program pendidikan.
Didang studi untuk masing-masing jenis program.
Satuan waktu pelaksanaan (di SD semester di SMP semester an).
Alokasi waktu untuk tiap bidang studi tiap satuan waktu pelaksanaan.
Jumlah jam pelajaran per minggu.
Berdasarkan stuktur progam ini sekolah-sekolah dapat menyusun jadwal pelaksanaan pelajaran disesuaikan dengan kondisi sekolah asal tidak menyimpang dari ketentuan yang ada.
Penyusunan jadwal pelajaran
Yang dimaksud dengan jadwal pelajaran adalah urut-urutan mata pelajaran sebagai pedoman yang harus diikutidalam pelaksanaan pemberian pelaksanaan. Jadwal bermanfaat sebagai pedoman bagi guru, siswa, maupun kepala sekolah.
Manfaat bagi guru.
Sebelum mulai bakerja harus ada pedoman sehingga guru dapat “siap mental“ dan “siap materi” sebelum mengajar.
Ada koordinasi kerja antara guru sehingga masing-masing guru berapa di suatu kelas.
tau hak dan kewajiban di kelas dan berapa boleh dan harus Guru tau kapan tidak bertugas sehinnga dapat merencanakan kegiatan yang lain.
Manfaat bagi siswa
Siswa tau dengan pasti waktu-wakyu memperoleh sesuatu pelajaran sehingga dapat menyiapkan diri.
Siswa tau akan hal dan kewajiban untuk diajar oleh siapa dan harus bagaimana.
 Manfaat bagi kepala sekolah
Memudahkan pengawasan dan koordinasi yang lain.
Dapat diketahui beban seorang guru secara jelas.

Inti kegiatan pendidikan di dekolah adalah pelaksanaan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian maka penjadwalan merupakan hal yang angat penting, jadwal ini disusun bukan hanya untuk sesuatu kelas tetapi untuk seluruh kelas.

 Penyusunan kalender pendidikan
Menyusun rencana kerja sekolah untuk kegiatan selama satu tahun merupakan bagian menajemen kurikulum terpenting yang harus sudah tersusun sebelum ajaran baru.
Tujuan penyusunan kalender adalah agar penggunaan waktu selama satu tahun terbagi secara merata dan sebaik-baiknya dari meningkatan mutu pendidikan. Adanya pedoman dari pusat dimaksudkan agar ada keseragaman untuk seluruh sekolah di indonesia.
Hal-hal yang diatur adalah:
Penerimaan siswa baru dan persiapan tahun ajaran baru.
Prosedur pengisian hari pertama di sekolah
Kegiatan belajar mengajar yang meliputi:
Persiapan mengajar.
Penyajian pelajaran.
Evaluasi belajar.
Kenaikan kelas.
Tamatan belajar.
Bimbungan siswa.

Kegiatan dalam liburan sekolah.
Upacara-upacara sekolah.
kegiatan ekstrakurikuler
Pembagian tugas guru
Hal-hal yang harus diikuti antara lain:
 Bidang keahlian yang dimiliki oleh guru
 Sistem guru kelas dan sisitem guru badang studi. Di sekolah dasar masih digunakan sistem guru kelas, mlihat peralihan lingkungan anak kecil dari keluarga ke sekolah.
Ada dua sistem sehubungan dengan guru kelas yaitu:
Sistem mengsak, jika guru mengikuti siswa-siswanya naik kelas.
Sistem bertukar, jika guru memegang sesuatu tingkat terus-menerus.
Formasi, yaitu susunan jatah petugas sesuai dengan banyak dan jenis tugas yang harus dipikul.
Beban tugas guru menurut ketentuan yaitu 24 jam per minggu.
Kemungkinan adanya perangkapan tugas mengajarkan mata pelajaran yang lain jika masih kekurangan guru.
Masa kerja dan pengalaman mengajar dalam bidang pelajaran yang ditekuni oleh masing-masing guru.
Pengaturan atau penempatan siswa dalam kelas
Pengaturan siswa menurut kelasnya sebaiknya sudah dilakukan bersama waktu dengan pendaftaran ulang siswa tersebut. Hal ini akan mempermudah siswa baru pada peristiwa hari pertama masuk ke sekolah. Oleh karena keadaan keadaan siswa belum dikenal,maka yang dipakai untuk pertimbangan penempatan-penempatan ke kelas-kelas antara lain: jenis kelamin, asal sekolah dan (jika mungkin) latar belakang orang tua atau wali.

Penyusunan rencana mengajar
Penyusunan rencana megajar dilakukan melalui dua tahap:
Tahap penyusunan rencana terurai
Yang dimaksud penyusunan rencana terurai adalah pembuatan program garis besar tetapi terperinci mengenai penyajian bahan pelajaran selama satu tahun. Sebelum guru mulai menyusun suatu pelajaran terlebih dahulu harus menyusun program secara cermat melalui langkah-langkah berikut ini:
Menghitung banyaknya pokok bahasan yang terdapat selama penggalan waktu tertentu, misalnya satu semester (untuk SD semester).
Menghitung banyaknya sub pokok bahasan untuk tiap-tiap pokok bahasan kemudian dijumlahkan untuk satu semester.
Menghitung banyaknya hari efektif selama satu semester dengan melihat kelender sekolah dan kalender tahunan agar dapat diketahui betul-betul hari-hari yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas mengajar.
Memasangkan banyak sub-pokok bahasan dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan selama satu semester.
Tahap penyusunan satuan pelajaran.
Penyusunan satuan pelajaran sebaiknya dilakukan sekaligus selesai sebelum mengajar. Namun, jika tidak mungkin, dilakukan secara bertahap jika sudah memadai. Secara garis besar saruan pelajaran berisikomponen-komponen yang berhubungan dengan:
Identitas materi pelajaran, yang berisi: pokok bahasan, sub pokok bahasan, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus dan kelas.
Waktu pelajaran yang berisi: waktu pelaksanaan, alokasi eaktu.
Bagaimana dilaksanakan, berisi: metode mengajar, alat-alat pelajaran yang diperlukan, buku sumber yang diambil, alat evaluasi, kegiatan belajar mengajar yang dipilih.
Komponen-komponen Kurikulum
Komponen tujuan
Dalam komponen tujuan ini, kita akan menganal tingkat-tingkat tujuan, dimana antara yang satu dengan yang lainnya merupakan suatu kesatuan. Kurikulum suatu sekolah mempunyai dua tujuan yaitu:
 Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara menyeluruh. Tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid sekolah tersebut.
Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi. Tujuan inipun digambarkan pula dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diaharapkan dapat dimiliki murid/siswa telah mempelajari bidang studi pada suatu sekolah tetentu.
Komponen Materi (isi dan struktur program)
Isi kurikulum (sebagaimana kurikulum KBK yang berlaku saat ini) berisi: pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar  siswa, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Struktur program (sebagaimana kurikulum madrasah yang sudah dilakukan pada saat ini0 program pendidikannya terdiri dari program inti, lokal, ekstra kurikuler, dan kepribadian.
Komponen strategi
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran,cara di dalam mengadakan penilaian,cara ini dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiata sekolah secara keseluruhan.
Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara (metode) mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
Komponen evaluasi
Pendidikan adalah sebagian keperluan manusia. Untuk itu sekolah harus paham terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena kurikulum sebagai bahan konsumsi anak didik dan sekaligus juga konsumsi masyarakat, maka harus dinilai terus menerus serta menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran. Disamping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagaii feedback(umpan balik) terhadap tujuan, materi, metode, sarana, dalam rangka membina dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut.[1]

Organisasi kuikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan ini dan cara penya,paian pelajaran berbada pula.
Tiga jenis organisasi kurikulum yaitu:
Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini terpisah-pisah di mana bahan pelajaran disajikan secara terpisah-pisah seolah-olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang studi yang sama di kelas yang  berbeda.
Keuntungannya:
Materi pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah diorganisasi).
Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes hasil-hasil belajar yang seragam (uniform) di seluruh negara.
Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat subject contered.
Mata pelajaran dianggap alat yang sesuai untuk mengembangkan intelektual seseorang.
Kelemahannya:
Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain, hal ini tidak sesuai dengan kenyataan dengan kehidupan yang sebenarnya.
Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari sudut psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan, banyak terjadi verbalistis dan menghafal, serta makan tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik.
Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini meghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada hubungannya, bersangkut paut(correlated)walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain, masih dipertahankan.
Keuntungannya:
Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas.
Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah.
Anak mempunyai pengertian yang luas, karena adanya keterkaitan antara mata pelajaran.
Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Kelemahannya:
Kurang memberikan disipilin tinjauan spesialisasi mata pelajaran.
Kurang memberikan pengetahuan mendalam pada masing-masing mata pelajaran.
Sering terlampau abstrak, karena hanya prinsip-prinsip dasar dan tema-tema tertentu.
Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu yang meniadakan batas-batas antara berbagai bidang-bidang antara mata pelajaran dan menyajikan bahkan pelajaran dalam bentuk unit.
Keuntungannya:
Didasarkan atas pengalaman dan minat anak.
Menggunakan beragam kegiatan untuk memecahkan masalah.
Guru merencanakan pembelajaran bersama-sama murid.
Integrasi semua mata  pelajran.
Memberikan pengalaman lansung kepada anak.
Pelajaran sesuai dengan kehidupan anak.
Memperhatikan perbedaan individual kehidupan anak.
Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan fungsional.
Menggunakan lingkungan sebagai sember pembelajaran.
Banyak mengembangkan ketrampilan. Menggunakan psikologi Gastalt dalam pembelajaran.
Kelemahannya:
Kurang persiapan anak mengikuti ujian trasional selama ini.
Memerlukan fasilitas penbelajaran yang belum dimiliki sekolah.
Tidak memberikan pengetahuan yang logis dan sistematis.
Memberatkan tugas guru.
Lebih mengutamakan proses dari pada materi.
Manajemen pembelajarannya sangat sulit.[2]

