CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday 11 January 2012

KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL


BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Komunikasi sangat penting di dunia ini. Komunikasi ada di mana-mana, bahkan ia sanggup menyentuh segala aspek kehidupan.
Hampir seluruh kegiatan manusia, di mana pun adanya, selalu tersentuh oleh komunikasi. Pada bidang kajian seperti manajemen, administrasi, hukum, matematika dan biologi, kamunikasi selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangannya. Bidang pendidikan, misalnya, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi atau, dengan kata lain tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi Bagaimana mungkin mendidik manusia tanpa berkomunikasi, mengajar orang tanpa berkomunikasi, atau memberi kuliah tanpa bicara. Semuanya membutuhkan komunikasi, komunikasi yang sesuai dengan bidang daerah yang disentuhnya.

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa unsur-unsur dalam Komunikasi?
  2. Bagaimana bentuk komunikasi dalam dan luar sekolah?
  3. Apa komunikasi verbal dan non verbal itu?

  1. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui unsur-unsur dalam Komunikasi.
2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi dalam dan luar sekolah.
3. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal serta mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing.

D. BATASAN MASALAH
Karena keterbatasan kemampuan penulis, maka untuk pembahasan penulis batasi hanya materi unsure-unsur dan bentuk komunikasi dalam pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Unsur – Unsur Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu:
  1. Pengirim pesan (komunikator).
  2. Penerima pesan (komunikan).
  3. Pesan itu sendiri.
Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
Komunikator, menyampaikan pesan ke sejumlah orang.[1] Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari:
  1. Satu orang.
  2. Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang.
  3. Massa.
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi 9 kemungkinan.[2]
Bagan 2. Sembilan kemungkinan proses komunikasi
            Dilihat dari jumlah komunikator, komunikator terdiri dari 3 jenis, yaitu : komunikator yang terdiri dari satu orang, komunikator yang terdiri dari banyak orang dan komunikator massa.
            Demikian juga dengan komunikan, berdasarkan jumlahnya komunikan terdiri dari 3 jenis, yaitu : komunikan yang terdiri dari satu orang, komunikan yang terdiri dari banyak orang dan komunikan massa.
Adapun 9 kemungkinan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
    1. Komunikator yang terdiri dari satu orang dengan komunikan yang terdiri dari satu orang.
    2. Komunikator yang terdiri dari satu orang dengan komunikan yang terdiri dari banyak orang.
    3. Komunikator yang terdiri dari satu orang dengan komunikan massa
    4. Komunikator yang terdiri dari banyak orang dengan komunikan yang terdiri dari satu orang
    5. Komunikator yang terdiri dari banyak orang dengan komunikan yang terdiri dari banyak orang
    6.  Komunikator yang terdiri dari banyak orang dengan komunikan massa
    7. Komunikator massa dengan komunikan yang terdiri dari satu orang
    8. Komunikator massa dengan komunikan yang terdiri dari banyak orang
    9. Komunikator massa dengan komunikan massa
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal communication) antara lain:
  1. Oral (komunikasi yang dijalin secara lisan).
  2. Written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).
  1. Gestural communication (menggunakan sandi-sandi -> bidang kerahasiaan)
  2. Menggunakan kiat, isyarat, gambar atau warna[3]
            Pesan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bentuk pesan, makna pesan dan penyajian pesan.
  1. Bentuk pesan bisa berupa lambang komunikasi. Lambang komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu verbal dan non verbal. Lambang non verbal meliputi suara, mimik dan gerak – gerik. Sedangkan lambang verbal terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tulisan.
  2. Makna tulisan bisa berupa makna konotatif atau bisa juga berupa makna denotatif.
  3. Penyajian pesan bisa direncanakan dengan cara peyajian dan stuktur penyajian.
4. Saluran Komunikasi dan Media Komunikasi
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat dua cara:
  1. Non mediated communication (face to face), secara langsung.
  2. Dengan media.
        Bagan 4. Unsur komunikasi saluran komunikasi
            Saluran komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung tatap muka atau dengan menggunakan media. Jika dialkukan secara langsung / tatap muka maka, akan terjadi aktifitas komunikasi antara komunikan dengan komunikator. Adapun contoh dari langsung tatap muka adalah pertemuan tatap muka, forum, diskusi panel, rapat, ceramah, simposium, konferensi pers, seminar dan lain-lain.
            Jika dilakukan dengan media, dibagi menjadi dua, yaitu dengan media massa dan non media massa. Dengan menggunakan media massa dapat dilakukan secara periodik melalui elektronik yang berupa radio, TV, dan film atau melaui media cetak seperti surat kabar dan majalah. Secara non perodik / evertual melalui manusia seperti SPG dan juru kampanye.
            Jika dengan media non media massa dibagi menjadi dua, yaitu manusia seperti kurir / messager, dan benda elektonik seperti telepon dan fax, non elektronik berupa surat.
            Cirri-ciri saluran
            a. Sejenis saluran energi yang disebut medium
            b. membawa sejumlah satuan masa energi yang disebut informasi
            c. paduan antara satu satuan yang terlibat dalam komunikasi[4]
5. Efek Komunikasi
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan:
  1. Kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu).
  2. Afektif (sikap seseorang terbentuk).
  3. Konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).
Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran.
B.     Bentuk Komunikasi
1.      Komunikasi pendidikan di kelas dan luar kelas
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek) menyatakan :
“Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan...”.[5]

