A.Pengertian Belajar atau
Pembelajaran
Belajar
atau pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan
kepada anak-anak kita karena mereka merupakan kunci suksesuntuk menggapai masa
depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan
yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara dan agama.
Melihat peran yang begitu vital, maka
menerapkan metode yang efektif dan efisien merupakan suatu keharusan. Dengan
harapan, proses belajar mengajar akan menyenangkan dan tidak membosankan.
B.
Metode
Pembelajaran Efektif
1.
Metode
Debat
Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi
paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan setiap
kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang
mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan
perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diserahkan kepada guru. Selanjutnya guru
dapat mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.[2]
Pada
dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa
saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja untuk
menyelesaikan tugas.
Keterampilan yang
dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan
peran siswa dapat ditentukan untuk memgasilitasi proses kelompok. Peran
tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas.[3]
2.
Metode
Role Playing
Metode role playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan.
Kelebihan metode ini adalah melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi
sehingga mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.[4]
Kelebihan
yang lainnya ialah:
a. Siswa
bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
b. Permainan
merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
c. Guru
dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
d. Permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
3.
Metode
Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya ialah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan
metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir
dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis.
d. Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalahyang dihadapi
dengan tepat.
g. Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Kelemahan
metode problem solving ialah:
a. Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal, terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
4. Cooperative
Script
Skrip kooperatif adalah
metode belajar dimana siswa bekerja secara berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a) Guru
membagi siswa untuk berpasangan.
b) Guru
membagi wacana/materi pada tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c) Guru
dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
d) Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e) Bertukar
peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
f) Kesimpulan
guru
g) Penutup
Kelebihan:
a. Melatih
pendengaran, ketelitian/kecermatan.
b. Setiap
siswa mendapat peran.
c. Melatih
mengungkapkan kesalahan oranglain dengan lisan.
Kekurangan:
a. Hanya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b. Hanya
dilakukan dua orang (tidak melibatkan
seluruh kelas) sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut.
5.
Metode
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan
proses kelompok (group process skill). Para guru yang menggunakan metode
investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.[5]
Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari,
mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah
dipilih,kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan.[6]
Santyasa
mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan John Dewey
tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi
sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut Depdiknas,
pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa
menemukan informasi dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu
menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses
ilmiah.[7]
Group
investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitassiswa untuk mencari materi pelajaran
secara mandiri melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku bahan
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.[8]
Adapun deskripsi
mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Seleksi
topik. Para siswa memilih beberapa subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Selanjutnya para siswa
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan
kerjasama. Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik
yang telah dipilih dari langkah sebelumnya.
c. Implementasi.
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b.
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber
baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis
dan Sintesis
Para siswa menganalisis
dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c, dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di
depan kelas.
e. Penyajian
hasil akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa
melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau
kelompok, atau keduanya.[9]
Dalam metode Group Investigation
terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian (enquiri), pengetahuan
(knowledge), dan dinamika kelompok ( the dynamic of the learning group).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar
yang diperoleh siswa baik secara langsung maupuntidak langsung. Sedangkan
dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan kelompok yang saling berinteraksi
yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman
melalui proses saling berargumentasi.[10]
Slavin mengemukakan hal penting untuk
melakukan metode Group Investigation adalah:
1) Membutuhkan
kemampuan kelompok
Di dalam mengerjakan
setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan
kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai
informasi dari dalam maupun dari luar kelas. Kemudian siswa mengumpulkan
informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2) Rencana
kooperatif
Siswa bersama-sama
menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang
melakukan apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam
kelas.
3) Peran
guru
Guru menyediakan sumber
dan fasilitator. Guru memperhatikan para siswa, mengatur dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok.[11]
C.Cooperative Learning
Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima pokok (Johnson
& Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggungjawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning dalam pendidikan
adalah “Homo Homini Socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
sosial.[12]
Cooperative
Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran
cooperative adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham
kostruktivis. Pembelajaran cooperative merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya , setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi
pembelajaran. Dalam pembelajaran koopertif, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman kelompok belum menguasai bahan pelajaran.[13]
Pembelajaran
kooperatif sepandangan dengan teori belajar konstruktivistik. Hal ini
didasarkan padaa ide pokok dari teori konstruktivistik adala siswa secara aktif
membangun pengetahuannya sendiri. Pandangan konstruktivisme tentang
pembelajaran sebagai proses yang aktif artinya pengetahuan tidak diberikan dalam
bentuk jadi tetapi siswa membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi
dengan lingkungannya dalam prooses asimilasi dan akomodasi. Pendekatan
konstruktivistik menganjurkan penerapan strategi belajar kooperatif agar siswa
dapat diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial
dengan temannya untuk mencapai tujuan belajar secara bersama dan guru berlaku
sebagai motivator dan fasilitator.[14]
D.Proses Belajar
Proses belajar
menurut teori konstruktif hampir sama dengan metode Group Investigation.[15]
Peranan Siswa (Si-belajar).
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa
untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.
Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakikatnya
kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.
Peranan Guru.
Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim
bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.[16]
Peranan kunci
guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang meliputi:[17]
1) Menumbuhkan
kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan
bertindak.
2) Menumbuhkan
kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan
sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang
optimal untuk berlatih.
Sarana Belajar.
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu, seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya.
Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri,
memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.[18]
Evaluasi Belajar.
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada
pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar
konstruktivistik. Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan
behavioristik (tradisional) yang obyektifis dan konstruktivistik. Pandangan
konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang.
Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikan berdasarkan pengalamnnya.
Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang
mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan
yang digunakan umtuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan
konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam
menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan terhadap dunia nyata, dimana
interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.
Teori belajar
konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterpretasikan informasi
ke dalam pikirannya, bahwa konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri,
pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu siswa
mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dan eksternal. Jika
hasil belajar dikonstruksi secara individual, bagaimana mengevaluasinya.
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta. 2004.
Rasyad,
Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: UHAMKA.
http://mtsn1gambut.wordpress.com/2010/08/28/kumpulan-metode-pembelajaran-yang-efektif/ diakses
pada tanggal 28 Mei 2011, 07:44 WIB
http://getskripsi.com/2009/10/19/aplikasi-pembelajaran-kontekstual-pada-bidang-studi-pendidikan-agama-islam-dalam--meningkatkan-motivasi-dan-prestasi-belajar-siswa diakses pada tanggal
29 Mei 2011, pada pukul 14:10 WIB
http://ipotes.wordpress.com/2008/04/28/pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi/ diakses pada tanggal
29 Mei 2011, pada pukul 14:20 WIB
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2099/06/20/strategi-pembelajaran-kooperatif-metode-group-investigation/ diakses pada tanggal
28 Mei 2011, pada 14:16WIB
http://mts-unwanulkhairiyya.sch.is/beranda.php/inovasi-pendidikan-dan-model-pembelajaran diakses pada tanggal
28 Mei 2011, pada 7:55 WIB
mtsdaurrohman.blogspot.com/2011/03/teori-belajar-html diakses pada tanggal 28 Mei 2011, 7:46 WIB
http://sholahuddin.edublogs.org/2010/04/04/memahami-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/ diakses pada tanggal
28 Mei 2011, pada pukul 7:50 WIB
http://mtsattaqwa03.blogspot.com/2009/06/model-bermain-peran-dalam-pembelajaran-partisipatif
0 komentar:
Post a Comment
COMMENT PLEASE.............