Segi manajemen dalam pelaksanaan Kurikulum
Persiapan
Yang dimaksud dengan tahap persiapan adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru sebelum memulai mengajar yang dikerjakan antara lain:
Mengusapakan “selamat pagi” dam meletakkan alat-alat mengajar di meja.
Memperhatikan kondisi di sekelilng kelas apakah ada kondisi yang mengganggu proses bellajar mengajar misalya jendela belum dihapus, papan tulis yang elum dibersihkan, terdapat gambar miring, kapur tulis berantakan dan lain sebagainya.
Melakukan absensi.
Memeriksa apakah siswa sudah siap dengan catatan dan sudah tidak ada lagi barang-barang atau buku lain yang dipegang siswa.
Pelaksanaan pelajaran
Pelaksanaan pelajaran terbagi menjadi tiga tahap:
Pendahuluan: yaitu muai mengajar dengan mengarahkan perhatian untuk masuk ke pokok bahasan.
Pelajaran inti adalah interaksi belajar mengajar yang yang terjadi dimana selama guru siswa membahas poko bahasan yang menjadi acara pada jam itu.
Evaluasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru setelah selesai pembahasan pelajaran inti. Penutup ini dapat dilakukan dengan membuat ringkasan, meberikan evaluasi normatif, memberikan tugas rumah dan sebagainya.
Penutupan
Yang dimaksud dengan penutupan adalah kegiatan yang terjadi dikelas setelah guru selesai melaksanakan tugas mengerjakan materi yang menjadi tanggung jawabnya untuk pertemuan itu. Penutupan pelajaran dilakukan dengan menghapus papan tulis,  pasan dan kesan, ucapan “selamat pulang” dan lain sebagainya.[3]


MANAJEMEN SARPRAS
PEMBAHASAN
Pengertian Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam
Manajemen
Sebagaimana dicatat dalam Encyclopedia Americana manajemen merupakan “the art of coordinating the ele-ments of factors of production towards the achievement of the purposes of an organization”, yaitu suatu seni untuk mengkoordinir sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (www.bpkpenabur.or.id). Sumber daya organisasi tersebut meliputi manusia(men), bahan baku(ma-terials) dan mesin machines). Koordinasi dimaksudkan agar tujuan organisasi bisa dicapai dengan efisien sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak (stake-holders) yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Depdikbud, 1988).
Disisi lain manajemen sering dikatakan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang penegetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melaui cara-cara dengan mengatur orang lain menjaalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik (Fattah, 2003: 1).
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususunya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, sekolah islam, jalan menuju sekolah islam, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah islamuntuk pengajaran biologi, halaman sekolah islam, sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan (Mulyasa, 2007: 49)
Menurut (buku) pedoman penjaminan mutu akademik Universitas Indonesia, prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Sedangkan sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai maksud atau tujuan.
Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Dari beberapa uraian diatas, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.( bafadal,2003). Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah.
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu : mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti ; ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dll.
Tujuan Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam
Tujuan daripada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut :
1. Untuk mengupayakan pengadaan saraan dan prasarana sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasana yang baik, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien.
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap dperlukan oleh semua pihak sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah/ sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah islam. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar.
Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam
Dalam Mengelola Sarana dan prasarana sekolah, terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Prinsip-prinsip tersebut menurut Bafadal (2003) adalah :
1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.
2. Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus di lakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepda personel sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiapa personel sekolah.
5. Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.
Proses Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan, inventarisasi, serta penghapusan sarana dan prasarana pendidikan islam. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan keahlian di dalam mengelolanya. Dan tindakan prefentif yang tepat akan sangat berguna bagi instansi terkait.
Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam yang akan dibahas disini berkaitan erat dengan :
1. perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
2. pengadaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
3. inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan islam.
4. pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
5. pengahapusan sarana dan prasarana sekolah.
Perencanaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Islam
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam merupakan suatu proses analisis dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga muncullah istilah kebutuhan yang diperlukan (primer) dan kebutuhan yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik sarana dan prasarana yang dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya dan kendalanya (manfaat yang didapatkan), beserta harganya. Berkaiatan dengan ini Jones (1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogaramkan di sekolah menurut Sukarna (1987) adalah sebagai berikut :
1. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan oleh setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
2. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satau ajaran.
3. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang tersedia sebelumya.
4. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia. Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan denagn melihat urgensi setiap perlengkapan yang diperlukan. Semua perlengkapan yang urgen didaftar dan didahulukan pengadaannya.
5. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas.
6. Penetapan rencana pengadaan akhir.
Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah sebelumnya.
Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah :
1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan denagn cara lain.
2. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
3. meminta sumbangan dari wali murid atau mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.
4. pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain.
5. pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.
Memilih sarana dan prasana pendidikan islam bukanlah berupa resep yang lengkap dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu saja. Sarana pembelajaran hendakanya direncanakan, dipilih dan diadakan dengan teliti sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaannya berjalan dengan wajar. Untuk itu pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana pembelajaran dengan faktor-faktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang hendak dicapai, media apa yang tersedia, pendidik mana yang akan mempergunakannya, dan yang peserta didik mana yang di hadapi. Faktor lain yag hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan sarana pembelajaran adalah kesesuaian dengan ruang dan waktu.
Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-barang melik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan taau pedoman-pedoman yang berlaku. Hal ini sesuai dengan keputusan menteri keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara beruapa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang dibawah penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal (2003) meliputi :
1. Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan didalam buku penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
2. Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang.
3. Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris harus dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu, sekali dalam satu triwulan. Dalam satu tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada bulan juli, oktober, januari, dan april tahun berikutnya.
Pengawasan Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan denagn sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelakarandi sekolah.
Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh persnel sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap pakai ini akan sangat membantu terhadap kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua perlengkapan yang ada di sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan agar dapat diperdayakan dengan sebaik mungkin.
Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah jika ditinjau dari sifat maupun waktunya terdapat beberapa macam, yaitu : 1. ditinjau dari sifatnya, yaitu : pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan ringan dan perbaikan berat, 2. ditinjau dari waktu pemeliharaannya, yaitu : pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng, dan perabotan lainnya.
Penghapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga ( bisa juga milik negara) dari daftar inventaris dengan cara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu aktivitas dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan, penghapusan bertujuan untuk : 1. mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat pengeluaran dana untuk perbaikan yang perlengkapan yang rusak. 2. mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan yang tidak berguna lagi. 3. membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan. 4. meringankan beban inventaris.
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhadap perlengkapan sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang yang memenuhi syarat untuk dihapus adalah:
1. Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
2. Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
3. Barang-barang kuno yang penggunaannya sudah tidak efisien lagi.
4. Barang-barang yang terkena larangan.
5. Barang-barang yang mengalami penyusustan di luar kekuasaaan pengurus barang.
6. Barang-barang yang pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya.
7. Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi.
8. Barang-barang yang dicuri.
9. Barang-barang yang diselewengkan.
10. Barang-barang yang terbakar dan musnah akibat bencana alam.
Dalam penghapusan barang ini, kepala sekolah beserta stafnya hendaknya mengelompokkan dan mendata barang-barang yang akan dihapus, kemudian mengajukan usulan penghapusan beserta lampiran jenis barang yang akan dihapus ke Diknas/Depag. Setelah SK dari kantor pusat tentang penghapusan barang sesuai berita acara yang ada. Penghapusan barang ini dapat dilakukan dengan cara pemusnahan atau pelelangan.
Lain-Lain
Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah perusakan yang sering dilakukan leh siswa “gatal tangan”. Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa kurang aman, frustasi, balas dendam karena mersakan ketidak adilan, dan perkelahian antar kelompok. Upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1. Bangkitkan rasa bangga akan keindahan, keunikan sekolah. Ini harus dicontohkan oleh kepala sekolah, guru, dan aparat lainnya. Ajaran agama tentang kebersihan dapat membantu disini.
2. Siapkan bangunan dalam kondisi prima pada tahun ajaran baru. Itu dilakukan dalam liburan sekolah. Dinding dibersihkan, bangku dan lain-lain demikian juga. Anak-anak yang masuk pada hari-hari pertama tidak lagi melihat coret-coretan pada dinding atau pada bangkunya. Ini akan ada pengaruhnya.
3. Ketertiban di kelas harus terkendali. Hal-hal kecil jangan di biarkan. Kadang-kadang tanpa diketahui hal kecil itu berkembang menjadi persoalan besar.
4. Jangan mengatakan bahwa anak-anak itu nakal hanya karena membuat coretan pada dinding. Lebih bijak memanggilnya, dan guru menghapus coretan itu bersama anak itu tadi. Boleh dinasehati agar tidak membuat coretan lagi.
Dalam hal menggulangi kenakalan pelajaran, fungsi guru agama diperkirakan cukup besar. Kerja sama guru agama dengan seleruh aparat sekolah perlu dicatat.
Pemeliharaan sarana dan prasarana sebenarnya memerlukan dana yang cukup besar, ini tidak bisa dihindari. Tujuannya antara lain supaya sarana dan prasarana tidak cepat rusak, disebabkan pengaruhnya besar pada kesuksesan Pendidikan Islam.

