BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari komunikasi. Entah komunikasi verbal maupun non verbal. Dalam segala bidang, tak terkecuali pendidikan, komunikasi menjadi salah satu hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan, baik itu berupa ilmu pengetahuan maupun teknologi. Berhasiltidaknya informasi yang disampaikan kepada para peserta didik sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi. Untuk menciptakan proses komunikasi yang efektif, pendidik harus memahami seluk beluk komunikasi pendidikan, antara lain mengenai metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan, strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan, serta yang tak kalah pentingnya adalah mengenai hambatan yang seringkali muncul dalam komunikasi pendidikan.
Tidak cukup hanya mengetahui dan memahami hal-hal tersebut, pendidik juga harus mampu menerapkan metode komunikasi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran dan strategi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan. Selain itu, pendidik juga harus mampu mengantisipasi dan mengatasi hambatan komunikasi, baik yang berasal dari peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Maka dari itu, hal-hal tersebut penting sekali untuk dibahas dan dikaji.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apakah metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan?
- Bagaimanakah strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan?
- Apakah hambatan komunikasi pendidikan?
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
Untuk mengetahui:
- Metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan.
- Strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan.
- Hambatan dalan komunikasi pendidikan.
D. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya membahas tentang metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan, strategi untuk meningkatkan efektivitaas komunikasi dalam pendidikan, serta hambatan dalam komunikasi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode yang Tepat dalam Komunikasi Pendidikan
Dalam penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode, dan materi itu sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi tidak selalu harus sama untuk setiap materi.
Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam bertingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Dengan kata lain, ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan (ability) yang satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain.
Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam bertingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Dengan kata lain, ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan (ability) yang satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain.
Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar, kemungkinan akan menemui siswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, dan cenderung menutup diri. Dalam kaitan dengan hal ini, maka dosen/guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian mahasiswa.
Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih daripada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis. Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang lebih jelas daripada secara tertulis. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin.
Metode komunikasi terdiri atas :
1. Komunikasi informative (informative communication), suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya.
2. Komunikasi persuasif (persuasive communication), proses mempengaruhi sikap, pandangan, atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk dan mengajak, sehingga ia melakukan dengan kesadaran sendiri.
3. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coercive communication), komunikasi yang mengandung ancaman, sangsi, dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.
Metode lain yang dapat dilakukan :
1. Secara Langsung. Seorang guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2. Secara Tidak Langsung. Guru/dosen dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi secara luas melalui media tersebut. Seperti model sekolah jarak jauh yaitu memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran. [1]
B. Strategi untuk Meningkatkan Efektifitas dalam Komunikasi Pendidikan
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan atau planning dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasional praktis yang harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
1. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melakukan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa saja yang akan menjadi sasaran komunikasi tersebut. Sudah tentu ini tergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui ataukah agar komunikan melakukan tindakan tertentu. Apapun tujuan, metode, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor kerangka referensi
Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, cita-cita, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, dan lain-lain.
b. Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksud situasi disini adalah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat komunikasi harus bisa diantisipasi sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud kondisi adalah keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia sedang menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif jika komunikan sedang marah, sedih, bingung, sakit, atau lapar.
2. Pemilihan media komunikasi
Media komunikasi sangat banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai dengan modern. Untuk mencapai sasaran komunikasi, kita bisa memilih salah satu atau menggabungkan beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi tidak dapat ditegaskan dengan pasti, sebab masing-masing pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Pesan komunikasi memiliki tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang akan diambil.
4. Peranan komunikator dalam komunikasi
Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia melakukan komunikasi, yaitu daya tarik sumber dan kredibilitas sumber.
a. Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi (mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan) melalui mekanisme daya tarik, yakni ketika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa memiliki kesamaan dengan komunikator sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang disampaikan komunikator.
b. Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil adalah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi keahlian yang dimiliki seorang komunikator. [2]
Berdasarkan kedua faktor tersebut seorang komunikator dalam menghadapi komunikan, haruslah bersikap empatik, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya.
