CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Thursday, 12 January 2012

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU


A.    Pengertian Pembelajaran Terpadu
Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata-kata “Intergrated Teaching and Learning atau Intergrated Curriculum Approach” konsep ini telah lama ditemukan oleh John Dewes sebagai usaha untuk mengintergrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuan.
Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren (a coherent curriculum approach) yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan berbagai progam pendidikan. Ketehubungan dalam kurikulum bahwa hanya antara pelajaran dan kebutuhan serta minat dan bakat anak, tetapi juga menghubungkan antara tujuan dan kegiatan serta kondisi masyarakat pada umumnya.[1]
B.     Prinsip Pembelajaran Terpadu
1.      Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran terpadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaiatan menjadi target utama dalam pembelajaran. Hendaknya memperhatikan persyaratan :
a.       Tema hendaknya tidak terlalu luas, nemun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran
b.      Tema harus bermakna, maksudnya tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
c.       Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi anak
d.      Tema dikembangkan harus mewadahi sebagia besar minat anak
e.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
f.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat
g.      Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2.      Prinsip Pengolahan Pembelajaran
Pengolahan pembelajaran dapat optimala apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab menurut Prabowo , bahwa dalam pengolahan pembelajaran hendaknya guru dapat berlaku sebagai berikut:
a.       Guru hendaknya jangan menjadi single actor  yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar
b.      Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok
c.       Guru perlu mendominasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.[2]
3.      Prinsip Evalusi
Evalusi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain :
a.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation / self assessment) da samping bentuk evaluasi lainnya
b.      Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
4.      Prinsip Reaksi
Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara belum tersentuh guru dalam KBM. Karena itu guru dituntut vagar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peritiwaserta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memungkin kan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring.



C.    Karakteristik Pembelajaran Terpadu
1.      Holistik
Suatu gejala yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi kejadian yang ada di depan mereka.
2.      Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep, dan keterkaitannya dengan konsep –konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul didalam kehidupannya.
3.      Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langgsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri , bukan sekedar pemberitahuan guru . informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan siswa berperan sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan ke arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
4.      Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guan tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehinngga termotivasi  untuk terus menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata  merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tama yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
D.    Pentingnya Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberpa alasan yang mendasarinya antara lain :
1.    Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (matematika), aneka ragam kmakanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik turun (IPS), dan beberapa materi belajar lainnya.
2.    Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/ obyeek lebih terorganisir
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat tergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep  baru. Anak menjadi “arsitek”  pembangunan gagasan baru. Guru dan orang tua hanya selalu sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilkinya.
3.    Pemebelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermkana kalau pelajaranyang sudah dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
4.    Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersama. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap ( jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiyah), ketrampilan (memperoleh, memenfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja bersama, dan kepemimpinana, dan ranah kognitif (pengetahuan).
5.    Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
6.    Efisiensi waktu
Guru dapat lwbih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, guru pun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang diajarkan.[3]
E.     Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki kelenihan dibandingka dengan pendekatan konvensional, antara lain :
1.    Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
2.    Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik
3.    Seluruh belajar lebih bermakna dibagikan peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama
4.    Pembelajaran terpadu menumbuhkan ketrampilan  berpikir dan sosial peserta didik
5.    Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan  atau lingkungan peserta didik
6.    Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antara guru bidang kajian terkait dengan peserta didik, peserta didik / guru dengan narasumber, sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang  lebih bermakna.
Pembelajaran Terpadu memeiliki kekurangan terutama dalam pelaksanaannya yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
1.      Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas , memilki kreatifitas yang tinggi, ras apercaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
2.      Aspek Peserta Didik
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan, sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi , mungkin yanga da fasilitas internet . semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah, pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu akan terhambat.
3.      Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorentasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pelajaran pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode penilaian keberhasilan pembelajaran.
4.      Aspek Penilaian
Pembelajarn terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komperhensif) yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari benerapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
5.       Aspek Suasana  Pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lainnya. Dengan kata lain pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai pemahaman selera dan latar belakang pendidikan itu sendiri.[4]


F.     Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran Terpadu[5]

Tahap
Tingkah laku guru
Fase 1
Pendahuluan
1.    Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya
2.    Memotivasi siswa
3.    Memeberikan pertanyaan kepada siswa  untuk menetahui  konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa
4.    Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan indikator)
Fase 2
Presentasi Materi
1.    Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi  dan bahan-bahan bacaan
2.    Presentasi ketrampilan proses yang dikembangkan
3.    Presentasi alat danbahan yang dibutuhkan melalui charta
4.    Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta
Fase 3 membimbing pelatihan

1.     Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
2.     Mengingatkan cara cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok
3.     Membagi buku siswa dan LKS
4.     Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan
5.     Memberi bimbingan seperlunya
6.     Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan
Fase 4
Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik
1.     Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas
2.     Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan
3.     Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi
4.     Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
Fase 5 Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
1.     Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang  dilakukan
2.     Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang baru saja dipelajari
3.     Memberikan tugas rumah
Fase 6
Menganalisis dan mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka


[1] http://enewsletter.disdik/workpress.com/2011/04/22/pembrlajaran-terpadu/
[2] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek ( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 10
[3] Ibid., hal 11-12
[4] Meilanikasim. wordpress.com/2011/04/20/makalah-pembelajaran-terpadu/
[5] Trianto, op. cit., hal. 19-20

0 komentar:

Post a Comment

COMMENT PLEASE.............