MANAJEMEN HUMAS
Konflik Dalam Organisasi
Definisi konflik ialah l) pertentangan antara dua atau lebih terhadap suatu hal atau lebih dengan sesama anggota organisasi atau dengan organisasi lain, dan 2) pertentangan degan hati nurani sendiri.
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah:
Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
  1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
  2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).
Konflik bertujuan untuk mendapat dan memperkuat kekuasaan atauk keuntungan, baik pribadi rnaupun kelompok yang disebut politik belah bambu: l) meningkatkan kemesraan kelompok melalui solusi terbaik, dan 3) menimbulkan dinamika pencapaian yang lebih baik.
Persepsi Konflik
Persepsi manusia terhadap kontlik seperti yang ditunjukkan tabel berikut.
Tabel Persepsi Lama dan Baru terhadap Konflik.

No
Lama ( dampak Negatif)
Baru ( dampak Negatif)
1
Semua konflik berakibat negatif
Konflik bisa negative dan positif
2
Harus dihindari
Harus dikelola
3
Berdampak negatife terhadap organisasi (dysfunctional)
Berdampak positif terhadap organisasi (functional)
4
Menggangu norma yang sudah mapan
Memperbaharui norma yang sudah mapan
5
Menghambat efektifitas organisasi
Meningkatkan efektifitas organisasi
6
Menggangu hubungan kerjasama
Menambah intim hubungan kerjasama
7
Mengarah disintegrasi
Menuju intergrasi
8
Menghabiskan waktu dan tenaga
Mengema waktu dan tenaga
9
Stress, frustasi, tegang, kurang kosentrasi dan kurag puas.
Mampu menyeuaikan diri dan meningkatkan kepuasan
10
Tidak mampu mengambil tindakan
Mampu mengambil tindakan


Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik :
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.

2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.

3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict) Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.

4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.

5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.

6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).

Sumber-Sumber Konflik
Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)

Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:

1) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.

B. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Filley and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel pokok yaitu :
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2) Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
3) Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono, 1993, p.15).
Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2. Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
4. Kalah/menang. Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5. Pertarungan/penerbangan. Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.
7. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.

Dampak Konflik
Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif.
Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.
2. Dampak Negatif Konflik
Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab. Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.
Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus orang-orang di dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian. Jika tidak, maka seorang manajer akan terjebak pada hal-hal seperti:
1. Kehilangan karyawan yang berharga dan memiliki keahlian teknis. Dapat saja mereka mengundurkan diri. Manajer harus menugaskan mereka kembali, dan contoh yang paling buruk adalah karena mungkin Manajer harus memecat mereka.
2. Menahan atau mengubah informasi yang diperlukan rekan-rekan sekerja yang lurus hati agar tetap dapat mencapai prestasi.
3. Keputusan yang lebih buruk yang diambil oleh perseorangan atau tim karena mereka sibuk memusatkan perhatian pada orangnya, bukan pada masalahnya.
4. Kemungkinan sabotase terhadap pekerjaan atau peralatan. Seringkali dimaklumi sebagai faktor “kecelakaan” atau “lupa”. Namun, dapat membuat pengeluaran yang diakibatkan tak terhitung banyaknya.
5. Sabotase terhadap hubungan pribadi dan reputasi anggota tim melalui gosip dan kabar burung. Segera setelah orang tidak memusatkan perhatian pada tujuan perubahan, tetapi pada masalah emosi dan pribadi, maka perhatian mereka akan terus terpusatkan ke sana.
6. Menurunkan moral, semangat, dan motivasi kerja. Seorang karyawan yang jengkel dan merasa ada yang berbuat salah kepadanya tidak lama kemudian dapat meracuni seluruh anggota tim. Bila semangat sudah berkurang, manajer akan sulit sekali mengobarkannya kembali.
7. Masalah yang berkaitan dengan stres. Ada bermacam-macam, mulai dari efisiensi yang berkurang sampai kebiasaan membolos kerja. (Stevenin,2000 : 131-132).
Strategi Mengatasi Konflik
Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
Stevenin (1993 : 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah dalam masyarakat yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula sebaiknya.
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara paling baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang terbesar.

Menurut Wijono (1993 : 42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:
1. Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternative
6) Memilih alternative
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

2. Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:
1) Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)
Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.
Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:
a. Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.
2) Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3) Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.

Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik

3. Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.113-125), ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah:

1) Pendekatan Birokratis (Bureaucratic Approach)
Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secara vertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal model ini, manajer cenderung menggunakan struktur hirarki (hierarchical structure) dalam hubungannya secara otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan berupaya mengontrol segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya. Strategi untuk pemecahan masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan sebagai pengganti dari peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi bawahannya. Pendekatan birokratis (Bureaucratic Approach) dalam organisasi bertujuan mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara menggunakan hirarkistruktural (structural hierarchical).

2) Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention in Lateral Conflict)
Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif, biasanya manajer langsung melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.

3) Pendekatan Sistem (System Approach)
Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah kompetisi dan model pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kontrol, maka pendekatan sistem (system Approach) adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.
Pendekatan ini menekankan pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dengan produksi dalam suatu organisasi.

4) Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization)
Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk mengatasi konflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas (task interdependence) dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga fungsi organisasi menjadi kabur.

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI
A.        GELOMBANG INOVASI TEKNOLOGI
Teknologi informasi merupakan salah satu yang  mendorong keunggulan bersaing sebuah organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi sosial.Hal ini di yakini bahwa sebuah lembaga yang  dapat menguasai teknologi informasi maka lembaga tersebut akan memenangkan persaingan. Sebagai contoh dalam dunia bisnis perbankan saat ini, keunggulan maupun keberhasilan sebuah bank terutama perbankkan swasta banyak sekali didukung oleh tekhnologi informasi .
Didunia pendidikan ,banyak sekali lembaga pendidikan yan berhasil dalakan m  engembangkan tekhnologi informasi dalam mendukung proses pembelajarannya .Baik pendidikan tingkat dasar ,menengah maupun perguruan tinggi .
Lembaga tersebut di samping dapat mengembangkan jaringan dengan pihak-pihak terkait dengan departemen Pendidikan nasional  lembaga-lembaga di dalam maupun di luar negri sehingga dapat mengadopsi pola pembelajaran yang lebih mudah ,cepat,memiliki nilai tambah, serta inovatif dalam mencari formulasi baru untuk memberikan tambahan ilmu maupun ketrampilan bagi peserta didiknya .

MENYAMBUT TEKNOLOGI INFORMASI  DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan melihat TI sebagai alat yang sangat menarik untuk membuat operasional organisasi lebih menarik dan evisien.Tujuannya adalah menghapus posisi penyambung komunikasi dari dua  tempat yang berkepentingan . Oleh karena itu ,sebuah lembaga pendidikan  dapat melayani pelanggannya secara efisien .Biaya yang dikorbankan juga akan lebih rendah karena pengurangan tenaga kerja .Artinya TI merupakan salah satu fasilitas lembaga pendidikan yang lebih tepat dalam melayani pelanggan dan memuaskan pemilik lembaga pendidikan tersebut (sharehol holder).Jadi ,proses pembelajaran yang dilakukan melalui TI.hasilnya bisa dipastikan lebih unggul karena formulasi pola pembelajaran sudah dibuat lebih fleksibel sesuai dengan  data base atau kasus-kasus real,bahkan fenomena-fenomena yang terjadi di berbagai kota maupun berbagai negara .
Data atas fakta yang berasal daari himpunan informasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.data atau fakta yang dikumpulkan harus relevan dengan masalah yang akan ditangani.
2.Kuantitas data harus mencukupi dalam arti lengkap jenisnya dan mendetail.
3.Data atau fakta yang terkumpul hendaknya relatif baru.
4.Data atau fakta itu sesuai dengan tempat.
5.Tidak melanggar evesiensi kerja,sehingga evesiensi waktu,potensi dan dana dapat memadai.
            Selain kriteria diatas diharapkan informasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.Integratif,maksudnya mencerminkan informasi yang menyeluruh yang berkaitan dengan hal yang ditangani.
2.Untuk jangka waktu tertentu,maksudnya informasi yang digunakan  penerapanny a sesuai kebutuhan pada waktu tertentu belum tentu tepat untuk waktu yang lain,jadi yang masih baik dan relevan tetap digunakan dan sudah dianggap usang tidak digunakan.
3.Berorientasi kepada  masa yang akan datang,agar juga bermanfaat untuk jangka waktu jauh kedepan (relevan dengan input dan output).
MODEL PEMBELAJARAN DENGAN E-LEARNING
Proses pembelajaran e-learning adalah perpaduan antara metode tatap muka dengan metode one –line (via internet dan berbagai pengembangan teknologi lainnya ).Metode pembelajaran tradisional saat ini memerlukan sebuah perubahan dalam kaitannya dengan proses adaptif dan mempersiapkan para peserta didik agar menjadi knowledge workes ,dimana ilmu pengetahuan menjadi faktor yang sangingat penting .E-learning sebagai sebuah wacana baru dirasakan lebih sesuai untuk peserta didik .Proses pembelajaran secara online dapat diselenggarakan  dalam berbagai cara berikut.
1. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face meet)dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif komputer.
2 .Dengan metode campuran ,yakni secara umum sebagian besar proses pembelajaran dilakukan melalui komputer,namun tetapi juga memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutotial atau mendiskusikan bahan ajar.
3. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secara online ,metode ini sama sekali tidak ditemikan face to face meeting
            Metode yang dikembangkan melalui e-learning menekankan pada resource based learning,yang juga di kenal dengan learner –sentered learning .Dengan metode ini peserta didik mampu mendapatkan bahan ajar dari tempatnya masing-masing (melalui personal komputer/PC di rumah masing-masing atau di kantor).Keuntungan model pembelajaran ini dalah tingkat kemandirian peserta didikmenjadi lebih baik dan kemampuan teknik komunikasi mereka menunjukkan kemajuan yang menggembirakan .Dengan model ini,komunikasi antar peserta didik dengan para staf pengajar berlangsung secara berssamaan atau sendiri-sendiri melalui dukungan jaringan komputer.