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran banyak ditentukan oleh keaktifan pebelajar dan pembelajar dalam bentuk timbal balik berupa pertanyaan, jawaban pertanyaan atau berupa perbuatan baik secara fisik maupun secara mental. Adanya umpan balik ini memungkinkan pembelajar mengadakan perbaikan-perbaikan cara komunikasi yang pernah dilakukan. Keefektifan komunikasi menunjuk kepada kemampuan orang untuk menciptakan suatu pesan dengan tepat, yaitu pengirim pesan dapat mengetahui bahwa penerima menginterprestasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.
Selain itu keefektifan pembelajaran sangat ditentukan oleh adanya perhatian dan minat pebelajar. Ini sesuai dengan model “AIDA singkatan dari Attention (perhatian ), Interest (minat), Desire (hasrat), dan Action (kegiatan)” . Maksudnya agar terjadi kegiatan pada diri pebelajar sebagai komunikan, maka terlebih dahulu harus dibangkitkan perhatian dan minatnya kemudian dilanjutkan dengan penyajian bahan. Dengan demikian timbul hasratnya untuk melaksanakan kegiatan, sehingga walaupun persepsinya tidak terlalu sama dalam menerima pesan tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak. Karena secara psikologis setiap orang akan menanggapi dan memberi makna yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya masing-masing. [3]
Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Jadi bila kita ingin menjadi guru yang efektif, marilah kita bersama-sama memperbaiki kemampuan kita berkomunikasi kepada siswa-siswa kita pada setiap pembelajaran yang kita laksanakan.
Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu:
1. Penggunaan terminologi yang tepat
1. Penggunaan terminologi yang tepat
2. Presentasi yang sinambung dan runtut
3. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan
4. Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran
5. Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal. [4]
Dalam komunikasi yang efektif, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan:
1. Respect, sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Pahami bahwa seorang pendidik harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.
Menurut Dale Carnegie dalam bukunya “How to Win Friends and Influence People”, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang psikolog yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam dari sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan.
Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwaab, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuan dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus.
Berikan sebuah penghargaan yang tulus kepada masing–masing siswa. Siswa dapat membedakan antara perlakuan yang tulus dan tidak tulus. Berikan penghargaan maka Anda sebagai seorang pendidik akan dihargai oleh siswa. Berikan penghargaan maka proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
2. Emphaty, kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi di dunia pendidikan. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku, dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.
3. Audible, dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, berarti pesan yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh penerima pesan.
4. Clarity, kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar.
Perjelas maksud Anda dalam mengajar sesuatu, sampaikan secara sistematis dan teratur, gunakan alat bantu peraga jika memang diperlukan. Semakin siswa merasakan mendapat banyak ilmu dari Anda, maka siswa akan semakin terpacu untuk terus menghadiri dan memperhatikan pelajaran yang Anda sampaikan.
Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
5. Humble, dengan menghargai orang lain, mau mendengar, menerima kritik, tidak sombong, dan tidak memandang rendah orang lain. [5]
C. Hambatan dalam Komunikasi Pendidikan
Subjek gangguan (noise) adalah sesuatu yang paling membatasi efektifitas penyampaian pesan. Ada dua jenis gangguan utama dalam komunikasi, yaitu gangguan semantik dan saluran. Hasil dari gangguan itu sama yakni menyusutkan arti saat terjadi penyampaian pesan.
1. Gangguan saluran (channel noise). Gangguan jenis ini meliputi setiap gangguan yang memepengaruhi kehandalan fisik penyampaian pesan. Bisa diartikan pula sebagai segala hambatan yang terjadi diantara sumber dan audience. Misalnya, seseorang berbicara dalam sebuah ruangan ditengah pembicaraan lainnya, suara pintu tertutup, dan gangguan lain seperti itu yang dapat menghalangi penyampaian informasi.
2. Gangguan semantik. Gangguan jenis ini terjadi karena salah menafsirkan pesan. Dalam setiap jenis kegiatan komunikasi sering terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian antara kode yang digunakan oleh pengirim dengan yang dipahami oleh penerima kendati pesan yang diterima sama seperti ketika dikirimkan.