    Pendapat Onong Uchjana Effendi tersebut menekankan pendidikan itu berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka dan mengabaikan kegiatan pendidikan secara umum pada masyarakat dan pendidikan secara khusus dalam keluarga. Hal ini dapat dilaihat pada pendapat berikutnya bahwa perbedaan antara komunikasi dan pendidikan terletak pada tujuan atau efek yang diharapkan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khas atau khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal sehingga ia menguasainya.

           Tujuan Pendidikan akan tercapai jika secara minimal prosesnya komunikatif. Bagaimana caranya agar proses penyampaian suatu materi mata ajar oleh Pengajar / Guru / Dosen (sebagai komunikator) kepada para Pelajar / Murid / Siswa / Mahasiswa (sebagai komunikan) harus terjadi secara tatap muka face to face dan secara timbal balik dua arah two way communication. Pengajar menyajikan materi pelajarannya sebaiknya bukan hanya dengan metoda ceramah saja sebaiknya juga dengan metoda diskusi.

            Disamping itu pengajar berusaha memberikan kesempatan untuk ditanya atau disanggah pendapatnya, sedangkan pelajar harus bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Situasi tersebut dimaksudkan untuk usaha membangkitkan daya penalaran di kalangan pelajar. Jika penalaran para pelajar sangat bagus maka kepribadian pelajar itu akan lebih dewasa atau mencapai kematangan personality-nya. Orang yang matang kepribadiannya menurut C. Mc Clelland, seorang ahli psikologi di Harvard University, mempunyai virus mental atau “Ach”, singkatan dari need for Achievement, artinya kebutuhan untuk memperoleh prestasi lebih gemilang, lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya tujuan akhir dari komunikasi tersebut adalah untuk mencapai keberhasilan pendidikan itu sendiri.
           Metoda pengajaran dengan cara komunikasi dua arah dan dengan cara diskusi akan menumbuhkan penalaran pelajar terhadap materi pelajaran. Dalam hal ini, pelajar selama menerima komunikasi materi pelajaran dalam diri pelajar akan terjadi proses komunikasi intra personal intrapersonnal communication dan juga proses komunikasi interpersonal interpersonnal communication.
Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut :

1.      Persepsi
Adalah kesan yang diterima melalui alat indera mengenai materi pelajaran maupun kesan terhadap guru yang menyampaikannya. Kesan ini pada setiap pelajar akan berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan.
2.      Apersepsi
Adalah tanggapan terhadap kesan yang diterima alat indera, biasanya kesan dibandingkan dengan kesan-kesan sebelumnya atau dengan pengalaman sebelumnya.
3.      Ideasi,
Adalah mengadakan konsepsi terhadap kesan yang diterimanya. Setelah kesan diterima dan disimpulkan/ditanggapi maka mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan mana yang relevan dengan kebutuhan dan keinginannya.
4.       Transmisi
Apabila kesan yang diterimanya masih meragukan maka pelajar akan mempertanyakan pada pengajarnya. Dalam suatu diskusi apabila hasil konsepsinya sudah mantap maka ia juga akan mantap mengungkapkan pada teman diskusinya.
 Konklusi, mendekati proses akhir belajar maka pelajar menyimpulkan keseluruhan materi pelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan juga dayatangkapnya. Memori, proses akhir dari kegiatan belajar adalah menyimpannya dalam ingatan/memori storage in memory.
5.      Menyimpan
Hal ini selain tergantung pada daya ingatannya juga tergantung dalam penyimakan materinya. Kalau dalam menyimak materi palajaran sering tidak sadar unconcius, sambil melamun, maka hanya masuk pada short term memory (memori jangka pendek) dan masuk ke bawah alam sadar. Sedangkan kalau menyimak materi pelajaran secara sungguh-sungguh dengan penuh konsentrasi dengan sadar concius maka selain masuk pada short term memory juga akan masuk dalam memori jangka panjang long term memory.
Dengan demikian, apabila dalam proses belajar mengajar pada pendidikan dilakukan dengan komunikasi dua arah dan metoda diskusi maka proses komunikasi pendidikan tersebut akan berhasil menumbuhkan penalaran para pelajarnya.

C.    Komunikasi verbal dan non verbal
a. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

            Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.

            Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan naming atau labeling, interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

            Cansandra L. Book, dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

              Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.

            Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam.
[6] Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.

            Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.

            Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

            Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.

            Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian encoding. Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.

b. Komunikasi non verbal
           Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

            Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

            Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

            Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
            Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
            Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya body image. Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana disebutnya sebagai parabahasa.
Pesan sentuhan dan bau-bauan.

            Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.

           Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.

Fungsi pesan nonverbal

Mark L. Knapp, menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
            Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
            Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
            Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
            Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.[7]

             Sementara itu, Dale G. Leathers dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a.  Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b.  Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c.  Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f.  Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a. Unsur-Unsur Komunikasi
Proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu:
  1. Pengirim pesan (komunikator).
  2. Penerima pesan (komunikan).
  3. Pesan itu sendiri.
Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
b. Komunikasi di Kelas dan Luar Kelas
Dalam hal ini, pelajar selama menerima komunikasi materi pelajaran dalam diri pelajar akan terjadi proses komunikasi intra personal (intrapersonnal communication) dan juga proses komunikasi interpersonal (interpersonnal communication). Dalam proses komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal melalui tahap-tahap berikut :
1.      Persepsi
2.      Apersepsi
3.      Ideasi
4.      Transmisi
5.      Menyimpan
c. Komunikasi verbal dan non verbal
  1. Komunikasi verbal
Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas
  2. Komunikasi non verbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

B.     Kritik dan Saran
Komunkasi merupakan aktifitas menyampaikan apa yang ada dipikiran, konsep yang kita miliki dan keinginan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Atau sebagai seni mempengaruhi orang lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Oleh karena itu kita harus berkomunikasi dengan baik agar apa yang kita harapkan dapat tercapai.

C.    Harapan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca .


[1] Marheni Fajar, Ilmu Komunikasi dan praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009, hal. 58
[3] Onong Uchjana Efendi, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006, hal. 14
[4] Hasan Bahanan, Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya: Patyrus. 2005, hal. 16
[5] Onong Uchjana Efendi, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006, hal. 41
[6] Onong Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. hal 12

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............