D. SINERGI POSITIF DAN NEGATIF SISTEM INFORMASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN
            Sinergi negatif dan positif antara sisteminformasi dengan straregi lembaga pendidikan .Sistem informasi tidak mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan okeh pihak menejemen lembaga pendidikan dalam prises pembuatan keputusan karena tidak didukung oleh sistem informasi yang ada.Dalam konsep sistem informasi yang sudah dikenal sejak lama ,informasi sangat berperan dalam membuat keputusan,termasuk didalamnya keputusan strategi.Ketidakmampuan sistem informasi pendidika untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan akan membawa  dampak terhadap strategi lembaga pendilah lembaga sedikan .Daampak yang dihasilkan adalah setrategi lembaga pendidikan yang meragukan pengambilan keputusan karena disusun berdasarkan informasi yang terbatas dan inilah sinergi  negatif yabng dihasilkan.
Sedangkan sinergi positif adalah sinergi antar sistem informasi yang disajikan  dengan baikserta pemahaman strategi lembaga pendidikan yang memadai.Keduanya akan menyhasilkan sebuah strategi lembaga pendidikan yang baik yang bisa di pertanggung jawabkan .

E. PENDEKATAN HUMAN –CENTERED DALAM MENEJEMEN PENDIDIKAN .
            Munculnya berbagi konsep dan setrategi dalam lembaga pendidikan yang ada.Namun munculnya fenomena persaingan tersebut dipicu oleh cepatnya perkembangan dan perubahan teknologi informasi yazng semakin mutakhir.Dengan demikian ,teknologi informasi akan menjadi keharusan dalam mengelola sebuah lembaga pendidikan agar mampu mengembangkan pola pembelajaran yang lebih berkualitas dan memiliki nilai bagi pelanggannya .Akan tetapi,setrategi ini tidak selalu memberikan manfaat yangoptimal yang mengandung sejumlah resiko sehingga digunakan setrategi insourcing dalam pemanfaatan tekhnologi . Berkaitan dengan hal tersebut akan diuraikan mengenai :
            1. Teknologi Informasi dan keunggulan  kompetitif
Hubungan anrata teknologi informasi dan keunggulan  kompetiitf lembaga pendidikan adalah lembaga pendidikan perlu mengemnbangkan kapabilitas teknologi informasi secara efektif dengan biaya untuk infestasi teknologi informasi, menghasilkan sistem yang ytepat guna danmencapai tujuan pembelajaran denan implementasi teknologi informasii. Ada dua strstegi yang bisa dikombinasikan (a) mengonsentariskan sumberdaya untuk mencapai keunggulan memberikan  nilai yang unik bagi pelangg) Mencari sumber daya dari luar yang lebih strategis. Hal ini memungkinkanm lembag pendidikan tersebut mendap;at informasi mengenai kondisi internal lembaga pendidikan, posisi lembaga pendidikan dalam area persaingan, posisi lembaga pendidikan pesaing, dan perubahan lingkungan eksternal lembaga pendidikan dalam rangka menentukan strstegi berikutnya. Sebagai komponen sistem informasi, teknologi informasi telah memainkan peran dalam berbagai aspek, mulai dari pengembangan jasa pendidikan sampai kepada dukungan pelayanan kepada pelanggannya serta penyediaan alat untuk analisis proses pengambilan keputusan. Teknologi informasi merupakan pengendali munculnya berbagai tuntutan dan upaya untuk mengadakan perubahan, baik dalam struktur maupun proses organisasi lembaga pendidikan, misalnya reenginering, restructuring, reorganizationing redesiging serta perubahan-perubahan sisitem manual menjadi otomatisasi. Selain itu, ada beberapa manfaat dari penerapan teknologi informasi oleh sebuah lembaga termasuk lembaga pendidikan dalamrangka nencapai keunggulan kompetitif walaupun tidak semuamanfaat dapat dikuantisasikan secara finansuial. Harapan atas penguasaan  dan pengembangan kapabilitas tekhnologi informasi sebenarnya berkaitan dengan konsestensinga dalam penyediaan, pengindentifikasian dan kesempatn untuk meng implementasikanya dalam memenuhi kebutuhan serttegi yang lebih cepat llebih baik dan lebih murah dibandingkan pesaing.
2.Faktor Manusia dalam Menejemen informsi
Suatu lembaga penmdidikan dapat berhasil dalam kompetisi bukan karena hanya mengharapkan teknoilogi informasi tertentu, melainkan telah mengembangkan sautu kapabilitas tertentu untuk menerapkan teknologi informasi dalam menghadapi perubahan. Kapabilitas yang dimaksud adalah infestasi pada teknilogi informasi yang tidak terbatas pada nilai informasi tetapi menyanmgkut proses penguasaannya. Nilai daro kapbilitas infotrnasi teknologi lembaga pendidikan tergantung pada aset manusia, teknologi, damn hubungan (relationship) antara teknologi dengan menejemen lembaga pendidikan, sekaligus menunjukkan bahwa aset manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam penguasaan dan pengembangan informasi. Dengan demikian aset manusia secara bersama-sama denagn kedua aset lain dapat meningkatkan nilai lembaga pendidikan. Lembag pendidikan dengan aset manusia yang bernilai (valuable) mendidtrubusikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah menejemen kepada setiap anggota staf tehnologi informasi. Kareakteristik manusia yang berniali adalah staf yang secara konsisten memecahklan masalah menejemen dan menunjukkan kesempatan perbaikan (improfment) melalui teknologi informasi yang tersedia. Ddengan kombinasi pelatihan formal, pengalaman kerja, dan kepemimpinan yang terfokus, staf teknologi informasi dapat mengakumulasikan kompetensi dan pengetahuan teknologi menjadi relevan. Hubungan antara aset manusia sebagai lembaga pendidikan dengan aset teknologi dan aset relationship da;lam rangka meningkatkan nilai lembaga pendidikan sehingga mampu dan dapat memenangkan persaingan.
3.Human –centered aproaches vs macchine- centered approaches
Beberapa hal yang membedakan anatara humman centre dan machine cenetred dalam manajemen informasi adalah desain teknologi dan proses. Dalam machine centered teklnologi dan proses menyederhanakan apakah yang akan diproses mesin (komputer) dan manusia siharapkan menyesuaikan dengan kelemahan dan keterbatasan komputer. Adapun dalam human centered disain disebutkan bahwa ekologi dan proses didisain untuk membuat sistem kerja manusia menjadi lebih efektif dan memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi informasi bukan hal yang sangat pokok dalam penguasaan dan manajemen informasi karena sebagaimana asumsi yang adadan lebih krusial adalah human-centeret karena informasi lebih komplek,sangat luas dan tidak mungkin dapat dikendalikan secara komprehensif.