Sumber gangguan semantik sebagai berikut:
a. Kata-kata terlalu sukar , masalahnya terlalu sukar dimengerti oleh penerima.
b. Perbedaan dalam memberikan arti denotatif pada kata-kata yang digunakan antara pengirim dan penerima pesan, yakni penerima pesan berpikir bahwa kata yang dimaksud menunjukkan pada sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksud oleh pengirimnya.
c. Pola kalimat yang membingungkan penerima pesan.
d. Perbedaan budaya antara pengirim dan penerima pesan, yakni intonasi, gerak mata, tangan, atau bagian badan lainnya. [6]
Marhaeni Fajar mengklasifikasikan hambatan komunikasi sebagai berikut:
1. Hambatan dari proses komunikasi
a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional, sehingga mempengaruhi motivasi yaitu mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan, atau kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian atau symbol, hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga memiliki arti lebih dari satu, symbol yang dipergunakan antara si pengirim dengan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi.
d. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, atau tidak mencari informasi lebih lanjut.
e. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya, akan tetapi interpretatif, tidak tepat waktu, atau tidak jelas, dan sebagainya.
2. Hambatan fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya:
a. Gangguan kesehatan
b. Gangguan pada alat-alat komunikasi dan jaringan listrik
3. Hambatan semantik
Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yag berbeda, tidak jelas, atau berbelit-belit antara pemberi pesan dengan penerima pesan.
4. Hambatan psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi.
Dalam musibah, misalkan, menimbulkan trauma yang sangat tinggi pada korbannya, sehingga pada saat diajak komunikasi menjadi tidak nyambung. Selain itu juga karena masalah prasangka, yang merupakan penilaian sejak awal dalam diri komunikan terhadap komunikator. Biasanya prasangka ini terlalu besar dan negatif, sehingga menjadi hambatan berat dalam komunikasi.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia. Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh pada semua perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasi atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai, dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku Jawa mengartikan kata tersebut sebagai suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: sambungan telepon yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, atau huruf ketikan yang buram pada surat, sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah ketika seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak ada respon dan tanggapan dari receiver . Maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan. Dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon. Dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan yang disampaikan seorang manajer. [7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan adalah dengan komunikasi secara langsung maupun tak langsung, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2. Strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan adalah dengan mengenali sasaran komunikasi, memilih media komunikasi yang tepat, mengkaji tujuan pesan komunikasi, dan memaksimalkan peranan komunikator dalam komunikasi. Juga dengan menerapkan prinsip REACH.
3. Hambatan dalam komunikasi pendidikan, antara lain:
a. Hambatan dalam proses komunikasi
b. Hambatan fisik
c. Hambatan semantik
d. Hambatan psikologis
B. Saran
Dalam pendidikan, komunikasi memegang peranan penting. Oleh sebab itu, pendidik harus memahami metode, strategi, dan hambatan komunikasi dalam pendidikan, sehingga komunikasi dalam proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif.
C. Harapan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR RUJUKAN
Bahanan, Hasan (pent.), 1979, Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya: Papyrus.
Fajar, Marhaeni, 2009, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Jakarta: Graha ilmu.
Uchyana Effendy,Onong, Prof. Drs. MA, 2006, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2009/12/hambatan-komunikasi.html, diakses pada 11 Oktober 2011, pkl. 19.00.
http://yogoz.wordpress.com/2011/02/12/komunikasi-pembelajaran/#more, diakses pada 11 Oktober 2011, pkl.19.00.
http://grandmall10.wordpress.com/2010/10/20/peran-komunikasi-terhadap-lancarnya-proses-belajar-mengajar/diakses pada tgl.12 Oktober 2011 pkl.19.00.
[1] http://yogoz.wordpress.com/2011/02/12/komunikasi-pembelajaran/#more, diakses pada 11 oktober 2011 pkl. 19.00
[2] Onong Uchyana Effendy, 2006, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal. 32-39.
[3] http://grandmall10.wordpress.com/2010/10/20/peran-komunikasi-terhadap-lancarnya-proses-belajar-mengajar/ diakses pada tgl.12 Oktober 2011 pkl.19.00.
[4] http://yogoz.wordpress.com/2011/02/12/komunikasi-pembelajaran/#more, diakses pada 11 Oktober 2011, pkl.19.00.
[5] Marhaeni fajar, 2009, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta, Graha Ilmu, hal.56-58.
[6] Hasan Bahanan (pent.), 1979, Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya, Papyrus, hal.13-15.
[7] http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2009/12/hambatan-komunikasi.html, diakses pada 11 Oktober 2011, pkl. 19.00.
0 komentar:
Post a Comment
COMMENT PLEASE.............