F. KEAMANAN SISTEM INFORMASI,MORAL,ETIKA DAN HUKUM               INFORMASI TEKNOLOGI
1. Keamanan Sistem Informasi
            Keamanan sistem informasoi menjadi bagian yang sangat penting untuk menjamin keutuhan dalam keutuhan data dan kualitas informasi yang akan dihasilkan.Beberapa prosedur dirumuskan untuk melindungi data dan informasi, baik dari faktor kesengajaan maupun masalah teknis dan etika yang  diperkirakan dapat merusak, menghilang,atau menghambaat distribusi data dan informasi tesebut.
Upaya yang dilakukan secara teknis untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menyusun visi bersama guna melindungi dan mengamankan data dan informasi .visi yang telah disusun dituangkan dalam bentuk prosedur menejemen kendali sehingga komponen dalan organisasi ikut terlibat dalam pengananan.Oleh karena itu, pengamanan terhadap data dan informasi bukan hanya tanggung jawab bagi sistem informasi  tetapi menjadi tanggung jawab seluruh komponen yang  terlibat dalam organisasi tersebut.menirut harigunarto dalam budi sutidjo (2002:191-210)
Terdapat tiga jenis pengendalian di atas dan informasi meliputi ;(1 )pengendalian sistem infirmasi,(2) pengendalian proseduran, (3) pengendalian fasilitas.etiga progendalian  tersebut jika dirumuskan dan di implementasikan dengan baik diyakini dapat memberikan pengamanan yang optimal terhadap data dan informasi yang tergantung dalam sistem informasi dan mampu menekan resiko terjadinya gangguan keamanan terhadap sistem informasi secara keseluruhan.
Pengendalian Sistem Informasi
Pengendalian ini merupakan cara dan upaya untuk meyakinkan bahwa keakuratan dan validitas kegiatan sistem informasi dapat dilaksanakan kapan dan dimana pun kegiatan itu dioperasikan. Pengendalian perlu diciptakan untuk melakukan kegiatan  input data ,kegiata pemrosesan,dan kegiatan penyimpanan data sehingga implementasi sistem dapat dilaksanakan dengan dengan baik dan aman pengendalian dalam hal ini direncanakan untuk memonotor dan menjaga kualitas,keamanan peralatan,input,proses output ,aktifitas penyimpanan, dan dan distribusi sistem informasi.

b.Pengendalian Prosedural
            untuk menjaga agar layanan aman, selain pengendalian sistem informasi, dibutuhkan pengendalian prosedural yang mengatur prosedur pengoperasian administrasi kepegawaian yang efektif dan efisien.Hal yang harus dirumuskan dalam menyusun pengendalian prosedural, antara lain:1.prosedur beckup data dan program yang disesuaikan dengan tingkat urgensinya.2.prosedur untuk memasuki lingkungan jaringan komputeryang ada di lingkungan organisasi  dan prosedur apabila akan keluar dan meninggalkannya.3. prosedur pembagian kerja antar a setaf pengelola teknologi informasi berdasarkan keahlian dan kemampuannya.
c.Pengendalian fasilitas dan usaha pengamanan
hal ini dilakikan untuk melindungi  fasilitas fisik sistem informasi yang berbasis teknologi informasi serta peralatan pendukungnya dari kerusakan dan pencurian.Upaya pengendalian fasilitas dapat dilakukan, antara lain melakukan kompresi agardapat menjaga tingkat kepadatan lalulintas data dalam jaringa,enskripsi,dan deskripsi untuk menjaga keamanan data dalam harddisk maupun yang sedang melintas dalam jaringan.

2.Moral,Etika danHukum Teknologi Informasi
Moral merupakan institusi sosial yang memiliki sejarah dan sederetan peraturan ketika semua individu harus bertanggung jawab terhadap tingkah laku masyarakt, moral tersebut mempelajari aturan-aturan tentang perilaku sejak seseorang masih kecil.Sedangkan etika merupakan serangkaian petunjuk yang harus diikuti,memiliki standar atau edialisme yang diterima oleh perorangan,akelompok,atau suatu komunitas teknologi informasi.etika digunakan untuk mengana lisis sifat dan dampak sosialekonomis yang di timbulkan dari penggunaan teknologi informasi dan usaha-usaha untuk menerima dan menghargai semua kegiatan yang mengarah mengarah pada pengoperasian dan peningkatan layanan teknologi informasi,serta upaya untuk menghindari atau mencegah hal-halyang mengancam, merusak dan mematikan kegiatan teknologi informasi secara langsung atau tidak langsung.
            Isu etika yang saling penting antara lain pelanggaran hak kekayaan intelektual,seperti penggunaan software bajakan,bom e-mail,hacker,cracker,privacy,kebebasan melakukan akses pornografi dan hukum teknologi informasi.Akhir-akhir ini banyak forum diskisi yang mendorong pembentukan hukum tehnologi informasi yang diharapkan akan menjadi fondasi untuk mengelola komunitas internet.
            Hambatan dalam menghadapi penerapan etika dan hukum pada teknologi informasi dan internet,antara lain pemahaman mengenai etika dan hukum pada masing-masing kelompok sosial yang berbeda, baik dinegara maju maupun negara yang berkembang .

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SISWA MELALUI KOPSIS SEKOLAH
Sebelum menjelaskan tentang pentingnya layanan pendidikan kewirausahaan bagi siswa melalui Kopsis sekolah, terlebih dahulu perlu diingat kembali beberapa konsep dasar tentang OSIS pada satuan pendidikan, antara lain: (a) OSIS adalah singkatan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Jadi, OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah dan kursus, di lingkungan pembinaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (SD, SMP, SMA/SMK dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah atau kursus yang lain (Departemen P dan K, 1985); (b) Pembina OSIS adalah Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan yang bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolah dan kursus tersebut; (c) Pemimpin siswa adalah pengusus OSIS yang dipilih oleh para siswa di sekolah dan kursus untuk jangka waktu tertentu dan mendapat pengesahan dari Kepala Sekolah yang bersangkutan; dan (d) Tujuan khusus dibentuknya OSIS adalah: Meningkatkan peran siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai wiyatamandala; Melatih siswa dalam berorganisasi dengan baik; Memantapkan kegiatan ekstra kurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum pada satuan pendidikan; Peningkatan apresiasi dan penghayatan seni budaya; Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945; Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan Meningkatkan kesehatan jasmani-rohani siswa (Departemen P dan K, 1985).
Pada Bab IV pasal 4 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0461/ U/ 1984 dirumuskan, bahwa materi pembinaan kesiswaan meliputi delapan aspek atau bidang, yang kemudian dalam tataran operasional diwujudkan dalam bentuk delapan Sekretaris Bidang (Sekbid), yaitu: (a) Sekbid ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (b) Sekbid kehidupan berbangsa dan bernegara; (c) Sekbid pendidikan pendahuluan bela negara; (d) Sekbid kepribadian dan budi pekerti luhur; (e) Sekbid berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan; (f) Sekbid ketrampilan dan kewirausahaan; (g) Sekbid kesegaran jasamani dan daya kreasi; dan (h) Sekbid persepsi, apresiasi dan kreasi seni (Departemen P dan K, 1985). Berdasarkan konsep-konsep dasar tentang OSIS dan materi pembinaan kesiswaan tersebut, maka proses pembinaan yang bisa dilakukan oleh Kepala sekolah dan Guru terhadap siswa dalam wadah OSIS adalah menyangkut ‘delapan bidang’ tersebut secara integral.
Hanya karena keterbatasan ruang dan waktu (space and time), maka makalah atau kajian ini lebih menekankan pada aspek kewirausahaan yang terimplementasikan pada pengembangan Koperasi siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan. Diantara fungsi keberadaan Kopsis di setiap satuan pendidikan bagi siswa antara lain: (a) melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan sesuai dengan tingkat minat dan potensi yang dimiliki siswa; dan (b) melatih dan mendidik siswa dalam memanajemen Kopsis, khususnya dalam memberikan layanan terbaik terhadap beragam kebutuhan siswa berkaitan dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, hakikat Kopsis di sekolah bukan hanya semata-mata menyediakan berbagai sarana dan kebutuhan material yang diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, tetapi juga harus mampu ‘melatih dan mendidik siswa dalam mengembangkan potensi kewirausahaan’, yang sangat dibutuhkan siswa dalam proses hidupnya kedepan. Urgensi pengembangan potensi wirausaha siswa inilah yang menjadi fokus kajian dalam makalah ini.
Agar keberadaan Koperasi Siswa (Kopsis) di setiap satuan pendidikan mempunyai peran penting dalam proses pendidikan kewirausahaan siswa, maka pengelolaan atau manajemen Kopsis sekolah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan betul-betul berperan sebagai tempat praktik dan latihan bagi siswa dalam membangun dan mengembangkan sikap mental kewirausahaannya. Paling tidak ada tujuh konsep penting yang perlu diperhatikan oleh pembina OSIS dalam proses membimbing atau melatih siswa untuk mengembangkan potensi kewirausahaan di lingkungan sekolah, antara lain: Pertama, pada hakikatnya peranan sekolah dalam membangun sikap mental berwirausaha siswa adalah sangat sentral. Diantara sikap mental manusia atau peserta didik untuk sanggup berwirausaha adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki moral atau motivasi tinggi untuk berprestasi dan berkarya sepanjang usia hidupnya (need for achievement); (b) memiliki sikap mental untuk berwirausaha, yang diawali dengan hal-hal yang kecil namun dengan perencanaan yang baik; (c) memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan; dan (d) memiliki ketrampilan atau kecapakan untuk berwirausaha. Kekuatan untuk membangun keempat aspek tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pembelajaran budaya yang telah berlangsung dalam lingkungan keluarga siswa.
Peranan sekolah tersebut dalam realitasnya masih belum terberdayakan secara maksimal, diantara faktor penyebabnya adalah masih ada beberapa kelemahan yang dapat dijumpai dalam pelaksanaan layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan, yaitu: (1) kelemahan pada aspek proses pembelajaran di kelas, antara lain: (a) aktivitas belajar siswa di sekolah masih kurang maksimal dalam memberdayakan potensi dirinya; (b) proses layanan pembelajaran di kelas belum secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa secara beragam; (c) masih banyak terjadi proses pembelajaran yang bersifat guru sentris; (2) kelemahan pada aspek pengorganisasian pengalaman belajar siswa, yaitu dengan sistem pembelajaran secara klasikal cenderung guru mengalami kesulitan dalam pemberian kayanan pendidikan kepada siswa sesuai dengan minat dan kemampuan serta bakat masing-masing siswa secara maksimal; dan (3) kelemahan dari pada aspek pengembangan kurikulum, artinya pada kurikulum sekarang ini (berbasis kompetensi dan KTSP), aspek kewirausahaan siswa belum diintrodosir dan dikembangkan secara maksimal di setiap satuan pendidikan secara intergal dan berjenjang; dan (3) kelemahan pada aspek sarana dan prasarana yang ada di sekolah yang masih terbatas.
Kedua, strategi pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa harus dilakukan secara bertahap melalui usaha-usaha sebagai berikut: (1) penyebarluasan konsep pembinaan kewirausahaan bagi siswa di setiap satuan pendidikan; (2) melaksanakan dan mengembangkan program pembinaan kewirausahaan; (3) pendayagunaan tenaga pembina kewirausahaan yang meliputi tenaga-tenaga yang ada di sekolah atau di luar sekolah; (4) melaksanakan penataran guru dan tenaga pembina kewirausahaan sampai mencapai suatu jumlah dan mutu yang memadai; dan (5) mengembangkan program lembaga pendidikan tenaga kependidikan dengan paket kewirausahaan siswa. Sedangkan pengadaan sarana penunjang pengembangan dan pembinaan kewirausahaan siswa di sekolah adalah: (a) ruang ketrampilan; (b) koperasi siswa/ sekolah; (c) kebun sekolah; (d) ruang kesenian; (e) ruang perpustakaan; dan (f) laboratorium (Departemen P dan K, 1985) Ketiga, strategi mempersiapkan siswa mempunyai sikap mental berwirausaha melalui proses pembelajaran di kelas, antara lain: (1) pembenahan pada proses pembelajaran yang mengunakan pendekatan atau model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan inovatif. Untuk bisa menunjang proses pembelajaran tersebut, beberapa yang perlu dibenahi adalah: (a) meningkatkan kompetensi guru dan mentalitas inovatif guru; (b) pembenahan sistem pembelajaran yang didesain dalam bentuk ’siswa aktif, kreatif dan inovatif’; (c) pembenahan dalam sarana pembelajaran di kelas yang berbasis teknologi yang menunjang pembentukan mentalitas kewirausahaan; (d) menanamkan konsep pada siswa tentang ’siswa berprestasi’ adalah siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar dan mempunyai kualitas pada aspek: moral, sikap mental inovatif, kepekaan sosial, ketrampilan berwirausaha, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan problem; (2) melakukan berbagai jenis kegiatan di sekolah yang mengarah pada pembinaan kewirausahaan siswa.
Ada beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh pembina OSIS atau guru dalam rangka mencapai tujuan pembinaan kewirausahaan siswa sebagai berikut:
1. Dalam rangka membangkitkan dan menumbuhkan minat siswa terhadap kegiatan kewirausahaan antara lain: (a) penulisan cerita tentang tokoh wirausaha yang berhasil; (b) lomba baca dan tulis puisi tentang semangat kewirausahaan; (c) fragmen dan wawancara tentang kewirausahaan melalui televisi, radio dan pementasan; (d) kunjungan ke tempat-tempat perusahaan atau industri; dan (e) ceramah dan diskusi tokoh wirausaha yang berhasil di sekolah.
2. Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan ketrampilan ber wirausaha antara lain: (a) praktik ketrampilan seni menjual, berkebun, berternak, jahit menjahit, masak memasak, dekorasi, pertanaman, servis dsb; (b) koperasi siswa (kopsis); (c) bursa atau pameran buku; (d) melaksanakan berbagai lomba karya siswa.
3. Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan sikap mental berwirausaha, antara lain: (a) alat-alat pelajaran berupa buku, audio visual, komputer, internet dan alat ketrampilan lainnya; (b) praktek kerja nyata; (c) tabungan siswa untuk kepentingan pembelajaran berwirausaha; (d) melalui media siswa (warta siswa) dikomunikasikan gemar berwirausaha; (e) kemah dan bakti sosial.
4. Dalam rangka mengembangkan daya pikir dan bertindak kreatif dan produktif, antara lain: (a) lomba karya tulis siswa tentang kewirausahaan; (b) lomba cipta alat produksi; (c) penulisan buku-buku rujukan tentang kewirausahaan; (d) penataran tenaga instruktur kewirausahaan; (e) diadakan forum wirausaha dari siswa dan untuk siswa; (f) menyusun perencanaan melalui pembuatan proyek proposal kegiatan siswa; dan (g) melaksanakan studi kelayakan, survei dan penelitian tentang kewirausahaan.
Keempat, pembenahan pada kurikulum pendidikan formal, artinya kurikulum pendidikan di setiap satuan pendidikan harus memasukkan unsur pendidikan wirausaha pada siswa dengan baik. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam mengembakan kurikulum wirausaha antara lain:
(a) mengembangkan satu bidang studi tentang wirausaha. Hal ini dapat dilakukan dengan cara; Tidak terlalu banyak merubah sistem pengajaran yang telah berjalan; Disajikan mengikuti pola pengajaran bidang studi yang ada; Isi dan ruang lingkup kajian (materi pembelajaran) disusun sedemikian rupa sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik;
(b) penyiapan kurikulum kewirausahaan ke dalam bentuk aktivitas pembelajaran secara periodik.
Contoh isi pengembangan kuirikulum kewirausahaan di setiap jenjan pendidikan:
(1) jenjang pendidikan TK dan sekolah dasar, isi kurikulumnya menyangkut:
(a) cerita kewirausahaan di kalangan hewan,
(b) cerita perjalanan petualangan penemuan hal-hal yang baru, (c) cerita dan nyanyian kewirausahaan, dan gambar atau framen tentang kewirausahaan;
(2) jenjang pendidikan sekolah menengah, isi kurikulum kewirausahaan menyangkut:
(a) aspek keimanan, jiwa dan semangat untuk berkarya atau berjuang demi mengharap ridha Tuhan, bukan mengharap keridhaan dari sesamanya;
(b) sikap mental dan kebiasaaan sehari-hari untuk berkarya, misalnya: sikap mental selalu tidak pus (ingin maju), ulet dan tekun; pandai bergaul atau menjalin komunikasi dengan sesamanya, menghargai waktu, empati, menghormati harkat dan martabat orang lain, menjunjung tinggi kejujuran, menolak pemberian tanpa suatu karya dsb.;
(c) daya pikir kreatif, misalnya : melatih belajar mandiri, membuat buku catatan harian,
(d) membangun skap mental keutamaan hasil karya melalui kerjasama;
(e) sikap mental untuk menggerakkan diri, yang meliputi: Kegairahan dalam hidup, kesediaan untuk berusaha mencapai keberhasilan, pikiran kreatif, melakukan sesuatu karya dengan hati nurani; Mampu mengenal dan mehami keberagaman hidup; risiko dan persaingan;
(f) mengenal risiko, misalnya risiko konflik, risiko inisiatif;
(g) kemampuan meyakinkan, misalnya: keyakinan diri kuat akan keberhasilan usahanya, mengenal barang dan jasa sendiri, salesmanship, mengenal pasar dan calon pembeli;
(h) mengenal dasar-dasar manajemen, misalnya mengenal untung-rugi, peningkatan biaya, anggaran dan rencana, mencari kawan berniaga, pembentukan modal dan berhemat; (i) ketrampilan dalam berwirausaha, misalnya pembukuan, penguasaan bahasa asing, siap mencoba berusaha di berbagai bidang, pengetahuan tentang hukum, asuransi, perbankkan dsb.
Kelima, diantara pendidikan watak kewirausahaan yang harus dibangun pada diri setiap siswa oleh guru, baik pada kegiatan proses pembelajaran maupun dalam wadah pembinaan dan pengembangan Koperasi siswa adalah:
(a) mentalitas yang berorientasi ke masa depan, dan berpandangan positif serta kreatif;
(b) ulet, tekun, tidak mudah putus asa dan pandai bergaul;
(c) sangat menghargai waktu dan selalu siap berkompetisi secara sehat;
(d) menjunjung tinggi sikap memberi daripada meminta dan berkepribadian menyenangkan (familier);
(e) selalu siap bekerja keras dari jenis pekerjaan yang rendah, dan mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumerisme;
(f) tidak gila pangkat, gelar, kekuasaan dan selalu menerima hasil usaha sendiri. Diantara jiwa wirausaha yang harus dibangun pada diri setiap siswa adalah: (a) beriman pada Tuhan dan berbuat baik dengan sesama; (b) tidak suka tergantung pada orang lain, dan mempunyai rasa tanggung jawab pribadi, (c) berdisiplin nurani, dan berani mengambil resiko dari pilihan yang dianggap baik, (d) bertekad untuk memajukan lingkungannya dan menjunjung tinggi rasa keadilan serta berani menyebarluaskan hal-hal yang baik untuk kepentingan umum.
Diantara daya pikir ketrampilan kewirausahaan, baik melalui proses pembelajaran di kelas maupun praktek Kopsis yang harus dibangun pada diri setiap siswa adalah: (a) mampu menyusun perencanaan seopreasional mungkin, dan suka menjalin interaksi dalam bentuk kerjasama, (b) selalu termotivasi untuk berprestai dan selalu suka belajar baik pada pengetahuan terbaru maupun terhadap pengalaman masa lalu (gagal atau berhasil), (c) aktif dalam pengembangan penambahan pengetahuan dan ketramilan baru dan suka mendengar nasehat atau pendapat orang lain, (d) memperhatikan efisiensi dan efektifitas karya dan berpikiran terbuka serta bertanggung jawab.
Keenam, langkah penunjang dalam pengembangan pendidikan wirausaha siswa di sekolah adalah:
(a) memerkokoh institusi pendidikan yang melaksanakan program kewirausahaan, melalui Kopsis sekolah sebanyak-banyaknya;
(b) dibentuk suatu lembaga koordinasi pembinaan dan pengembangan sekolah yang melaksanakan program kewirausahaan;
(c) diadakan proyek-proyek eksperimen terpadu antar sekolah dalam meningkatkan budaya wirausaha;
(d) penyediaan dan pengembangan pelayanan dan fasilitas studi bagi para siswa yang melaksanakan program kewirausahaan pada lapangan usaha dan industri di masyarakat dan pemerintah; dan
(e) pemerintah mendirikan pusat-puat pengembangan pendidikan dan pengembangan usaha dan industri yang dapat bersinergis dengan institusi-institusi pendidikan penyelenggara program kewirausahaan. Pola pendidikan kewirausahaan di pendidikan formal harus terjalin sinergis dengan pola pendidikan wirausaha di lembaga non formal (masyarakat) Misalnya setiap unit aktifitas ekonomi masyarakat mengadakan kelompok-kelompok kerja sesuai dengan bidangnya. Bidang-bdang kewirausahaan yang bisa dilakukan antara lain: (a) kewirausahaan dalam bidang usaha ekonomi; (b) kewirausahaan dalam bidang karir dan jabatan; (c) kewirausahaan dalam bidang pendidikan.
Ketujuh, sistem pengorganisasian dan evaluasi pendidikan kewirausahaan siswa di sekolah, baik melalui proses pembelajaran maupun praktik Kopsis antara lain: (a) bahwa pengorgianisasian pelaksanaan kegiatan kewirausahaan sekolah adalah melalui OSIS pada sekretaris bidang (sekbid) kewirausahaan yang diwujudkan dalam bentuk aktifitas koperasi siswa; (b) dalam berbagai kegiatan yang bersifat khusus kepala sekolah dapat mementuk panitia penyelenggara kegiatan wirausaha; (c) dalam rangka kegiatan kewirausahaan antar sekolah atau antar instansi perlu dibentuk panitia bersama; (d) kepala sekolah dalam menjalin kerjasama lintas sektoral untuk kegiatan kewirausahaan, perlu menjalin kerjasama dengan orang tua wali dan tokoh masyarakat (komite sekolah); dan (e) pembinaan kewirausahaan dilakukan secara bertahap. Sedangkan proses evaluasi terhadap proses pendidikan kewirausahaan baik melalui proses pembelajaran maupun praktik Kopsis adalah: (a) evaluasi kinerja dilakukan setiap akhir semester; (b) proses evalusianya dapat menyangkut aspek perencanaan dan pelaksanaan; dan (c) agar diperoleh hasil evaluasi yang akurat diperlukan format atau instrument yang jelas sesuai dengan jenis kegiatan kewirausahaan sekolah.

PEMASARAN PENDIDIKAN
 Istilah 'pemasaran madrasah' mungkin terasa asing di telinga para pengelola madrasah karena dalam istilah itu terkesan adanya anggapan bahwa madrasah adalah usaha bisnis dagang.  Kesan ini tentu saja bertentangan dengan 'pernyataan' para pengelola kebanyakan madrasah (dan anggapan masyarakat pada umumnya) bahwa madrasah adalah suatu usaha amal sosial.  Tetapi, sebenarnya sudah banyak istilah dan konsep bisnis yang telah masuk dan diterapkan ke dunia pendidikan (seperti, misalnya, 'manajemen', 'supervisi', cost-benefit analysis, dlsb.). 
Pendidikan Sebagai Usaha Penawaran Jasa
Dalam buku-buku pengantar teori ekonomi sering disebutkan bahwa ada dua hal yang diperjua-belikan: barang dan jasa (goods and services).  Usaha pendidikan yang dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai usaha penawaran (penjualan) jasa (service industry) seperti halnya usaha pelayanan telepon, hotel, pariwisata, pelayanan dokter, rumah sakit, bank, dsb.  Ciri khas jasa yang diperjual-belikan, antara lain, adalah jasa tidak berujud, tidak tahan lama (tidak dapat disimpan).  Dalam hal usaha pendidikan, yang diperjual-belikan adalah jasa layanan pendidikan.
 Ini mungkin kedengarannya menyakitkan telinga, tetapi semua unsur usaha bisnis (dagang) ada di situ.  Usaha pendidikan juga memerlukan modal awal (tanah, sumber daya manusia, uang untuk dana operasional).  Modal itu kemudian diramu dan dikelala (manajemen) sehingga menjadi produk yang siap untuk ditawarkan kepada konsumen, yaitu layanan pendidikan tingkat SD, SLTP, SLTA, atau kursus bahasa Inggris.  Konsumennya adalah masyarakat yang menggunakan jasa layanan pendidikan itu (siswa atau orang tuanya).  Untuk itu mereka harus mengeluarkan uang (uang gedung atau SPP).  Agar calon konsumen itu mau menggunakan jasa layanan pendidikan kita, mereka perlu dibangkitkan minatnya terhadap jasa yang kita tawarkan.
Yang mungkin agak menyejukkan adalah bahwa, walaupun sama-sama usaha bisnis, usaha pendidikan berbeda dari usaha dagang biasa.  Perbedaannya terletak pada orientasinya.  Usaha dagang biasa lebih berorientasi pada keuntungan (laba atau profit) sedang usaha pendidikan tidak.  Oleh karena itu, di beberapa negara, usaha pendidikan (dan usaha sosial lainnya) dimasukkan ke dalam kategori lembaga usaha yang tak berorientasi pada keuntungan (non-profit organization), walaupun ada juga lembaga pendidikan yang, secara sadar atau tidak, lebih berorientasi pada keuntungan daripada layanan masyarakat (public service).
 Makalah ini ingin mengajak peserta seminar ini untuk melihat madrasah dari perspektif yang berbeda dari perspektif yang selama ini umumnya kita gunakan.  Tujuannya adalah melihat kemungkinan alternatif pemecahan dari persoalan yang selama ini dihadapi oleh kebanyakan madrasah.  Mungkin dari sudut pandang yang lain itu akan tampak kemungkinan alternatif pemecahan yang dari sudut pandang biasa tidak kelihatan.
Dana Sebagai Kendala Utama Perkembangan Suatu Madrasah
Persoalan yang dihadapi oleh madrasah sebenarnya banyak, tergantung dari keadaan madrasah itu sendiri.  Umumnya, yang dikeluhkan adalah kalahnya madrasah dalam bersaing dengan sekolah umum untuk memperebutkan calon siswa berprestasi.  Siswa berprestasi umumnya lebih memilih sekolah umum daripada madrasah karena mereka beranggapan bahwa sekolah umum lebih menjanjikan harapan bahwa prestasi mereka akan lebih baik di sana.  Madrasah dianggap kalah mutunya jika dibandingkan dengan sekolah umum.  Siswa madrasah juga sering merasa rendah diri jika berhadapan dengan siswa sekolah umum yang setara dengan sekolahnya.
 Kambing hitam untuk kurang-mutunya madrasah ini bermacam-macam namun ujung-ujungnya adalah 'duit' (dana).  Kurangnya dana dianggap menyebabkan madrasah tidak dapat memberikan fasilitas yang lebih baik, mengirim guru ke penataran PBM, memberi gaji yang lebih baik kepada guru, dsb.  Penyebab kurangnya dana operasional ini, terutama di madrasah swasta, antara lain, disebutkan, karena sumber utama dana mereka, yaitu orang tua, berasal dari golongan ekonomi lemah.  Sementara itu, sumber dana insidentil yang diharapkan datang dari anggota masyarakat juga tidak lancar.
Dus, kunci utama untuk memantapkan kelancaran dana operasional ini adalah apabila kita dapat menarik minat masyarakat golongan menengah untuk bersekolah atau menyekolahkan anaknya ke madrasah kita.  Susahnya, masyarakat golongan menengah ke atas ini, karena kemampuannya untuk membayar lebih, biasanya mempunyai selera tinggi.  Mereka hanya mau bersekolah (menyekolahkan anaknya) ke sekolah yang lebih bermutu atau lebih bergengsi.  Madrasah, yang sering dianggap kalah mutu atau kalah gengsi dengan sekolah umum, sering tidak dipandang sebelah mata.  Di sinilah, saya kira, perlunya madrasah menetapkan strategi pemasaran untuk menarik minat calon konsumen yang diharapkan itu.
Fungsi Pemasaran Dalam Pendidikan
Fungsi pemasaran (marketing) dalam dunia pendidikan adalah untuk  menciptakan citra baik terhadap madrasah sebagai lembaga pendidikan.  Tujuannya adalah menarik minat anggota masyarakat untuk menggunakan jasa layanan pendidikan yang diberikan oleh madrasah itu.  Cara untuk menciptakan citra ini bermacam-macam, tergantung pada anggota masyarakat yang dituju.  Apabila calon konsumen yang kita tuju adalah masyarakat golongan ekonomi lemah, maka kita harus menciptakan citra bahwa madrasah kita itu tidak mahal.  Apabila calon konsumen yang dituju adalah golongan ekonomi menengah ke atas yang berani membayar lebih untuk kualitas layanan yang lebih baik, maka citra yang harus kita ciptakan adalah bahwa madrasah kita memberikan layanan yang lebih bagus daripada sekolah lain, walaupun untuk itu mereka harus membayar lebih mahal sedikit.  Penetapan danem agak tinggi juga sering dimaksudkan untuk menciptakan citra bahwa madrasah yang bersangkutan bersikap selektif dan lebih mementingkan prestasi daripada kemampuan membayar.
Untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat itu fihak madrasah perlu melakukan semacam riset pemasaran.  Riset pemasaran adalah suatu riset yang ditujukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan oleh pimpinan untuk merumuskan kebijakan pemasaran dan rencana usaha (Converse, Huegy, and Mitchell, 1958).  Dalam hal madrasah ini, riset pemasaran itu dapat dilakukan, pertama, dengan menetapkan siapa yang menjadi sasaran pemasaran (calon konsumennya).  Kemudian kelompok konsumen yang dituju itu diteliti mengenai aspirasi pendidikannya, kemampuan membayar layanan pendidikan yang diinginkan, dsb.  Tergantung situasinya, ini dapat dilakukan secara formal dan memakan dana yang cukup besar atau secara informal dengan dana yang sedikit.
Dengan mengetahui apa yang diinginkan masyarakat sasaran dalam hal pendidikan serta berapa kemampuan membayar mereka untuk pendidikan itu, maka pimpinan madrasah (yayasan) dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat guna menarik minat mereka.
Daya tarik madrasah yang terutama, menurut saya, adalah pendidikan keagamaan.  Karena tertarik akan pendidikan keagamaan inilah, menurut saya, banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke madrasah, walaupun mereka tahu bahwa mutu pendidikan umumnya kalah dengan pendidikan umum yang diberikan di sekolah umum.  Biasanya, orang tua seperti ini berasal dari kalangan santri tradisional, yang lebih mementingkan pengetahuan agama daripada pengetahuan umum.  Namun, perkembangan zaman yang semakin didominasi oleh kebutuhan ekonomi konsumtif telah membuat orang tua semacam ini menjadi sangat kurang.  Bahkan, anak kiai pun kini lebih banyak yang bersekolah di sekolah umum daripada di madrasah (Mungkin karena mereka beranggapan bahwa anak mereka sudah mendapat pendidikan agama di rumah sehingga mereka cukup mencari pengetahuan umum saja di sekolah).  Dari segi teori ekonomi, inilah keunggulan komparatif madrasah atas sekolah umum dan tampaknya sekolah umum tidak ingin menyaingi madrasah dalam hal ini.  Madrasah perlu mempertahankan keunggulan komparatif ini dengan memberikan mutu layanan pendidikan keagamaan yang baik.
Namun, seperti telah dikemukakan di atas, penddidikan agama saja kini mulai dikalahkan oleh keinginan mendapatkan pendidikan umum yang bermutu.  Oleh karena itu, kalau madrasah ingin menarik minat kelompok masyarakat ini, maka ia pun harus dapat menawarkan kualitas pendidikan umum yang bersaing.  Kurikulum '94 yang menetapkan bahwa kurikulum mata pelajaran umum di madrasah kini seratus persen sama (dalam materi dan jumlah jam) dengan kurikulum sekolah umum mungkin dapat mengejar ketertinggalan madrasah dalam mutu pelajaran umum dari sekolah umum.
Peningkatan mutu pelajaran umum di madrasah ini makin penting mengingat siswa yang masuk ke madrasah itu dapat dianggap sebagai asset ummat. Mereka yang masuk ke madrasah dapat dianggap sebagai memiliki motivasi keagamaan yang kuat. Kalau orang seperti ini menjadi pemimpin bangsa kelak pasti masa depan negara ini akan makin baik.  Akan sayang sekali kalau anak-anak seperti itu, setelah dewasa, tidak bisa menjadi pemimpin bangsa karena kualitas pendidikan umumnya kalah bersaing dengan mereka yang belajar di sekolah umum.
Beberapa Variabel Yang Menimbulkan Citra
Berikut ini adalah beberapa variabel yang mempunyai peranan dalam menimbulkan citra yang baik bagi madrasah:
Gedung.  Gedung yang rapi, indah, dan memiliki fasilitas belajar yang memadai menimbulkan kesan bahwa madrasah yang bersangkutan adalah bonafid dan menjanjikan layanan pendidikan yang bermutu.  Sebaliknya, gedung yang kurang terawat akan memberikan citra madrasah yang kurang terurus, tidak meyakinkan.
Guru.  Guru yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan sesuai dengan bidang yang diajarkan akan memberikan kesan bahwa mutu layanan pendidikan di madrasah tersebut bagus.  Sebaliknya, guru-guru yang kebanyakan bukan lulusan perguruan tinggi atau yang ijazah pendidikannya kurang sesuai dengan bidang yang diajarkan akan memberikan kesan 'guru cakupan' di madrasah tersebut.
Prestasi siswa dalam Ebtanas.  Adanya beberapa siswa yang berprestasi bagus dalam Ebtanas akan mengangkat citra madrasah yang bersangkutan sebagai lembaga pendidikan yang bermutu.  Citra itu akan lebih baik lagi kalau prestasi siswa itu dicapai dalam mata pelajaran umum, bukan pada mata pelajaran agama yang memang merupakan spesialisasi madrasah.
Kegiatan Olah Raga dan Kesenian.  Adanya prestasi madrasah di bidang olah raga (misalnya pernah menjuarai kejuaraan tingkat kecamatan, kabupaten/kotamadya, atau propinsi), sedikit banyak, akan meningkatkan perhatian dan minat masyarakat terhadap madrasah tersebut.
Mutu Pendidikan Keagamaan.  Walaupun ini sudah menjadi spesialisasi madrasah sehingga kalau madrasah unggul di bidang ini sudah tidak lagi menjadi sesuatu hal yang luar biasa, kemenonjolan di bidang ini tetap merupakan daya tarik utama bagi masyarakat untuk memilih madrasah tersebut sebagai tempat pendidikannya (untuk anaknya).
Perlunya Komunikasi Dengan Masyarakat
Setelah berbagai usaha untuk meningkatkan citra madrasah itu diupayakan, usaha-usaha tersebut perlu dikomunikasikan kepada masyarakat, terutama kelompok yang menjadi sasaran pemasaran.  Banyak madrasah yang walau sudah berusaha meningkatkan fasilitas, kualitas guru, efektivitas kurikulum, serta mutu pendidikannya secara umum, tetap kurang dapat menarik minat masyarakat karena masyarakat tersebut tidak diberi tahu tentang usaha-usaha yang telah dilakukan oleh madrasah tersebut beserta hasil-hasil yang dicapai oleh usaha tersebut.  'Tak kenal maka tak sayang', kata pepatah.
Usaha untuk mengkomunikasikan usaha peningkatan mutu dan keberhasilan madrasah di bidang pendidikan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara.  Untuk masyarakat sasaran tingkat lokal, itu dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan masyarakat setempat tertarik untuk datang ke madrasah tersebut.  Pameran, kegiatan olah raga dan kesenian yang melibatkan masyarakat setempat, kunjungan orang tua dan calon siswa ke sekolah (open day), keikut sertaan dalam pawai dan karnaval di kota sendiri, semuanya merupakan sarana untuk memperkenalkan madrasah itu ke masyarakat dan mengkomunikasikan prestasi madrasah.  Untuk masyarakat sasaran yang lebih jauh tempatnya, komunikasi ini dapat dilakukan lewat brosur, tanggalan, cinderamata, majalah siswa madrasah, newsletter, atau surat kabar umum (lewat pemuatan berita kegiatan madrasah).
Penyebaran informasi tentang prestasi madrasah secara luas ini juga penting bila madrasah yang bersangkutan ingin menarik minat calon penyumbang dana bagi pengembangan madrasah tersebut.  Lembaga pendidikan Islam mempunyai peluang lebih banyak dibanding lembaga pendidikan dari agama lain untuk mendapatkan sumbangan dari pemeluk agamanya karena adanya konsep 'amal jariyah' yang tak akan putus sampai hari kiamat dalam ajaran agama Islam.  Konsep ini telah menggerakkan hati banyak orang Islam untuk memberikan sumbangan kepada pembangunan gedung sekolah, rumah yatim, ataupun masjid.  Orang-orang Muslim yang berharta itu perlu didekati dengan tepat agar mereka tertarik untuk menyumbangkan uangnya guna kepentingan madrasah kita.  Permintaan sumbangan yang berhasil adalah permintaan sumbangan yang dapat membuat orang yang bersangkutan tidak merasa berat melepaskan uangnya (karena jumlahnya relatif kecil menurut ukuran penghasilannya), dapat melihat keuntungan yang akan diperolehnya (baik di akhirat ataupun di dunia ini), dan tahu bagaimana uangnya itu digunakan.  Penempelan nama penyumbang pada buku sumbangan, pada barang atau gedung yang disumbangkan, akan merupakan daya tarik tersendiri bagi penyumbang.



[1] Sulistitorini. Manajemen Pendidikan Islam. Hlm.30-31
[2] Sulistiyorini. Manajemen pendidikan islam. Hlm35-38
[3] Suharsimi, Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Hlm

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............